TIDUR, MIMPI, DAN RITME SIRKADIAN
I.
PENDAHULUAN
Manusia menghabiskan sepertiga dari waktu hidupnya dengan tidur. Tidur bukan saja
karena kelelahan tetapi juga karena kebiasaan dan pola hidup.[1]
Seringkali dalam tidur kita mengalami mimpi. Selain tidur dan mimpi, tubuh
manusia juga mengenal ritme sirkadian. Tiga hal ini lah yang selanjutnya akan
menjadi pembahasan pada makalah kami.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Pengertian
Tidur, Mimpi, dan Ritme Sirkadian
B.
Tahapan Tidur
C.
Bagian – bagian
Otak yang Terlibat Dalam Tidur
D.
Gangguan-Gangguan
Tidur Irama Sirkadian
E.
Macam – macam
Mimpi
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tidur, Mimpi, dan Ritme Sirkadian
Tidur didefenisikan
sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan
dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton &
Hall, 1997). Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi
berulang-ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Menurut
Chopra (2003), tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh
beristirahat secara tenang dan aktivitas metabolisme juga menurun namun pada
saat itu juga otak sedang bekerja lebih keras selama periode bermimpi
dibandingkan dengan ketika beraktivitas di siang hari.
Secara sederhana mimpi dapar diartikan sebagai impuls –
impuls yang tidak bisa diterima di alam sadar sehingga termanifestasi di alam
bawah sadar (Wisnu buntaran). Sebagaimana Freud percaya bahwa mimpi dipicu oleh
keinginan yang tidak dapat diterima seringkali bersifat seksual yang ditekan.
Ia mengatakan bahwa karena mimpi mempresentasikan keinginan – keinginan yang
tidak dapat diterima, maka mimpi yang kita alami ( mimpi manifest ) kita semata
– mata merupakan versi terselubung dari impian – impian riil ( mimpi laten )
kita.[2]
Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa
rotasi bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama
sirkadian bersiklus 24 jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan
terbenamnya matahari, layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang
hari, awas waspadanya manusia dan bintang pada siang hari dan tidurnya mereka
pada malam hari (Harsono, 1996).[3]
B.
Tahapan Tidur
Tidur dapat dibagi menjadi dua tahap. Yaitu:
1.
Tahap Non Rapid
Eye Movement ( NREM )
Tahap Non Rapid Eye Movement ( NREM ) adalah tahap tidur
yang tenang. Yang ditandai dengan denyut jantung dan frekuensi pernapasan yang
stabil dan lambat serta tekanan darah yang rendah. Tidur NREM dibagi menjadi 4
tahap berdasarkan pola gelombang otak yang muncul.[4] Empat
tahap tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Tidur Stadium
Satu
Pada tahap ini
seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah
oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan
bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat (Patlak, 2005).
b.
Tidur Stadium
Dua
Biasanya
berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh
menurun (Smith & Segal, 2010). Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata
berhenti (Patlak, 2005). Otak terkadang menghasikan rentetan singkat gelombang
yang cepat dan memiliki puncak gelombang yang tinggi hal ini disebut sebagai sleep
spindle dan gangguan suara kecil mungkin tidak akan mengganggu tidur.
c.
Tidur Stadium
Tiga
Tahap ini lebih
dalam dari tahap sebelumnya (Ganong, 1998). Otak akan menghasilkan gelombang
delta yang sangat lamban dengan puncak yang
cukup tinggi. Pernapasan dan detak jantung akan melambat dan otot akan
melemas atau rileks. Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika
terbangun, individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering
merasa bingung selama beberapa menit (Smith & Segal, 2010).
d.
Tidur Stadium
Empat
Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat
lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan
energi fisik (Smith & Segal, 2010). Terjadinya rangkaian tahap ini
berlangsung selama 30-45 menit.
2.
Tahap Rapid
Eye Movement ( REM )
Tahap Rapid Eye Movement ( REM ) ditandai dengan tekanan
darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan yang luas. REM adalah periode
tidur yang ditandai dengan pergerakan mata, hilangnya kekuatan otot dan mimpi
yang tampak nyata. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang
lumpuh atau paradoks. Pada saat saat inilah mimpi-mimpi yang jelas lebih sering
muncul.[5]
Siklus tidur normal dapat digambarkan sebagai berikut:

C.
Bagian – bagian
Otak yang Terlibat Dalam Tidur
Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral
anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan
sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata
yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan
sinkronisasi / desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata
disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state.
![]() |
D.
Gangguan-Gangguan
Tidur Irama Sirkadian
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering
ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat
dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi
dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia
lanjut.
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya
tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang
konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang
berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil
dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup.
Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun
semakin lama semakin meningkat sehingga menimbulkan maslah kesehatan. Di dalam
praktek sehari-hari, kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa
menentukan lebih dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering
menimbulkan masalah yang baru akibat penggunaan obat yang tidak adekuat.
Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang
akan dihadapkan pada tahun – tahun yang akan datang.
Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita tidak
dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya
tatap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal.
Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur
badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal
fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidurbangun, dimana
sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus
irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami
peregseran. Menurut beberapa penelitian terjadi pergeseran irama sirkadian
antara onset waktu tidur reguler dengan waktu tidur yang irreguler (bringing
irama sirkadian). Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan
irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat
dikategorikan dua bagian:
1.
Sementara (acut work shift, Jet lag)
2.
Menetap (shift worker)
Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadi perubahan
pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada fase REM.
Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadian adalah
sebagai berikut:
1.
Tipe fase tidur
terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang
diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau
pekerja sosial. Orang – orang tersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur)
dan mengantuk pada siang hari (insomnia sekunder).
2.
Tipe Jet lag ialah menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut
jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone
waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya panjang dengan tidur yang
terputus-putus.
3.
Tipe pergeseran
kerja (shift work type). Pergeseran
kerja terjadi pada orang yang secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja
sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama
dengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler
atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur fase REM.
4.
Tipe fase
terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome). Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia
lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-3
pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya. Gambaran tidur
tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk sesuai.
5.
Tipe
bangun-tidur beraturan.
6.
Tipe tidak
tidur-bangun dalam 24 jam.
E.
Macam – macam
Mimpi[6]
1.
Mimpi
sebagai Keinginan-keinginan yang Tidak Disadari
Menurut teori psikoanalisis mengenai mimpi, mimpi memungkinkan seseorang memenuhi keinginan dan hasrat yang terlarang atau tidak realistis yang dipaksakan masuk ke dalam bagian ketidaksadaran di dalam pikiran. Menurut Sigmund Freud, mimpi dapat mengekspresikan semua hasrat dan keinginan terpendam, yang sering kali merupakan sesuatu yang terkait dengan seksualitas dan kekerasan.
Menurut teori psikoanalisis mengenai mimpi, mimpi memungkinkan seseorang memenuhi keinginan dan hasrat yang terlarang atau tidak realistis yang dipaksakan masuk ke dalam bagian ketidaksadaran di dalam pikiran. Menurut Sigmund Freud, mimpi dapat mengekspresikan semua hasrat dan keinginan terpendam, yang sering kali merupakan sesuatu yang terkait dengan seksualitas dan kekerasan.
Dalam mimpi segala pikiran dan objek tampil dalam bentuk simbolis.
Freud berpendapat, untuk memahami mimpi maka harus bias membedakan antara isi
manifest, yaitu aspek-aspek yang dialami secara sadarselama waktu tidur yang
mungkin dapat diingat ketika terbangun, dari isi laten, yaitu harapan dan
pikiran-pikiran yang tidak disadari dan diekspresikan dalam bentuk simbolis.
2.
Mimpi
sebagai Usaha Mengatasi Masalah. Dalam pendekatan berfokus pada masalah terhadap mimpi berpendapat
bahwa mimpi menyatakan tema utama yang menjadi kepedulian. Mimpi bahkan dapat
membantu mengatasi masalah dan menghadapi isu emosional terutama pada saat
krisis.
3.
Mimpi sebagai Proses Berpikir. Dalam pendekatan kognitif dari mimpi, mimpi secara sederhana
merupakan modifikasi dari aktivitas kognitif yang terjadi saat terbangun. Dalam
mimpi, dibangun simulasi yang masuk akal dari dunia nyata menggunakan jenis
ingatan, pengetahuan, metafora, dan anggapan-anggapan mengenai dunia yang sama
seperti ketika tidak tertidur. Menurut pandangan ini, otak melakukan aktivitas
atau kerja sejenis dengan yang dilakukan saat terjaga. Itulah yang menyebabkan
bahwa beberapa bagian dari korteks serebral yang terlibat dalam proses persepsi
dan kognisi sangat aktif pada saat bermimpi.
4.
Mimpi sebagai Interpretasi dari Aktivitas Otak. Dalam teori aktivasi-sintesis (activation-synthesis theory) yang
didasarkan pada penelitian fisiologis, mimpi merupakan hasil dari neuron-neuron
bagian bawah otak (pons) yang bekerja secara spontan selama tidur REM.
Saraf-saraf ini mengatur gerakan mata, wajah, keseimbangan, dan juga psotur
tubuh, dan mereka mengirimkan pesan kepada bagian sensorik maupun motorik yang
bertanggung jawab atas pemrosesan visual dan perilaku yang disengaja selama
terjaga.
IV.
KESIMPULAN
Dari pembahsan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa tidur dimungkinkan merupakan kebutuhan untuk konsolidasi
ingatan. Peningkatan ingatan karena tidur telah diasosiasikan paling dekat
dengan tidur REM dan gelombang tidur yang perlahan, maupun dengan ingatan akan
ketrampilan tertentu yang spesifik. Tidur juga meningkatkan diperolehnya
pemahaman mendalam dan kemampuan memecahkan masalah.
Dalam mimpi segala pikiran dan objek tampil dalam bentuk simbolis.
Freud berpendapat, untuk memahami mimpi maka harus bias membedakan antara isi
manifest, yaitu aspek-aspek yang dialami secara sadarselama waktu tidur yang
mungkin dapat diingat ketika terbangun, dari isi laten, yaitu harapan dan
pikiran-pikiran yang tidak disadari dan diekspresikan dalam bentuk simbolis.
Jadi, antara tidur, mimpi, dan ritme sirkadian merupakan suatu
kesatuan yang saling berkaitan dan melibatkan aktivitas mental seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Pinel, P.J., Biopsikologi,
Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
[4]http://kuliahpsikologi.com/basic-psychology/rapid-eye-movement-vs-non-rapid-eye-movement/ ( 02 – 06 – 2012 ).
TIDUR, MIMPI,
DAN RITME SIRKADIAN
I.
PENDAHULUAN
Manusia menghabiskan sepertiga dari waktu hidupnya dengan tidur. Tidur bukan saja
karena kelelahan tetapi juga karena kebiasaan dan pola hidup.[1]
Seringkali dalam tidur kita mengalami mimpi. Selain tidur dan mimpi, tubuh
manusia juga mengenal ritme sirkadian. Tiga hal ini lah yang selanjutnya akan
menjadi pembahasan pada makalah kami.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Pengertian
Tidur, Mimpi, dan Ritme Sirkadian
B.
Tahapan Tidur
C.
Bagian – bagian
Otak yang Terlibat Dalam Tidur
D.
Gangguan-Gangguan
Tidur Irama Sirkadian
E.
Macam – macam
Mimpi
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tidur, Mimpi, dan Ritme Sirkadian
Tidur didefenisikan
sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan
dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton &
Hall, 1997). Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi
berulang-ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Menurut
Chopra (2003), tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh
beristirahat secara tenang dan aktivitas metabolisme juga menurun namun pada
saat itu juga otak sedang bekerja lebih keras selama periode bermimpi
dibandingkan dengan ketika beraktivitas di siang hari.
Secara sederhana mimpi dapar diartikan sebagai impuls –
impuls yang tidak bisa diterima di alam sadar sehingga termanifestasi di alam
bawah sadar (Wisnu buntaran). Sebagaimana Freud percaya bahwa mimpi dipicu oleh
keinginan yang tidak dapat diterima seringkali bersifat seksual yang ditekan.
Ia mengatakan bahwa karena mimpi mempresentasikan keinginan – keinginan yang
tidak dapat diterima, maka mimpi yang kita alami ( mimpi manifest ) kita semata
– mata merupakan versi terselubung dari impian – impian riil ( mimpi laten )
kita.[2]
Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa
rotasi bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama
sirkadian bersiklus 24 jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan
terbenamnya matahari, layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang
hari, awas waspadanya manusia dan bintang pada siang hari dan tidurnya mereka
pada malam hari (Harsono, 1996).[3]
B.
Tahapan Tidur
Tidur dapat dibagi menjadi dua tahap. Yaitu:
1.
Tahap Non Rapid
Eye Movement ( NREM )
Tahap Non Rapid Eye Movement ( NREM ) adalah tahap tidur
yang tenang. Yang ditandai dengan denyut jantung dan frekuensi pernapasan yang
stabil dan lambat serta tekanan darah yang rendah. Tidur NREM dibagi menjadi 4
tahap berdasarkan pola gelombang otak yang muncul.[4] Empat
tahap tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Tidur Stadium
Satu
Pada tahap ini
seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah
oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan
bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat (Patlak, 2005).
b.
Tidur Stadium
Dua
Biasanya
berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh
menurun (Smith & Segal, 2010). Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata
berhenti (Patlak, 2005). Otak terkadang menghasikan rentetan singkat gelombang
yang cepat dan memiliki puncak gelombang yang tinggi hal ini disebut sebagai sleep
spindle dan gangguan suara kecil mungkin tidak akan mengganggu tidur.
c.
Tidur Stadium
Tiga
Tahap ini lebih
dalam dari tahap sebelumnya (Ganong, 1998). Otak akan menghasilkan gelombang
delta yang sangat lamban dengan puncak yang
cukup tinggi. Pernapasan dan detak jantung akan melambat dan otot akan
melemas atau rileks. Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika
terbangun, individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering
merasa bingung selama beberapa menit (Smith & Segal, 2010).
d.
Tidur Stadium
Empat
Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat
lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan
energi fisik (Smith & Segal, 2010). Terjadinya rangkaian tahap ini
berlangsung selama 30-45 menit.
2.
Tahap Rapid
Eye Movement ( REM )
Tahap Rapid Eye Movement ( REM ) ditandai dengan tekanan
darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan yang luas. REM adalah periode
tidur yang ditandai dengan pergerakan mata, hilangnya kekuatan otot dan mimpi
yang tampak nyata. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang
lumpuh atau paradoks. Pada saat saat inilah mimpi-mimpi yang jelas lebih sering
muncul.[5]
Siklus tidur normal dapat digambarkan sebagai berikut:

C.
Bagian – bagian
Otak yang Terlibat Dalam Tidur
Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral
anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan
sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata
yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan
sinkronisasi / desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata
disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state.
![]() |
D.
Gangguan-Gangguan
Tidur Irama Sirkadian
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering
ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat
dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi
dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia
lanjut.
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya
tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang
konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang
berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil
dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup.
Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun
semakin lama semakin meningkat sehingga menimbulkan maslah kesehatan. Di dalam
praktek sehari-hari, kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa
menentukan lebih dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering
menimbulkan masalah yang baru akibat penggunaan obat yang tidak adekuat.
Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang
akan dihadapkan pada tahun – tahun yang akan datang.
Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita tidak
dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya
tatap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal.
Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur
badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal
fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidurbangun, dimana
sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus
irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami
peregseran. Menurut beberapa penelitian terjadi pergeseran irama sirkadian
antara onset waktu tidur reguler dengan waktu tidur yang irreguler (bringing
irama sirkadian). Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan
irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat
dikategorikan dua bagian:
1.
Sementara (acut work shift, Jet lag)
2.
Menetap (shift worker)
Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadi perubahan
pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada fase REM.
Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadian adalah
sebagai berikut:
1.
Tipe fase tidur
terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang
diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau
pekerja sosial. Orang – orang tersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur)
dan mengantuk pada siang hari (insomnia sekunder).
2.
Tipe Jet lag ialah menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut
jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone
waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya panjang dengan tidur yang
terputus-putus.
3.
Tipe pergeseran
kerja (shift work type). Pergeseran
kerja terjadi pada orang yang secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja
sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama
dengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler
atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur fase REM.
4.
Tipe fase
terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome). Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia
lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-3
pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya. Gambaran tidur
tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk sesuai.
5.
Tipe
bangun-tidur beraturan.
6.
Tipe tidak
tidur-bangun dalam 24 jam.
E.
Macam – macam
Mimpi[6]
1.
Mimpi
sebagai Keinginan-keinginan yang Tidak Disadari
Menurut teori psikoanalisis mengenai mimpi, mimpi memungkinkan seseorang memenuhi keinginan dan hasrat yang terlarang atau tidak realistis yang dipaksakan masuk ke dalam bagian ketidaksadaran di dalam pikiran. Menurut Sigmund Freud, mimpi dapat mengekspresikan semua hasrat dan keinginan terpendam, yang sering kali merupakan sesuatu yang terkait dengan seksualitas dan kekerasan.
Menurut teori psikoanalisis mengenai mimpi, mimpi memungkinkan seseorang memenuhi keinginan dan hasrat yang terlarang atau tidak realistis yang dipaksakan masuk ke dalam bagian ketidaksadaran di dalam pikiran. Menurut Sigmund Freud, mimpi dapat mengekspresikan semua hasrat dan keinginan terpendam, yang sering kali merupakan sesuatu yang terkait dengan seksualitas dan kekerasan.
Dalam mimpi segala pikiran dan objek tampil dalam bentuk simbolis.
Freud berpendapat, untuk memahami mimpi maka harus bias membedakan antara isi
manifest, yaitu aspek-aspek yang dialami secara sadarselama waktu tidur yang
mungkin dapat diingat ketika terbangun, dari isi laten, yaitu harapan dan
pikiran-pikiran yang tidak disadari dan diekspresikan dalam bentuk simbolis.
2.
Mimpi
sebagai Usaha Mengatasi Masalah. Dalam pendekatan berfokus pada masalah terhadap mimpi berpendapat
bahwa mimpi menyatakan tema utama yang menjadi kepedulian. Mimpi bahkan dapat
membantu mengatasi masalah dan menghadapi isu emosional terutama pada saat
krisis.
3.
Mimpi sebagai Proses Berpikir. Dalam pendekatan kognitif dari mimpi, mimpi secara sederhana
merupakan modifikasi dari aktivitas kognitif yang terjadi saat terbangun. Dalam
mimpi, dibangun simulasi yang masuk akal dari dunia nyata menggunakan jenis
ingatan, pengetahuan, metafora, dan anggapan-anggapan mengenai dunia yang sama
seperti ketika tidak tertidur. Menurut pandangan ini, otak melakukan aktivitas
atau kerja sejenis dengan yang dilakukan saat terjaga. Itulah yang menyebabkan
bahwa beberapa bagian dari korteks serebral yang terlibat dalam proses persepsi
dan kognisi sangat aktif pada saat bermimpi.
4.
Mimpi sebagai Interpretasi dari Aktivitas Otak. Dalam teori aktivasi-sintesis (activation-synthesis theory) yang
didasarkan pada penelitian fisiologis, mimpi merupakan hasil dari neuron-neuron
bagian bawah otak (pons) yang bekerja secara spontan selama tidur REM.
Saraf-saraf ini mengatur gerakan mata, wajah, keseimbangan, dan juga psotur
tubuh, dan mereka mengirimkan pesan kepada bagian sensorik maupun motorik yang
bertanggung jawab atas pemrosesan visual dan perilaku yang disengaja selama
terjaga.
IV.
KESIMPULAN
Dari pembahsan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa tidur dimungkinkan merupakan kebutuhan untuk konsolidasi
ingatan. Peningkatan ingatan karena tidur telah diasosiasikan paling dekat
dengan tidur REM dan gelombang tidur yang perlahan, maupun dengan ingatan akan
ketrampilan tertentu yang spesifik. Tidur juga meningkatkan diperolehnya
pemahaman mendalam dan kemampuan memecahkan masalah.
Dalam mimpi segala pikiran dan objek tampil dalam bentuk simbolis.
Freud berpendapat, untuk memahami mimpi maka harus bias membedakan antara isi
manifest, yaitu aspek-aspek yang dialami secara sadarselama waktu tidur yang
mungkin dapat diingat ketika terbangun, dari isi laten, yaitu harapan dan
pikiran-pikiran yang tidak disadari dan diekspresikan dalam bentuk simbolis.
Jadi, antara tidur, mimpi, dan ritme sirkadian merupakan suatu
kesatuan yang saling berkaitan dan melibatkan aktivitas mental seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Pinel, P.J., Biopsikologi,
Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
0 comments:
Post a Comment