Our social:

Saturday, 5 March 2016

TIDUR, MIMPI, DAN RITME SIRKADIAN





I.      PENDAHULUAN
Manusia menghabiskan sepertiga dari waktu hidupnya dengan tidur. Tidur bukan saja karena kelelahan tetapi juga karena kebiasaan dan pola hidup.[1] Seringkali dalam tidur kita mengalami mimpi. Selain tidur dan mimpi, tubuh manusia juga mengenal ritme sirkadian. Tiga hal ini lah yang selanjutnya akan menjadi pembahasan pada makalah kami.

II.      RUMUSAN MASALAH
A.    Pengertian Tidur, Mimpi, dan Ritme Sirkadian
B.     Tahapan Tidur
C.    Bagian – bagian Otak yang Terlibat Dalam Tidur
D.    Gangguan-Gangguan Tidur Irama Sirkadian
E.     Macam – macam Mimpi

III.      PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tidur, Mimpi, dan Ritme Sirkadian
Tidur didefenisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997). Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi berulang-ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Menurut Chopra (2003), tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh beristirahat secara tenang dan aktivitas metabolisme juga menurun namun pada saat itu juga otak sedang bekerja lebih keras selama periode bermimpi dibandingkan dengan ketika beraktivitas di siang hari.
Secara sederhana mimpi dapar diartikan sebagai impuls – impuls yang tidak bisa diterima di alam sadar sehingga termanifestasi di alam bawah sadar (Wisnu buntaran). Sebagaimana Freud percaya bahwa mimpi dipicu oleh keinginan yang tidak dapat diterima seringkali bersifat seksual yang ditekan. Ia mengatakan bahwa karena mimpi mempresentasikan keinginan – keinginan yang tidak dapat diterima, maka mimpi yang kita alami ( mimpi manifest ) kita semata – mata merupakan versi terselubung dari impian – impian riil ( mimpi laten ) kita.[2]
Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus 24 jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas waspadanya manusia dan bintang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari (Harsono, 1996).[3]

B.     Tahapan Tidur
Tidur dapat dibagi menjadi dua tahap. Yaitu:
1.   Tahap Non Rapid Eye Movement ( NREM )
Tahap Non Rapid Eye Movement ( NREM ) adalah tahap tidur yang tenang. Yang ditandai dengan denyut jantung dan frekuensi pernapasan yang stabil dan lambat serta tekanan darah yang rendah. Tidur NREM dibagi menjadi 4 tahap berdasarkan pola gelombang otak yang muncul.[4] Empat tahap tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Tidur Stadium Satu
Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat (Patlak, 2005).
b.   Tidur Stadium Dua
Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005). Otak terkadang menghasikan rentetan singkat gelombang yang cepat dan memiliki puncak gelombang yang tinggi hal ini disebut sebagai sleep spindle dan gangguan suara kecil mungkin tidak akan mengganggu tidur.
c.    Tidur Stadium Tiga
Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya (Ganong, 1998). Otak akan menghasilkan gelombang delta yang sangat lamban dengan puncak yang  cukup tinggi. Pernapasan dan detak jantung akan melambat dan otot akan melemas atau rileks. Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit (Smith & Segal, 2010).
d.   Tidur Stadium Empat
Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan energi fisik (Smith & Segal, 2010). Terjadinya rangkaian tahap ini berlangsung selama 30-45 menit.
2.   Tahap Rapid Eye Movement ( REM )
Tahap Rapid Eye Movement ( REM ) ditandai dengan tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan yang luas. REM adalah periode tidur yang ditandai dengan pergerakan mata, hilangnya kekuatan otot dan mimpi yang tampak nyata. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau paradoks. Pada saat saat inilah mimpi-mimpi yang jelas lebih sering muncul.[5]
Siklus tidur normal dapat digambarkan sebagai berikut:
 









C.    Bagian – bagian Otak yang Terlibat Dalam Tidur
Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi / desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state.


http://img.today.co.id/banks/260x195/2011/03/07/otak-1299469650.jpg
 








D.    Gangguan-Gangguan Tidur Irama Sirkadian
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut.
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup.
Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama semakin meningkat sehingga menimbulkan maslah kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari, kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang baru akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun – tahun yang akan datang.
Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tatap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal. Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidurbangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami peregseran. Menurut beberapa penelitian terjadi pergeseran irama sirkadian antara onset waktu tidur reguler dengan waktu tidur yang irreguler (bringing irama sirkadian). Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikan dua bagian:
1.      Sementara (acut work shift, Jet lag)
2.      Menetap (shift worker)
Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadi perubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada fase REM.
Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadian adalah sebagai berikut:
1.      Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Orang – orang tersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk pada siang hari (insomnia sekunder).
2.      Tipe Jet lag ialah menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya panjang dengan tidur yang terputus-putus.
3.      Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang yang secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur fase REM.
4.      Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome). Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya. Gambaran tidur tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk sesuai.
5.      Tipe bangun-tidur beraturan.
6.      Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam.

E.     Macam – macam Mimpi[6]
1.      Mimpi sebagai Keinginan-keinginan yang Tidak Disadari
Menurut teori psikoanalisis mengenai mimpi, mimpi memungkinkan seseorang memenuhi keinginan dan hasrat yang terlarang atau tidak realistis yang dipaksakan masuk ke dalam bagian ketidaksadaran di dalam pikiran. Menurut Sigmund Freud, mimpi dapat mengekspresikan semua hasrat dan keinginan terpendam, yang sering kali merupakan sesuatu yang terkait dengan seksualitas dan kekerasan.
Dalam mimpi segala pikiran dan objek tampil dalam bentuk simbolis. Freud berpendapat, untuk memahami mimpi maka harus bias membedakan antara isi manifest, yaitu aspek-aspek yang dialami secara sadarselama waktu tidur yang mungkin dapat diingat ketika terbangun, dari isi laten, yaitu harapan dan pikiran-pikiran yang tidak disadari dan diekspresikan dalam bentuk simbolis.
2.      Mimpi sebagai Usaha Mengatasi Masalah. Dalam pendekatan berfokus pada masalah terhadap mimpi berpendapat bahwa mimpi menyatakan tema utama yang menjadi kepedulian. Mimpi bahkan dapat membantu mengatasi masalah dan menghadapi isu emosional terutama pada saat krisis.
3.      Mimpi sebagai Proses Berpikir. Dalam pendekatan kognitif dari mimpi, mimpi secara sederhana merupakan modifikasi dari aktivitas kognitif yang terjadi saat terbangun. Dalam mimpi, dibangun simulasi yang masuk akal dari dunia nyata menggunakan jenis ingatan, pengetahuan, metafora, dan anggapan-anggapan mengenai dunia yang sama seperti ketika tidak tertidur. Menurut pandangan ini, otak melakukan aktivitas atau kerja sejenis dengan yang dilakukan saat terjaga. Itulah yang menyebabkan bahwa beberapa bagian dari korteks serebral yang terlibat dalam proses persepsi dan kognisi sangat aktif pada saat bermimpi.
4.      Mimpi sebagai Interpretasi dari Aktivitas Otak. Dalam teori aktivasi-sintesis (activation-synthesis theory) yang didasarkan pada penelitian fisiologis, mimpi merupakan hasil dari neuron-neuron bagian bawah otak (pons) yang bekerja secara spontan selama tidur REM. Saraf-saraf ini mengatur gerakan mata, wajah, keseimbangan, dan juga psotur tubuh, dan mereka mengirimkan pesan kepada bagian sensorik maupun motorik yang bertanggung jawab atas pemrosesan visual dan perilaku yang disengaja selama terjaga.

IV.      KESIMPULAN
Dari pembahsan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidur dimungkinkan merupakan kebutuhan untuk konsolidasi ingatan. Peningkatan ingatan karena tidur telah diasosiasikan paling dekat dengan tidur REM dan gelombang tidur yang perlahan, maupun dengan ingatan akan ketrampilan tertentu yang spesifik. Tidur juga meningkatkan diperolehnya pemahaman mendalam dan kemampuan memecahkan masalah.
Dalam mimpi segala pikiran dan objek tampil dalam bentuk simbolis. Freud berpendapat, untuk memahami mimpi maka harus bias membedakan antara isi manifest, yaitu aspek-aspek yang dialami secara sadarselama waktu tidur yang mungkin dapat diingat ketika terbangun, dari isi laten, yaitu harapan dan pikiran-pikiran yang tidak disadari dan diekspresikan dalam bentuk simbolis.
Jadi, antara tidur, mimpi, dan ritme sirkadian merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan dan melibatkan aktivitas mental seseorang.


DAFTAR PUSTAKA

Pinel, P.J., Biopsikologi, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009.









TIDUR, MIMPI, DAN RITME SIRKADIAN

I.      PENDAHULUAN
Manusia menghabiskan sepertiga dari waktu hidupnya dengan tidur. Tidur bukan saja karena kelelahan tetapi juga karena kebiasaan dan pola hidup.[1] Seringkali dalam tidur kita mengalami mimpi. Selain tidur dan mimpi, tubuh manusia juga mengenal ritme sirkadian. Tiga hal ini lah yang selanjutnya akan menjadi pembahasan pada makalah kami.

II.      RUMUSAN MASALAH
A.    Pengertian Tidur, Mimpi, dan Ritme Sirkadian
B.     Tahapan Tidur
C.    Bagian – bagian Otak yang Terlibat Dalam Tidur
D.    Gangguan-Gangguan Tidur Irama Sirkadian
E.     Macam – macam Mimpi

III.      PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tidur, Mimpi, dan Ritme Sirkadian
Tidur didefenisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997). Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi berulang-ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Menurut Chopra (2003), tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh beristirahat secara tenang dan aktivitas metabolisme juga menurun namun pada saat itu juga otak sedang bekerja lebih keras selama periode bermimpi dibandingkan dengan ketika beraktivitas di siang hari.
Secara sederhana mimpi dapar diartikan sebagai impuls – impuls yang tidak bisa diterima di alam sadar sehingga termanifestasi di alam bawah sadar (Wisnu buntaran). Sebagaimana Freud percaya bahwa mimpi dipicu oleh keinginan yang tidak dapat diterima seringkali bersifat seksual yang ditekan. Ia mengatakan bahwa karena mimpi mempresentasikan keinginan – keinginan yang tidak dapat diterima, maka mimpi yang kita alami ( mimpi manifest ) kita semata – mata merupakan versi terselubung dari impian – impian riil ( mimpi laten ) kita.[2]
Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus 24 jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas waspadanya manusia dan bintang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari (Harsono, 1996).[3]

B.     Tahapan Tidur
Tidur dapat dibagi menjadi dua tahap. Yaitu:
1.   Tahap Non Rapid Eye Movement ( NREM )
Tahap Non Rapid Eye Movement ( NREM ) adalah tahap tidur yang tenang. Yang ditandai dengan denyut jantung dan frekuensi pernapasan yang stabil dan lambat serta tekanan darah yang rendah. Tidur NREM dibagi menjadi 4 tahap berdasarkan pola gelombang otak yang muncul.[4] Empat tahap tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Tidur Stadium Satu
Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat (Patlak, 2005).
b.   Tidur Stadium Dua
Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005). Otak terkadang menghasikan rentetan singkat gelombang yang cepat dan memiliki puncak gelombang yang tinggi hal ini disebut sebagai sleep spindle dan gangguan suara kecil mungkin tidak akan mengganggu tidur.
c.    Tidur Stadium Tiga
Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya (Ganong, 1998). Otak akan menghasilkan gelombang delta yang sangat lamban dengan puncak yang  cukup tinggi. Pernapasan dan detak jantung akan melambat dan otot akan melemas atau rileks. Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit (Smith & Segal, 2010).
d.   Tidur Stadium Empat
Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan energi fisik (Smith & Segal, 2010). Terjadinya rangkaian tahap ini berlangsung selama 30-45 menit.
2.   Tahap Rapid Eye Movement ( REM )
Tahap Rapid Eye Movement ( REM ) ditandai dengan tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan yang luas. REM adalah periode tidur yang ditandai dengan pergerakan mata, hilangnya kekuatan otot dan mimpi yang tampak nyata. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau paradoks. Pada saat saat inilah mimpi-mimpi yang jelas lebih sering muncul.[5]
Siklus tidur normal dapat digambarkan sebagai berikut:
 









C.    Bagian – bagian Otak yang Terlibat Dalam Tidur
Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi / desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state.


http://img.today.co.id/banks/260x195/2011/03/07/otak-1299469650.jpg
 








D.    Gangguan-Gangguan Tidur Irama Sirkadian
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut.
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup.
Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama semakin meningkat sehingga menimbulkan maslah kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari, kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang baru akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun – tahun yang akan datang.
Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tatap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal. Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidurbangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami peregseran. Menurut beberapa penelitian terjadi pergeseran irama sirkadian antara onset waktu tidur reguler dengan waktu tidur yang irreguler (bringing irama sirkadian). Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikan dua bagian:
1.      Sementara (acut work shift, Jet lag)
2.      Menetap (shift worker)
Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadi perubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada fase REM.
Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadian adalah sebagai berikut:
1.      Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Orang – orang tersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk pada siang hari (insomnia sekunder).
2.      Tipe Jet lag ialah menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya panjang dengan tidur yang terputus-putus.
3.      Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang yang secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur fase REM.
4.      Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome). Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya. Gambaran tidur tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk sesuai.
5.      Tipe bangun-tidur beraturan.
6.      Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam.

E.     Macam – macam Mimpi[6]
1.      Mimpi sebagai Keinginan-keinginan yang Tidak Disadari
Menurut teori psikoanalisis mengenai mimpi, mimpi memungkinkan seseorang memenuhi keinginan dan hasrat yang terlarang atau tidak realistis yang dipaksakan masuk ke dalam bagian ketidaksadaran di dalam pikiran. Menurut Sigmund Freud, mimpi dapat mengekspresikan semua hasrat dan keinginan terpendam, yang sering kali merupakan sesuatu yang terkait dengan seksualitas dan kekerasan.
Dalam mimpi segala pikiran dan objek tampil dalam bentuk simbolis. Freud berpendapat, untuk memahami mimpi maka harus bias membedakan antara isi manifest, yaitu aspek-aspek yang dialami secara sadarselama waktu tidur yang mungkin dapat diingat ketika terbangun, dari isi laten, yaitu harapan dan pikiran-pikiran yang tidak disadari dan diekspresikan dalam bentuk simbolis.
2.      Mimpi sebagai Usaha Mengatasi Masalah. Dalam pendekatan berfokus pada masalah terhadap mimpi berpendapat bahwa mimpi menyatakan tema utama yang menjadi kepedulian. Mimpi bahkan dapat membantu mengatasi masalah dan menghadapi isu emosional terutama pada saat krisis.
3.      Mimpi sebagai Proses Berpikir. Dalam pendekatan kognitif dari mimpi, mimpi secara sederhana merupakan modifikasi dari aktivitas kognitif yang terjadi saat terbangun. Dalam mimpi, dibangun simulasi yang masuk akal dari dunia nyata menggunakan jenis ingatan, pengetahuan, metafora, dan anggapan-anggapan mengenai dunia yang sama seperti ketika tidak tertidur. Menurut pandangan ini, otak melakukan aktivitas atau kerja sejenis dengan yang dilakukan saat terjaga. Itulah yang menyebabkan bahwa beberapa bagian dari korteks serebral yang terlibat dalam proses persepsi dan kognisi sangat aktif pada saat bermimpi.
4.      Mimpi sebagai Interpretasi dari Aktivitas Otak. Dalam teori aktivasi-sintesis (activation-synthesis theory) yang didasarkan pada penelitian fisiologis, mimpi merupakan hasil dari neuron-neuron bagian bawah otak (pons) yang bekerja secara spontan selama tidur REM. Saraf-saraf ini mengatur gerakan mata, wajah, keseimbangan, dan juga psotur tubuh, dan mereka mengirimkan pesan kepada bagian sensorik maupun motorik yang bertanggung jawab atas pemrosesan visual dan perilaku yang disengaja selama terjaga.

IV.      KESIMPULAN
Dari pembahsan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidur dimungkinkan merupakan kebutuhan untuk konsolidasi ingatan. Peningkatan ingatan karena tidur telah diasosiasikan paling dekat dengan tidur REM dan gelombang tidur yang perlahan, maupun dengan ingatan akan ketrampilan tertentu yang spesifik. Tidur juga meningkatkan diperolehnya pemahaman mendalam dan kemampuan memecahkan masalah.
Dalam mimpi segala pikiran dan objek tampil dalam bentuk simbolis. Freud berpendapat, untuk memahami mimpi maka harus bias membedakan antara isi manifest, yaitu aspek-aspek yang dialami secara sadarselama waktu tidur yang mungkin dapat diingat ketika terbangun, dari isi laten, yaitu harapan dan pikiran-pikiran yang tidak disadari dan diekspresikan dalam bentuk simbolis.
Jadi, antara tidur, mimpi, dan ritme sirkadian merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan dan melibatkan aktivitas mental seseorang.


DAFTAR PUSTAKA

Pinel, P.J., Biopsikologi, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009.







0 comments: