MASA KEEMASAN ISLAM BANI ABBASIYAH,FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KEEMASAN BANI ABBASIYAH DAN LAHIRNYA TOKOH-TOKOH INTELEKTUAL MUSLIM
MASA
KEEMASAN ISLAM BANI ABBASIYAH,FAKTOR-FAKTOR
PENDUKUNG KEEMASAN BANI ABBASIYAH DAN LAHIRNYA TOKOH-TOKOH INTELEKTUAL
MUSLIM
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Fatah Syukur,Drs,H,M.Ag
Disusun oleh :
Ida
Susanti ( 083411033)
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
I.
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga saya dapat memproses menjalankan
tugas yaitu membuat sebuah makalah yang sederhana tapi dengan harapan dapat
bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi kita semua.
Pemerintahan Abbasiyah adalah berketurunan daripada al
Abbas,paman Nabi SAW. Pendiri kerajaan al Abbas adalah Abdullah as Saffah bin
Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al Abbas, dan pendiriannya dianggap suatu
kemenangan bagi idea yang dianjurkan oleh kalangan bani Hasyim setelah
kewafatan Rasulullah SAW. Agar jabatan khalifah diserahkan kepada keluaga Rasul
dan sanak saudaranya.Tetapi idea ini telah dikialahkan pada zaman permulaan
islam dimana pemikiran islam yang sehat menetapkan bahwa jabatan khalifah itu
adalah milik kepunyaan seluruh kaum Muslimin, dan mereka berhak melantik siapa
saja antara kalangan mereka untuk menjadi ketua setelah mendapat dukungan.
Tetapi orang-orang Parsi yang masih berpegang kepada prinsip hak ketuhanan yang
suci,terus berusaha meyebarkan prinsip tersebut,sehingga mereka berhasil
membawa Bani Hasyim ke tampuk pemerintahan.
Semoga Allah SWT memberi
keridhaan atas pembuatan makalah sejarah kebudayaan islam tentang masa keemasan
bani abbasiyah ini dan dapat menyumbang pengetahuan serta dapat berfaedah bagi
kita semua amin.
II.
PERMASALAHAN
A. Bagaimana Latar belakang Dinasti Abbasiyah ?
B. Bagaimana Perkembangan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
?
C. Siapakah para Khalifah yang mencapai keemasan ?
D. Apa saja faktor – faktor keberhasilan Bani Abbasiyah ?
E. Siapa sajakah Tokoh intelektual muslim yang muncul ?
III.
DESKRIPSI DATA
A. Latar Belakang Dinasti Abbasiyah
Nama Dinasti Abbasiyah diambilkan dari nama salah seorang
dari paman Nabi Muhammad SAW. Yang bernama al-Abbas ibn Abd al-Muttalib ibn
Hasyim. Orang Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada Bani Umayyah atas
kekhalifahan islam,sebab mereka adalah dari cabang Bani Hasyim yang secara
nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi Muhammad SAW. [1][1]
Pemerintahan Bani Umayyah adalah pemerintahan yang
mempunyai wibawa yang besar,meliputi wilayah yang luas.Mulai dari wilayah Sind
dan berahir di Spanyol. Namun hanya Dinasti ini hanya bisa bertahan kurang dari
1 abad karena kurang mendapat simpati dari rakyatnya. Hal ini yang menyebabkan
munculnya Dinasti Abbasiyah.[2][2]
B. Perkembangan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
1. Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Proses berdirinya Dinasti Abbasiyah ini diawali dari
tahap persiapan dan perncanaan yang dilakukan oleh Ali ibn Abdullah ibn
Abbas,seorang zahid yang hidup pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720
M). Persiapan yang dilakukan Ali adalah melakukan propaganda terhadap umat
islam (utamanya Bani Hasyim).[3][3]
Propaganda Muhammad ibn Ali mendapat sambutan yang luar
biasa dari masyarakat karena beberapa faktor yaitu meningkatnya kekecewaan
kelompok mawali terhadap Dinasti Bani Umayyah karena selama Dinasti ini
berkuasa mereka ditempatkan pada posisi kelas dua dalam sistem sosial sementara
orang-orang Arab menduduki kelas bangsawan,pecahnya persatuan antar suku bangsa
Arab dengan lahirnya fanatisme kesukuan antara Arab utara dengan Arab selatan,timbulnya
kekecewaan kelompok agama terhadap pemerintahan yang sekuler karena mereka
menginginkan pemimpin negara yang memiliki pengetahuan dan integritas keagamaan
yang mumpuni, perlawanan dari kelompok Syiah yang menuntut hak mereka atas
kekuasaan yang pernah dirampas oleh Bani Umayyah karena mereka tidak mudah
melupakan peristiwa tersebut.[4][4]
Sebelum
menggulingkan kekuasaan Dinasti Umayyah,para keluarga Abbas melakukan berbagai
persiapan dengan melakukan pengaturan strategi yang kuat dan persiapan yang matang
juga dukungan yang kuat dari masyarakat. Oleh karena itu sangat diperlukan
pemikiran matang dan strategi yang dapat memperhitungkan keadaan untuk
melakukan gerakan propaganda tersebut.[5][5]
Ali bin Abdullah bin Abbas kemudian digantikan anaknya
Muhammad bin Ali.Pada masa Muhammad bin Ali ini,usaha mendirikan dinasti
Abbasiyah semakin meningkat dengan memperluas gerakan antara lain kota
al-Humaymah sebagai pusat perencanaan dan organisasi,Kufah sebagai kota
penghubung dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis. Setelah Muhammad bin Ali
wafat,beliau digantikan oleh anaknya Ibrahim al-Imam.Guna mempertahankan
wilayahnya beliau mengangkat panglima perang Abu Muslim al-Khurasan dan
berhasil merebut Khurasan dan mencapai kemenangan.Setelah beliau wafat,perjuangannya
diteruskan oleh adiknya yaitu Abu Abbas bin Muhammad bin Ali,beliau ingin
merangkul kekuatan dari keluaga lain yaitu Bani Hasyim dan kaum Alawiyin yang
tidak pernah mendapat perhatian dan dikucilkan oleh Dinasti Umyyah.
Dengan bergabungnya Bani Hasyim dan Kaum Alawyin maka
gerakan Abu Abbas menjadi kekuatan yang ditakuti oleh Bani Umayyah,melihat
posisinya semakin terpojok akhirnya Marwan bin Muhammad,peguasa terakhir
Dinasti Bani Umayyah menyelamatkan diri dari kejaran massa menuju ke wilayah
Mesir tepatnya di Fustad,disitulah dia mati terbunuh pada tahun 132 H/750 M.
Terbunuhnya Khalifah terakhir Bani Umayyah ini menandai era baru dalam
perjalanan sejarah pemerintahan islam,kemudian kekuasaan pindah ke tangan
penguasa baru yaitu para penguasa yang berasal dari keturunan Hasyim atau
keturunan Abbas kemudian Dinasti ini disebut dengan Dinasti Abbasiyah.[6][6]
2. Peta Wilayah Islam
Pada masa daulah Bani Abbasiyah ini wilayah islam sangat
luas,meliputi wilayah yang dikuasai oleh Bani Umayyah antara lain Saudi Arabia,
Yaman Utara, Yaman Selatan, Oman, Uni Emirat, Arab, Quait, Iraq, Iran,
Yordania, Palestina (Israel), Libanon, Mesir, Libia, Tunisia, az-Zajair,
Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan.
Sikap politik daulah Abbasiyah berbeda dengan daulah Bani
Umayyah sebab dalam daulah Bani Abbasiyah pemegang kekuasaan lebih merata,bukan
hanya dipegang oleh bangsa Arab,tetapi lebih demokratis melihat bahwa kekuasaan
itu harus dibagi-bagi dalam segala kekuatan masyarakatnya,maka bangsa Persia
juga diberi kekuasaan begitu juga bangsa Turki dan lainnya.[7][7]
3. Pemerintahan Bani Abbasiyah
Pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari
khalifah Umayyah dimana pendiri dari khalifah ini adalah keturunan
al-Abbas,paman Nabi Muhammad SAW. Yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali
ibn Abdullah ibn al-Abbas dimana pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik,sosial, dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik
itu,para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima
periode :
a) Periode pertama (132-232 H/750-847
M),disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
b) Periode kedua (232-334 H/847-945
M),disebut periode pengaruh Turki pertama.
c) Periode ketiga (334-447 H/945-1055
M),Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
d) Periode keempat (447-590 H/1055-1194 M),disebut juga
dengan masa pengaruh Turki kedua.
e) Periode kelima (590-656 H/1194-1258
M),masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain,tetapi kekuasaannya hanya
efektif di sekitar kota Baghdad.[8][8]
C. Khalifah – Khalifah Bani Abbasiyah
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai
masa keemasannya.Secara politis,para khalifah betul-betul kokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan, politik, dan agama.Disisi lain kemakmuran masyarakat
mencapai tingkat tertinggi.Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai
keemasan dibawah pimpinan al-Mahdi,al-Hadi,Harun
ar-Rasyid,al-Ma`mun,al-Mu`tashim,al-Wasiq dan al-Mutawakil.[9][9]
1. Al-Mahdi (775-785 M)
Al-Mahdi dilahirkan di Hamimah pada tahun 126 H. Sewaktu
ayahnya al-Mansur mulai menjadi khalifah, al-Mahdi berusia 10 tahun dan Isa bin
Musa sebagai putra mahkota bakal pengganti al-Mansur menurut perjanjian yang
dibuat oleh Abul Abbas as-Saffah,tetapi al-Mansur berniat untuk mencalonkan
anaknya menjadi penggantinya kelak.Karena itu beliau mengambil langkah-langkah
untuk mengasuh dan mengajarnya tentang kepahlawanan dan cara-cara memimpin
tentara.
Ketika al-Mahdi menjadi khalifah,negara telah dalam
keadaan stabil dan mantap,dapat mengendalikan musuh-musuh dan keuangannya pun
telah terjamin.Karena itu zaman pemerintahan al-Mahdi terkenal sebagai zaman
yang makmur dan hidup dalam kedamaian.
Al-Mahdi telah memerintah supaya dibangun beberapa buah
bangunan besar di sepanjang jalan yang menuju ke Makkah sebagai tempat
persinggahan para musafir,memerintahkan supaya dibuat kolam-kolam air untuk
kepentingan kelompok-kelompok kafilah dan hewan-hewan mereka dan mengadakan
hubungan pos di antara kota Bagdad dan wilayah-wilayah islam yang terkemuka.[10][10]
2. Al-Hadi (775-786 M)
Al-Hadi adalah khalifah pengganti al-Mahdi yang merupakan
anaknya sendiri,pada tahun 166 H al-Mahdi melantik pula anaknya yang seorang
lagi yaitu Harun ar-Rasyid sebagai putra mahkota bakal pengganti al-Hadi.Kalau
al-Mahdi wafat,al-Hadi dilantik menjadi khalifah yang menggantikannya secara
resmi.
Khalifah al-Hadi ialah khalifah yang tegas,walaupun
beliau gemar berhibur dan bersenda gurau,tetapi semua itu tidak melalaikannya
dari memikul tanggung jawab.[11][11]
Seperti yang telah diketahui khalifah al-Hadi adalah
seorang yang berhati lembut, berjiwa bersih, berakhlak baik, baik tutur
katanya, senantiasa berwajah manis dan jarang menyakiti orang.[12][12]
3. Harun ar-Rasyid (785-809 M)
Harun ar-Rasyid dilahirkan di Raiyi pada tahun 145
H,ibundanya adalah Khaizuran,bekas seorang hamba yang juga ibunda al-Hadi.Beliau
telah dibesarkan dengan baik sewaktu beliau diasuh agar berpribadi kuat dan
berjiwa toleransi.Ayahanda beliau al-Mahdi telah memikulkan beban yang
berat,bertanggung jawab memerintah negeri dengan melantik beliau sebagai amir
di Saifah pada tahun 163 H.Pada tahun 164 H beliau dilantik memerintah seluruh
wilayah Anbar dan negeri-negeri di Afrika Utara.Harun ar-Rasyid telah melantik
pula beberapa orang pegawai tinggi ,mewakili beliau di kawasan-kawasan
tersebut.[13][13]
Pribadi dan akhlak Khalifah Harun ar-Rasyid adalah baik
dan mulia yang menyebabkan beliau sangat dihormati dan disegani.Beliau adalah
salah seorang khalifah yang suka bercengkrama,alim dan dimuliakan.Selain
itu,beliau juga terkenal sebagai seorang pemimpin yang pemurah dan suka
berderma.Beliau juga menyukai musik,ilmu pengetahuan dan dekat dengan para
ulama serta penyair.
Pada zaman
pemerintahan Harun ar-Rasyid,Baitul Mal ditugaskan menanggung narapidana dengan
memberikan setiap orang makanan yang cukup serta pakaian musim panas dan musim dingin.Sebelum
itu khalifah al-Mahdi juga berbuat demikian tetapi dengan nama
pemberian,sementara Khalifah Harun ar-Rasyidmenjadikannya suatu tugas dan tanggung jawab Baitul Mal.
Khalifah Harun ar-Rasyid mampu membawa negeri yang
dipimpinnya ke masa kejayaan, kemakmuran dan kesejahteraan. Berikut usaha Harun
ar-Rasyid selama masa pemerintahannya:
·
Mengembagkan
bidang ilmu pengetahuan dan seni.
·
Membangun
gedung-gedung dan sarana sosial.
·
Memajukan
bidang ekonomi dan industri.
4. Al-Ma`mun (813-833 M)
Nama lengkap khalifah ini adalah Abdullah Abdul Abbas
al-Ma`mun, adalah anak dari Khalifah Harun ar-Rasyid yang dilahirkan pada
tanggal 15 Rabiulawal tahun 170 H/786 M.Kelahirannya bertepatan dengan wafat
kakeknya yaitu Musa al-Hadi,juga bersamaan dengan waktu ayahnya diangkat
menjadi khalifah.Adapun ibunda al-Ma`mun adalah seorang bekas hamba sahaya yang
bernama Marajil.[15][15]
Selain sebagai seorang pejuang yang pemberani beliau juga
sebagai seorang pengusaha yang bijaksana.Semangat berkarya, bijaksana,
pengampun, adil, cerdas merupakan sifat-sifat yang menonjol dalam pribadi
al-Ma`mun.
Khalifah Abdullah al-Ma`mun selama menjabat sebagai
pemimpin Daulah Abbasiyah telah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan hal-hal
sebagai berikut :
·
Menghentikan
berbagai gerakan pemberontakan untuk menciptakan stabilitas dalam negeri.
·
Penertiban
administrasi negara untuk penataan kembali sistem pemerintahan.
·
Pembentukan
badan negara.
Lembaga Baitul Hikmah berfungsi sebagai perpustakaan (daur al-kutub), yang
tampaknya juga aktif disana para guru, para ilmuan, disamping aktivitas
Penerjemahan, penulisannya dan penjilidannya.[17][17]
5. Al-Mu`tashim (833-842 M)
Abu Ishak Muhammad Al-Mu`tashim lahir pada tahun 187
H.Ibunya bernama Maridah.Beliau dibesarkan dalam suasana ketentaraan,karena
sifat berani dan minatnya untuk menjadi pahlawan. Di masa pemerintahan
al-Ma`mun, al-Mu`tashim merupakan tangan kanannya dalam menyelesaikan kesulitan
dan memimpin peperangan. Al-Ma`mun juga melantik al-Mu`tashim sebagai
pemerintah di negeri Syam dan Mesir,kemudian melantiknya pula sebagai putra
mahkota. Al-Mu`tashim menyandang jabatan khalifah sesudah wafatnya, al-Ma`mun.[18][18]
Khalifah pindah bersama korp-korps kayangannya ke
Samara.Di sana beliau mendirikan istana,masjid dan sekolah-sekolah.Tidak lama
kemudian Samara mulai megah seperti Baghdad,tetapi beliau tidak pernah
menggantikan Baghdad sebagai pusat intelektual yang besar.Hal ini juga didukung
oleh kondisi perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini berkembang dengan
pesat,bukan hanya ilmu pengetahuan umum tetapi ilmu pengetahuan agama.[19][19]
6. Al-Watsiq (842-847 M)
Al-Watsiq dilahirkan pada tahun 196 H,ibunya keturunan
Roma bernama Qaratis.Al-Watsiq berperibadi luhur,berpikiran cerdas dan
berpandangan jauh dalam mengurus segala perkara.Bapaknya telah memberinya
kekuasaan di Baghdad,ketika al-Mu`tashim berpindah ke Samara bersama-sama
dengan angkatan tentaranya kemudian melantiknya sebagai putra mahkota bakal
khalifah.Al-Watsiq telah menyandang jabatan khalifah setelah wafatnya
al-Mu`tashim,ayahnya.[20][20]
Al-Watsiq adalah penguasa yang sangat cakap,
pemerintahannya mantap dan penuh perhatian, beliau banyak memberikan uang dan
menolong ilmu pengetahuan sepenuhnya, industri maju dan perdaganagn lancar.
7. Al-Mutawakkil (847-861 M)
Ja`far al-Mutawakil adalah putra al-Mu`tasim Billah
(833-842) dari seorang wanita persia.Beliau menggantikan saudaranya al-Watsiq.
Selama masa pemerintahannya al-Mutawakil menunjukkan rasa toleran terhadap
sesama. Al-Mutawakkil mengandalkan negarawan Turki dan pasukannya untuk meredam
pemberontakan dan memimpin pasukan menghadapi pasukan asing. Al-Mutawakkil
wafat pada tanggal 11 Desember 861 M.[21][21]
D. Faktor-Faktor Keberhasilan Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah mencapai puncak keemasannya karena
terdapat beberapa faktor diantaranya adalah :
1) Islam makin meluas tidak di Damaskus
tetapi di Baghdad.
2) Adanya perkembangan ilmu pengetahuan.
4) Ilmu pengetahuan dipandang sebagai
sesuatu yang sangat mulia dan berharga.Para khalifah membuka kesempatan
pengembagan pengetahuan seluas-luasnya.
5) Rakyat bebas berpikir serta memperoleh
hak asasinya dalam segala bidang.
6) Daulah Abbasiyah,berbakat usaha yang sungguh-sungguh membangun
ekonominya.Mereka memiliki pembendaharaan yang berlimpah-limpah disebabkan
penghematan dalam pengeluaran.
7) Para khalifah banyak mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan sehingga banyak buku-buku yang dikarang dalam
berbagai ilmu pengatahuan,serta buku-buku pengetahuan berbahasa asing
diterjemahkan kedalam bahasa Arab.[23][23]
8) Adanya asimilasi antara bangsa Arab
dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan ilmu
pengetahuan, asimilasi itu berlangsung efektif dan bangsa-bangsa tersebut
memberi saham pengetahuan yang bermanfaat.[24][24]
E. Lahirnya Tokoh Intelektual Muslim
1. Bidang Filsafat
a. Al-Khindi (811-874 M)
Abu Yusuf Ishak Al-Khindi,beliau terkenal sebagai filsuf
muslim pertama.Beliau mengarang sebanyak kurang lebih 236 buah kitab tentang
ilmu mantik, filsafat, handasah, hisab, musik, nujum, dan lain-lain. Diantara
karyanya adalah Kimiyatul Itri, Risalah fi Faslain, Risalah fi Illat an Nafs ad
Damm dan lain-lain.
b. Al-Farabi (870-950 M)
Abu Nashr Muhammad bin Muhammad Tarkhan Al-Farabi,nama
filsuf al-Farabi menjadi terkenal setelah masa al-Khindi.Beliau lahir di Farab
pada tahun 870 M dan wafat di Damaskus pada tahun 95 M.Diantara karyanya yaitu
Tahsilus Sa`adah,Assiyasatul
Madaniyah,Tanbih ala Sabilis Sa`adah dan lain-lain.
c. Ibnu Sina (980-1037 M)
Ar-Rais Abu Ali Husain bin Abdullah yang lebih terkenal
dengan Ibnu Sina.Beliau lahir di Afsyanah,Bukhara pada tahun 980 M,dan wafat di Hamdan pada tahun 1037
M.Beliau adalah seorang dokter dan filsuf ternama.Ibnu Sina meninggalkan
karyanya sebanyak kurang lebih 200 buah.Diantara karya buku filsafatnya adalah
Al Isyarat wa At Tanbihat, Mantiq Al Masyriqiyyin dan lain-lain.[25][25]
d. Ibnu Bajjah (453-523 H)
Abu Bakar Muhammad bin Yahya atau Ibnu Bajjah .Beberapa
karyanya yang bernilai tentang filsafat, antara lain Tadbirul Mutawahhid, Fi an
Nafs, dan Risalatul Ittisal.
e. Ibnu Rusyd (529-595 H)
Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusydi lahir
pada tahun 520 H di Kordova.Diantara karyanya dalam bidang filsafat adalah
Mabadiul Falasifah, Tahafutut Tahafut, Kulliyan dan lain-lain.
f. Ibnu Thufail (225-287 H)
Abu Bakar bin Abdul Malik bin Thufail,beliau adalah salah
seorang murid Ibnu Bajjah.Diantara karangannya adalah Hayy bin Yaqzan.
g. Al-Ghazali (1058-1111 M)
Abu Hamid bin Muhammad at-Tusi al-Ghazali lahir pada
tahun 1058 M dan wafat pada tahun 1111 M.Diantara karyanya adalah Tahafutul
Falasifah, Ar-Risalatul Qudsiyah dan Ilya Ulumuddin.[26][26]
2. Bidang Kedokteran
a. Ibnu Sina (980-1037 M)
Selain sebagai filsuf beliau juga terkenal sebagai
seorang dokter.Diantara kitabnya adalah Asy Syifa` dan Al Qonun Fitthibb.
b. Ar-Razi (194-264 H)
Abu Bakar bin Zakaria ar-Razi,beliau adalah seorang
dokter yang paling masyhur di zamannya,beliau menjadi ketua dokter di
Baghdad.Diantara kitab karangannya adalah Al Hawi dan Fi Al Judari Wa Al
Hasbat.
c. Ibnu Baytsar (810-878 M)
Beliau adalah ahli farmasi dan kimia. Karyanya yang
terkenal adalah Al-Mughni, Mizanut Thabib dan Jami` Mufradtil Adwiyah wa
Aghniyah.[27][27]
d. Bidang Matematika
Dalam bidang ini salah satu ahlinya adalah
al-Khawarizmi.Buku pertamanya adalah Al-Jabar
(buku pertama yang membahas solusi sistematik dari lnier dan notasi
kuadrat),sehingga beliau disebut sebagai Bapak
Aljabar.Kata aljabar berasal dari kata aljabr,satu
dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat.[28][28]
IV. ANALISIS
Dinasti Abbasiyah adalah
bentuk kekuasaan pemerintahan yang bekerja meneruskan pemerintahan Bani
Umayyah.Disebut Abbasiyah karena para perancang dan pendirinya adalah keluarga
Abbas (Bani Abbas) bin Abdul Mhuthalib yang merupakan paman Nabi Muhammad SAW.
Dinasti Abbasiyah
merupakan imperium islam yang pertama kali mencapai kemajuan yang sangat pesat
di dalam ilmu pengetahuan dan sains.Hal ini terjadi karena para khalifahnya
sangat peduli dan perhatian terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan.Usaha awal dimulai dari dibangunnya berbagai lembaga keilmuan
seperti kuttub,masjid,madrasah,majlis munazarah dan yang paling mendukung
adalah dibangunnya Baitul Hikmah sebagai pusat
penerjemah,perpustakaan,penelitian,serta perguruan islam yang mampu memunculkan
para ilmuan islam atau tokoh intelektual muslim.
Para pemimpin pada
masa bani Abbasiyah mempunyai kesadaran ilmu yang sangat tinggi,hal ini
ditunjukkan masyarakatnya yang antusias dalam mencari ilmu,penghargaan yang
tinggi bagi para ulama,para pencari ilmu,tempat – tempat menuntut
ilmu,banyaknya perpustakaan – perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum yang
dibangun oleh para khalifah pada waktu itu,tradisi intelektual inilah yang
seharusnya kita contoh,sebagai usaha sadar keilmuan kita dalam mengejar
ketertinggalan dan segera lepas dari
keterpurukan.
Perkembangan dan kemajuan
Daulah Abbasiyah memberikan pelajaran yang sangat berharga akan pentingnya
persatuan dan kesatuan masyarakat demi tercapainya pertahanan dan keamanan
sebuah pemerintahan islam agar dapat dengan tenang dalam menciptakannya.
V.
KESIMPULAN
v Daulah Bani Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat
dalam berbagai bidang.Para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani
Abbas menjadi lima periode :
a. Periode pertama disebut periode
pengaruh Arab dan Persia pertama.
b. Periode kedua disebut periode pengaruh
Turki pertama.
c. Periode ketiga disebut juga masa
pengaruh Persia kedua.
d. Periode keempat disebut juga dengan
masa pengaruh Turki kedua.
e. Periode kelima
v Khalifah – Khalifah Bani Abbasiyah yang mengalami perkembangan adalah :
1. Al-Mahdi
2. Al-Hadi
3. Harun ar-Rasyid
4. Al-Ma`mun
5. Al-Mu`tashim
6. Al-Watsiq
7. Al-Mutawakkil
v Faktor-Faktor Keberhasilan Bani Abbasiyah
a. Islam makin meluas tidak di Damaskus
tetapi di Baghdad.
b. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan.
c. Dalam penyelenggaraan negara ada
jabatan wazir.
d. Rakyat bebas berpikir serta memperoleh
hak asasinya.
e. Banyak buku asing yang diterjemahkan
kedalam bahasa Aarab.
v Tokoh intelektual muslim
1. Bidang Filsafat
a. Al-Khindi
b. Al-Farabi
c. Ibnu Sina
d. Ibnu Bajjah
e. Ibnu Rusyd
f. Ibnu Thufail
g. Al-Ghazali
2. Bidang Kedokteran
a. Ibnu Sina
b. Ar-Razi
c. Ibnu Baytsar
3. Bidang Matematika
Al-Khawarizmi
VI. PENUTUP
Demikianlah makalah yang
dapat saya buat semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya amiin dan saya
yakin makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk makalah selanjutnya.Jika ada kesalahan saya mohon maaf dan atas
perhatiannya saya mengucapkan terimakasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Asnawi,Muh,Sejarah
Kebudayaan Islam,Semarang:CV.Aneka Ilmu,2009
Ismiyatun,Sejarah
Kebudayaan Islam,Madrasah Tsanawiyah
Karim,Abdul,M,Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,Yogyakarta:Pustaka Book
Publisher,2007
Sanusi, Ja`far, dkk, Sejarah
Kebudayaan Islam, Madrasah Aliyah III, Semarang: CV.Wicaksana
Syalabi, A, Sejarah dan Kebudayaan Islam III, Jakarta:
PT.Al Husna Zikra, 2000, cet ke-3
Syukur,Fatah,Sejarah Peradaban Islam,Semarang:PT.Pustaka
Rizki,2009
Yatim,Badri,Sejarah
Kebudayaan Islam II,Semarang:-,1996
[1][1] M.Abdul Karim,Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,(Yogyakarta:Pustaka Book
Publisher,2007),hal.143
[7][7] Ja`far Sanusi dkk,Sejarah Kebudayaan Islam,Madrasah Aliyah
111,(Semarang:CV.Wicaksana),hal.32
[28][28] Fatah Syukur,op.cit,hal.105
#sejarah#peradabanislam#makalah#MASA
KEEMASAN ISLAM BANI ABBASIYAH,FAKTOR-FAKTOR
PENDUKUNG KEEMASAN BANI ABBASIYAH DAN LAHIRNYA TOKOH-TOKOH INTELEKTUAL
MUSLIM#filsafat#ilmu#kemanusiaan#humaniora
0 comments:
Post a Comment