Our social:

Thursday, 10 March 2016

MAKALAH KETERTARIKAN ANTAR MANUSIA



Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Psikologi Sosial
Dosen Pengampu: Fitriyati, S. Psi. M. Si




Disusun Oleh :

M. MAHMUD ABADI         (104411056)
M. SAIFULLOH                    (104411057)
        PULIYANTO                         (104411059)



FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
I.     PENDAHULUAN
Pengertian daya tarik sering terlalu sempit, sekali lagi, terbatas pada daya tarik fisik. Padahal daya tarik fisik hanya merupakan salah satu bagian daya tarik. Namun ada baiknya bila hal ini dijadikan contoh untuk mengembangkan pemahaman tentang daya tarik. Seseorang yang menarik wajahnya biasanya akan diberi penilaian yang baik. Orang yang memnberi penilaian baik ini berarti mempunyai sikap yang positif. Oleh karena itu ketertarikan didefinisikan sebagai sikap positif terhadap orang lain.
Dalam kehidupan manusia di dunia tentunya setiap individu tidak akan pernah terlepas dengan orang lain atau berinteraksi dalam memenuhi kebutuhannya. Sejalan dengan interaksi manusia dalam kehidupannya kerap kali muncul suatu hubungan di antara individu, hubungan itu berawal dari sebuah interaksi antar individu yang semakin lama sehingga menimbulkan sebuah perasaan ketertarikan antar individu, berawal dari ketertarikan itu manusia akan menjalani hubungan yang jauh yang berupa persahabatan, setelah masa persahabatan berjalan baik dalam waktu yang lama atau pendek terkadang akan menimbulkan perasaan yang lebih mendalam di antara individu, perasaan itulah yang di sebut dengan intimasi.

II.      RUMUSAN MASALAH
A.  Pengertian dan Faktor Ketertarikan
B.   Teori-Teori Ketertarikan
C.   Persahabatan
D.  Tertarik dan Cinta

III.   PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ketertarikan
Ketertarikan adalah sebuah fenomena yang alami yang di alami oleh setiapa orang di dalam kehidupannya, terkadang ketertarikan itu berawal dari sebuah proses interaksi antara satu individu dengan individu lainya, di dalam proses itu individu menemukan sesuatu yang menjadi faktor ketertarikan dalam menjalani hubungan itu. Cara-cara seseorang menjadi menarik bagi orang lain dapat pula digolongkan berdasarkan ciri-ciri yang dilihatnya pada orang lain itu. Pada hakekatnya, hal yang sama dapat dikatakan tentang daya tarik benda-benda non-manusiawi, tetapi beberapa ciri orang-orang adalah unik bagi manusia: oleh karena itu dapat diharapkan bahwa beberapa dari sumber-sumber keuntungan/hadiah yang disajikan oleh manusia adalah unik bagi mereka. Bila tingkah laku orang lain terhadap diri sendiri ditafsirkan oleh oleh seseorang sebagai positif terhadap dirinya, maka ia akan merasa memperoleh keuntunagan dan cenderung untuk membalas ketertarikan orang lain itu terhadap dirinya.[1]
Dalam definisi Law of Attraction atau Hukum Ketertarikan didefinisikan sebagai berikut: “Segala sesuatu yang saya pikirkan, dengan segenap perhatian, energi, dan konsentrasi pikiran, baik hal yang positif maupun negatif, akan datang ke dalam kehidupan saya”.[2]
 Secara garis besar fakto-faktor yang mempengaruhi ketertarikan ada 4 yaitu: Karakteristik aktor, Faktor penilaian, Variabel-variabel interpersonal dan Faktor kondisi yang ada atau yang menyertai.[3]

1.      Karakteristik Aktor
Pengertian karakteristik aktor adalah orang yang menjadi obyek penilaian. Beberapa karakteristik yang biasanya menimbulkan penilaian positif bagi pihak lain di jelaskan dibawah ini.
a.      Daya tarik fisik
Bentuk-bentuk tubuh yang seksi, atletis atau wajah yang cantik dan bagi orang yang menilai. Sebaliknya, tampang yang seram bahkan ada yang mengatakan tampang kriminal bisa menimbulkan kebencian kepada orang lain. Karena penilaian positif akan memberi dampak lebih lanjut, maka untuk menarik orang lain mendekat, berkenalan dan sebagainya, sering juga digunakan kecantikan dan ketampanan ini. Tempat-tempat pelayanan umum yang mencari keuntungan seperti toko, pada umumnya menggunakan konsep ini. Dapat kita bayangkan, misalnya, sebuah toko yang memeperkerjakan orang-orang yang berwajah seram, maka pengunjungnya akan sedikit sekali
b.      Kompetensi
Kompetensi seperti kecerdasan, kemampuan, skill yang tinggi, prestasi dan seterusnya merupakan kualitas tersendiri yang tidak semua orang memilikinya dalam tahap yang memuaskan. Kondisi-kondisi seperti ini cenderung untuuk dikejar. Berhubung dengan orang-orang yang mempuyai kemampuan tertentu memberi kepuasan tersendiri.
          Ada sedikit perbedaan antara pria dan wanita dalam hal menilai kompetensi dan daya tarik fisik sebagai dasar mencari pasangan. Bagi wanita, daya tarik fisik pasangan sedikit kurang penting dibanding pria, tetapi kompetensi menjadi lebih penting dalam mencari pasangan bagi wanita dibanding bagi pria. Dalam hal ini tampaknya ada perasaan takut tersaingi bila pria mencari pasangan yang sedrajat atau lebih tinggi dalam kompetensi dibanding dirinya. Namun, dengan semakin majunya dunia pada umumnya mempengaruhi penilaian tentang hal ini.
c.       Karakteristik menyenangkan
Apabila orang yang cantik atau tampan dinilai menyenangkan, maka orang yang mengerjakan sesuatu yang menyenangkan juga memiliki daya tarik tersendiri, be nice or do something nice.
Orang yang lucu, ramah, santun, penolong, sabar, dan memiliki berbagai karakter menyenangkan lain terbukti memiliki lebih banyak teman atau mendapat lebih banyak simpati. Sebaliknya, orang pada umumnya kurang suka berteman dengan orang yang kasar, kurangajar, urakan, dan berbagai sifat negatif lainnya.
Karakter menyenangkan ini tidak hanya berlaku bagi orang dewasa, tetapi juga mulai terlihat pengaruhnya sejak usia anak-anak. Anak kecil yang manis dan lucu lebih sering diperlakukan secara positif seperti digendong, dicium, dibelai dari pada anak kecil yang biasa-biasa saja.[4]

2.      Faktor penilai
Setiap individu memiliki kriteria tertentu, terutama yang bersifat subyektif, dalam memberi penilaian pada orang lain. Latar belakang sosial, ekonomi, budaya, maupun yang bersifat pribadi ikut berpengaruh dalam menilai. Dalam kaitan ini pembahasan akan lebih menitikberatkan pada faktor yang ada dalam diri penilai itu sendiri.
Dari berbagai faktor dalam diri penilai, diperkirakan bahwa kondisi afektif merupakan faktor yang besar peranannya dalam menilai. Seperti diketahui secara umum bahwa suasana hati yang baik akan ditunjukkan pula dalam memberi penilaian. Dan sebaliknya. pengalaman juga merupakakn faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja dalam memberi penilaian daya tarik. Seseorang yang pernah patah hati dan trauma dengan hal itu kemungkinan besar akan memberi penilaian yang rendah.[5]

3.      Variabel-variabel interpersonal
Seperti disinggung dibagian terdahulu bahwa ketertarikan bisa muncul diawal hubungan maupun pada saat sudah terjalinnya hubungan. Ketertarikan yang muncul pada awal hubungan biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lahiriyah sifatnya. Sedangkan ketertarikan yang terjadi ketika hubungan itu sudah terjadi pada umumnya lebih banyak disebabkan pleh faktor-faktor psikologis.
a.      Kesamaan
Penelitian-penelitian terakhir mensinyalir bahwa banyak pasangan suami-istri yang ternyata mempunyai kemiripan wajah. Terlepas dari seberapa tepat hasil penelitian tersebut, ternyata memang ada kecenderungan bahwa seseorang akan memilih pasangan yang mempunyai level daya tarik fisik yang relatif sama dengan dirinya. Untuk menjalin hubungan sosial yang lebih intens masalah seperti ini sering diantisipasi oleh pihak yang bersangkutan sedini mungkin. Terlihat pada saat awal orang berkenalan ada usaha untuk saling menjajagi pandangan lawan bicaranya. Orientasi semacam ini bisa jadi sangat penting dalam rangka menjaga perasaan partner.
b.      Komplemen
Ada sebagian orang yang mencari pasangan yang berbeda dengan dirinya agar saling melengkapi dalam kehidupan mereka kelak. Keinginan seperti ini akan bisa terwujud untuk masalah-masalah yang tidak esensial. Dengan kata lain masih diperlukan kesamaan-kesamaan untuk berbagai hal mendasar, sedangkan untuk hal-hal yang perifer terkadang justru diperlukan untuk melihat variasi. Biasanya orang-orang yang berpandangan luas lebih bisa menerima perbedaan seperti ini, tetapi untuk mereka yang berpandangan sempit masalah ini bisa menjadi sumber perpecahan.
c.         Sama-sama suka
Orang akan menyukai atau tertarik pada yang lain bila ada hubungan timbal balik. Dengan demikian apabila tidak ada respon dari partener, maka akan sulit untuk menjalin hubungan lebih lanjut. Saling menyukai merupakan hal yang tidak bisa diabaikan dalam proses ketertarikan. Hubungan yang seimbang terjadi bila kedua orang tersebut saling menyukai satu dengan yang lain dan pandangan mereka pada pihak ketiga sama.[6]

4.      Faktor Situasi
          situasi yang di yang dimaksud dalam pembicara ini bisa situasi sesaat atau temporer, bisa juga situasi yang berlangsung lama. Situasi yang temporer, seperti disinggung terdahulu, berpengaruh sebab seperti pada proses psikologis umumnya, psikis manusia sulit untuk bekerja sekaligus untuk berbagai aspek. Sebagai contoh, otak tidak mungkin memikirkan sekaligus dua hal yang bersamaan. Dua hal bisa dikerjakan secara hampir bersamaan dengan selisih waktu yang relatif singkat, tetapi untuk berlangsung secara serempak adalah sulit.
          Dalam kaitan dengan masalah ketertarikan, analogi serupa dapat digunakan dalam hal ini. Contohnya, orang yang sangat sibuk akan sedikit sekali memberi perhatian pada wanita yang lewat di depannya. Pada saat yang lain, orang yang sibuk ini membutuhkan sedikit jeda untuk mengurangi ketegangannya dengan cara memandang wanita yang lewat di depannya. Inilah arti penting dari faktor situasional terutama yang temporer.

B.     Teori-teori Ketertarikan
a.      Teori Cognitive
Teori cognitive menekankan proses berfikir sebagai dasar yang menentukan tingkah laku. Tingkah laku sosial di pandang sebagai suatu hasil atau akibat dari proses akal. Pendekatan cognitive di kemukakan oleh ahli psikologi sosial yang bernama Newcomb di sebutnya sebagai Teori Balance, yaitu suatu kecenderungan untuk mengkonsepsi orang lain, dirinya, dan barang-barang lain di sekitarnya dengan cara yang harmonis, balance atau syimetrs.
Hubungan yang pasti adalah lebih memuaskan dari pada yang lain. Jika seseorang menyukai lainya dan jika keduanya saling menyukai dapatlah dikatakan bahwa hubungan itu mencerminkan adanya hubungan yang balanced atau seimbang. Hubungan antar pribadi yang baik di tandainya oleh adanya persetujuan dasar dan kesamaan pandangan tempat atau benda.
Dengan kata lain ketertarikan kepada orang lain mungkin secara sederhana apakah anda dan dia setuju untuk suka atau tidak suka. Sebalikanya, hubungan yang paling tidak memuaskan kata Newcomb adalah kurangnyaa keseimbangan antara persetujuan dan tidak. Bila ketidakseimbangan terjadi, seseorang akan berusaha menuju kondisi seimbang dengan mencoba merubah keyakinkan orang lain untuk berubah atau keseimbangan dapat di peroleh dengan berubahnya akal pikiran seseoarang. Akhirnya situasi tidak seimbang itu dapat terpecahkan secara sederhana.[7]

b.      Teori Reinforcement (Penguatan)       

Dasar teori ini cukup sederhana, yaitu bahwa orang ditarik oleh hadiah dan ditolak oleh hukuman. Semua ketertarikan antar pribadi diterangkan dalam hal belajar di mana untuk berhubungan secara positif dengan hadiah, dan untuk berhubungan secara negatif dengan perangsang hukuman. Kita kemudian akan lebih suka menjadi tertarik kepada orang-orang yang menghadiahi atau menghargai kita daripada orang-orang yang menghukum kita dengan kritikan atau menghina kita.

c.       Teori interactionist

Ide tentang teori ini bukan di kembangkan dari penelitian ketertarikan laboratorium di mana subyek merespon orang yang belum mereka kenal, tetapi dalam situasi alamiah di mana suatu keputusan selalu di hubungkan kepada situasi sosial di mana seseorang menemukan dirinya.

Levinger dan Snoek menekankan di dalam penelitiannya bahwa faktor terpenting di dalam suatu hubungan berbeda dari waktu ke waktu, di ketahui bahwa seorang suami tertarik kepada istrinya mula-mula karena sifat penurutnya, akhirnya di ketahui bahwa sifat ini tidak cukup menopang perkawinanya, suami ini mungkin menemukan ciari ciri lainnya yang ada pada istrinya yang menjadikan ia terus menerus tertarik. Teori interactionist lebih menitik beratkan pada ketertarikan antar pribadi sebagai suatu konsep.[8]


C.    Persahabatan

Persahabatan merupakan konsep sosial yang murni. Persahabatan menuntut adanya pemeliharaan interaksinya, kecenderungan adanya persahabatan adalah karena adanya persamaan, persamaan ini dapat berupa persamaan kesenangan atau hobby,berfikir,keinginan atau cita-cita, nasib dan sebagainya.

Seorang ahli psikologi sosial Zuzanne Kurth membedakan persahabatan dan hubungan ketemanan, sebagai berikut: Persahabatan adalah suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap individu menjadi suatu kesatuan, sedangkan hubungan ketemanan adalah merupakan hasil dari suatu hubungan formal dan suatu tingkat permulaan di dalam perkembangan suatu persahabatan. Hubungan ketemanan dapat berkembang ke persahabatan, berteman dengan seseorang biasanya merupakan tingkat permulaan dari kukuhnya suatu persahabatan.

Ciri-ciri Persahabatan :

1.    Mereka menghargai satu sama lain lebih pada sebagai orang itu sendiri dari pada keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari persahabatan itu

2.    Persahabatan sebagai suatu hubungan antar pribadi lebih menekankan pada kualitas yang objektif satu sama lain

3.    Saling bertukar barang tidak di dasarkan pada keuntungan ekonomi tetapi pada kesukaan harapan diantara mereka

4.    Bersahabat karena keunikannya yang tidak bisa di gantikan dengan orang lain.[9]


D.    Tertarik dan Cinta

a.    Tertarik

Orang yang saling bertemu memiliki kecenderungan untuk tertarik berhubungan langsung dapat berupa berhadap-hadapan secara fisik, misal teman sekerja, teman sekolah, dll. berhubungan langsung tidak dengan secara fisik misalnya melalui telefon, surat dan lain-lain.

b.   Cinta

Merupakan salah satu bentuk terpenting dari ketertarikan antar pribadi, pada umumnya cinta melibatkan dua orang berbeda jenis kelamin, dan merupakan suatu perwujudan ketertarikan antar pribadi pria dan wanita.

Cinta pada dasarnya terdiri dari empat elemen utama:

·      Pengertian

·      Kepercayaan

·      Kerjasama

·      Pernyataan kasih sayang

Keempat elemen ini harus di miliki oleh kedua pihak, bukan satu pihak saja.

1.    Pengertian: saling pengertian mempunyai arti yang cukup luas yaitu mengerti kepada hal hal yang di senangi maupun yang tidak di senangi pasanganya. Pengertian di sini kadang adang menuntut pengorbanan. Orang menekankan keinginannya sendiri demi pengertiannya atas pasangannya.

2.    Kepercayaan: saling percaya merupakan salah satu elemen perwujudan cinta. Kedua belah pihak harus selalu menjaga agar apa apa di lakukan maupun di katakana menimbulkan kepercayaan pada pasangannya. Untuk dapat dipercaya orang harus menunjukan dalam bentuk kata kata dan perbuatan. Jadi kepercayaan ini tidak berarti bahwa karena mereka saling cinta, mereka harus saling percaya, tanpa mau berusaha agar apa apa yang di lakukan menimbulkan kepercayaan, dengan kata lain cinta menuntut masing masing pihak dalam hal kata dan perbuatan dapat di percaya.

3.    Kerjasama: mengandung arti bahwa hasil itu akan menjadi lebih baik bila keduanya saling kerjasama bila di bandingkan jika mereka bekerja sendiri sendiri. Mereka di katakana saling mencintai bila keduanya memiliki kesediaan untuk saling kerjasama.

4.    Pernyataan Kasih Sayang: ini menyempurnakan ke 3 elemen yang terdahulu. Pernyataan kasih sayang ini dapat berupa :

a.    Kata kata misalnya: sayangku, cintaku, manisku dan sebagainya.

b.    Perbuatan misalnya: menepuk bahu, menggandeng, mencium, memeluk dan sebagainya.[10]

IV.   KESIMPULAN
Pada pembahasan makalah di atas tentang Ketertarikan Antar Manusia, dapat disimpulkan bahwa Ketertarikan Antar Manusia memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya. Yang pertama faktor Karakteristik aktor meliputi daya tarik fisik, kompetensi dan karakteristik yang menyenagkan. Yang kedua yaitu Faktor penilaian yang bersifat subyektif, dalam memberi penilaian pada orang lain dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, maupun yang bersifat pribadi. Yang ketiga faktor variabel-variabel interpersonal merupakan ketertarikan yang bisa muncul diawal hubungan maupun pada saat sudah terjalinnya hubungan secara psikologis meliputi kesamaan, komplemen dan suka sama suka. Dan yang terakhir Faktor kondisi yang ada atau yang menyertai atau disebut faktor situasi yang sementara atau yang berlangsung lama. Didalam ketertarikan antar manusia juga didukung beberapi teori ketertarikan, seperti teori cognitiv, teori Reinforcement dan teori interactionist. Selain itu ketertarikan dalam persahabatan dan cinta juga termasuk di dalam ketertarikan antar manusia.
V.      PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami paparkan ini, kami dari penyusun makalah berharap agar kita semua dapat memahami tentang Ketertarikan Antar Manausia. Di dalam makalah ini tentunya ada kesalahan dalam penulisan, kami dari pemakalah sangat membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun demi perbaikan dan pengembangan pada makalah ini, dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita sekaligus bermanfaat dalam dunia akademik maupun dunia penerapan ilmu pngetahuan ini. Âmîîîn……
Daftar Pustaka

·         M. Newcomb, Theodore, dkk,  Psikologi Sosial, Bandung: CV. Diponegoro, 1981.
·         J. Losier, Michael,  Law of Attraction; mengungkap rahasia kehidupan, Jakarta: Cahaya Intan Suci, 2007.
·         Faturochman,  Pengantar Psikologi Sosial, Yogyakarta: Pustaka, 2006.
·          Ahmadi, Abu,  Psikologi Sosial, Jakarta: Rienika Cipta, 1999.




[1] Theodore M. Newcomb, dkk, Psikologi Sosial, Bandung: CV. Diponegoro, 1981, h. 394-395.
[2] Michael J. Losier,  Law of Attraction; mengungkap rahasia kehidupan, Jakarta: Cahaya Intan Suci, 2007, h. 25
[3] Dr. Faturochman, MA, Pengantar Psikologi Sosial, Yogyakarta: Pustaka, 2006, h. 59.
[4] Dr. Faturochman, MA, Pengantar Psikologi Sosial.... h. 60-62
[5] Dr. Faturochman, MA, Pengantar Psikologi Sosial.... h. 63
[6] Dr. Faturochman, MA, Pengantar Psikologi Sosial.... h. 63-66
[7] Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta: Rienika Cipta, 1999, h. 229-230
[8] Ibid h. 231-232
[9] Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial.... h. 232-235
[10] Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial.... h. 235-237

0 comments: