Our social:

Sunday, 6 March 2016

MAKALAH PSYCHODYNAMIC PSYCHOTHERAPY


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Psikiatri
Dosen Pengampu: Wisnu Buntaran, S. Psi


Disusun Oleh:
RATYH SURYANI (104411060)

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2012
I.            PENDAHULUAN
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini.
Pemahanan freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada pengalaman-pengalaman dengan pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang beragam literature ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman-pengalaman ini menyediakan data yang mendasar bagi evolusi teorinya. Baginya, teori mengikuti megikuti observasi, dan konsepnya tentang kepribadian terus mengalami revisi selama 50 tahun terakhir hidupnya.
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudian ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan. Teori psikodinamika berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit (Alwisol, 2005 : 3-4).

II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Psikodinamik Psikoterapi

III.            PEMBAHASAN
A.    Psikodinamik Psikoterapi
Sigmund Freud merupakan perumus teori pertama yang mengembangkan model psikologis dari perilaku abnormal. Beliau juga pertama kali mengembangkan model pskoterapi yang disebutnya psikoanalisis, untuk membantu oang-orang yang menderita akibat gangguan psikolois. Psikoanalisis merupakan teori psikodinamika yang pertama. Terapi psikodinamika membantu idividu untuk memperoleh insight mengenai, dan mengatasi konflik bawah sadar yang dipercaya merupakan akar dari perilaku abnormal. Freud merangkum tujuan dari psikoanalisis dengan mengatakan dimana ada id, seharusnya disitu juga ada ego. Tujuannya lebih pada menggantikan perilaku defensive dengan perilaku adaptif. Dengan demikian, klien dapat menemukan kepuasan tanpa memperoleh hukuman social atau menghukum diri sendiri.[1]
Metode utama yang digunakan Freud untuk mencapai tujuan ini adalah Asosiasi bebas, analisis mimpi, dan analisis hubungan  transference.
1.    Analisis bebas
Analisis bebas merupakan proses pengungkapan tanpa sensor dari pikiran-pikiran segera setelah pikiran masuk kebenak kita. Asosiasi bebas dipercaya secara bertahap akan menghancurkan pertahanan yang menghambat kesadaran tentang proses bawah sadar. Klien diminta untuk tidak menyaring atau menyensor pikiran, tetapi membiarkan pikiran mereka mengembara secara bebas. Psikoanalisis tidak meyakini bahwa proses asosiasi bebas benar-benar bebas. Meski asosiasi bebas dimulai dengan pembicaraan ringan, kompuls untuk mengungkapkan akhirnya mengarahkan klien untuk menyinkap materi yang lebih berarti.
2.    Analisis mimpi
Selama tidur, pertahanan ego melemah dan impuls yang tidak dapat diterima menemukan ekspresinya dalam mimpi. Karena pertahanan tidak seluruhnya dihapuskan, impuls mengambil bentuk yang disamarkan atau disimbolisasikan. Dalam teori psikoanalitik, mimpi memiliki dua tingkatan muatan, yaitu :
·         Muatan manifes
·         Muatan laten
Meskipun mimpi memiliki arti psikologis, seperti yang diyakini oleh Freud, masih belum ada acara independen untuk menentukan arti dari mimpi.
3.    Transference
Proses analisis dan penanganan hubungan transference dianggap komponen penting dalampsikoanaliss. Freud percaya bahwa hubungan transference memberikan alat untuk menghidupkan kembali koflik-konflik dengan orang tua pada masa kanak-kanak. Freud menyebut proses ini sebagai neurosis transference.  Neurosis ini harus dianalisis dan ditangani dengan berhasil agar klien dapat berhasil dalam psikoanalisis.[2]
Asumsi Dasar Tentang Manusia dalam Psikodinamika
Dikatakan psikodinamika, karena teori ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku berasal dari gerakan dan interaksi dalam pikiran manusia, kemudian pikiran merangsang perilaku dan keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.
Perkembangan teori psikodinamika dalam lingkungan teori-teori pekerjaan sosial masih diterapkan secara generalis, hal ini dimungkinkan karena penerapannya masih berpatokan pada ajaran Freud tadi dengan mengarah kepada pengembangan psikoanalisis. Pendekatan psikodinamika terhadap psikologi berpusat pada proses-proses bawah sadar yang mempengaruhi prilaku. Teori psikodinamika yang paling terkenal adalah teori dari Freud, yaitu teori ”struktur” kepribadian, pertahanan ego, perkembangan  psikoseksual, dan teori mimpi.
Asumsi-asumsi penting psikologi psikodinamika adalah:
a.  Perilaku dan perasaan orang dewasa (termasuk masalah-masalah psikologis) berasal dari  pengalaman masa kecil.
b.  Hubungan antar manusia (terutama hubungan orangtua-anak) sangat penting dalam menentukan perasaan dan perilaku manusia.
c.  Perilaku dan perasaan sangat dipengaruhi oleh makna kejadian-kejadian dalam pikiran bawah sadar dan motif-motif bawah sadar.
d. Berlawanan dengan cabang-cabang lain dalam psikologi yang sangat menekankan penelitian sistematis dan ilmiah, psikologi psikodinamika mencari informasi melalui mimpi, gejala, tingkah laku yang tidak masuk akal, dan semua ucapan pasien selama terapi.[3]
Pengetahuan Bawah Sadar: Asosiasi Bebas dan Interpretasi Mimpi.
Dalam upaya awal mengubah perilaku, freud menggunakan metode yang disebut cathartic hypnosis (hipnosis kataris). Pendekatan yang dianut adalah simtom neurotis dapat hilang dengan cara menghilangkan emosi yang terbendung/terhalang. Frued tidak suka menggunakan hipnosis; karena tidak semua pasien dapat dihipnosis, maka seringkali hasilnya bersifat sementara, dan dia tidak mendapat banyak pengetahuan tentang fungsi mental. Perkembangan kedua dalam teknik tersebut adalah ”waking sugestion” (sugesti pembangkit). Di sini Frued meletakan tangannya di kepala pasien dan meyakinkan pasien tersebut bahwa dia dapat mengingat dan menghadapi pengalaman emosional masa lalu yang dikubur. Dengan bertambahnya ketertarikan kepada interpretasi mimpi, Freud fokus pada metode asosiasi bebas (free association) sebagai dasar psikoanalisis. Dalam metode ini pasien diminta melaporkan kepada analisa semua pikiran yang terlintas, tidak menunda melakukan pelaporan, tidak menyembunyikan sesuatu, tidak menghalangi sesuatu untuk muncul ke dalam kesadaran.
Mimpi merupakan “jalan tol” ke alam bawah sadar. Dengan metode asosiasi bebas analis dan pasien dapat melampaui konten yang dimanifestasikan dari mimpi tersebut dan masuk ke konten laten, ke makna tersembunyi yang mengekspresikan keinginan bawah sadar. Seperti simtom, mimpi, merupakan hasrat pemenuhan yang tersamarkan dan parsial. Dalam mimpi seseorang dapat memuaskan keinginan bermusuhan atau seksual dengan cara tersamar dan karena itu aman. Misalnya, ketimbang memimpikan membunuh, seseorang dapat memimpikan peperangan di mana figur tertentu terbunuh. Dalam kasus tersebut, keinginan bawah sadar tersebut paling tidak masih jelas, tetapi dalam kasus yang lain keinginan tersebut bisa menjadi lebih tersamarkan. Asosiasi bebas mengungkapkan hal-hal yang tersembunyi.[4]
Dalam teknik asosiasi bebas, orang yang dianalisa membiarkan semua pemikirannya muncul tanpa halangan atau pemalsuan apapun. Idenya adalah membiarkan pemikiran seseorang mengalir bebas, untuk mengungkapkan asosiasi tersembunyi di antara ide-ide yang ada. Bagi freud, teknik asosiasi bebas bukan hanya metode perawatan tetapi juga metode ilmiah. Hal tersebut memberikan bukti utama bagi teori kepribadiannya.[5]
Karena mimpi adalah suatu produk psikis dan karena hidup psikis dianggapnya sebagai konflik antara daya-daya psikis, maka masuk akal saja, kalau Freud mulai dengan mengerti mimpi sebagai perwujudan suatu konflik. Pengandaian ini ternyata berhasil pula. Mimpi ternyata mempunyai struktur yang sama seperti gejala neurotis, sehingga dengan cara ini pun orang dapat mempelajari represi, pembentukan substansi dan mekanisme-mekanisme tak sadar lainnya. Dan dalam hal ini mimpi mempunya beberapa ciri yang lebih menguntungkan daripada gejala neurotis, karena mimpi terjadi dalam keadaan tidur; jadi, keadaan di mana si subjek ingin beristirahat dan aktivitas-aktivitasnya−psikis maupun fisis−sudah mencapai suatu taraf minimal. Dlam keadaan seperti itu represi menjadi semakin kendor dan apa yang direpresi dapat masuk dalam kesadaran. Dengan menyelidiki apa yang  menyibukan si subyek pada hari sebelumnya, analisa mimpi  dapat mengartikan mimpi sebagai keinginan tak sadar yang muncul dalam kesadaran. Mimpi itu tidak lain daripada perealisasian suatu keinginan.
Untuk menafsirkan mimpi, orang harus menelusuri proses terbentuknya mimpi dalam jurusan yang berlawanan. Dengan bertolak dari sisi yang terang, orang harus kembali ke pikiran-pikiran tersembunyi yang telah didistorsi oleh sensur. Setelah melewati berbagai distorsi, akhirnya orang dapat memperlihatkan keinginan yang diresepsi tetapi perlu dicatat lagi bahwa juga sesudah penafsiran, mimpi tetap memerlukan suatu produk ketidaksadaran dan harus diperlakukan demikian.[6]
Cara yang paling menguntungkan dalam mimpi adalah menangani mimpi adalah dengan melihatnya sebagai permainan metaforis atau drama yang tersingkap di depan mata kita. Dalam drama yang terencana dengan baik unsur setting adalah yang pertama kali diperkuat, baik didimensi fisik maupun didimensi psikologis; juga disarankan penciptaan mood  tertentu dan konflik-konflik yang mungkin terjadi dapat disinggung secara tidak langsung. Inilah yang disebut eksposisi. Kemudian krisis berkembang dan konflik muncul kepermukaan. Banyak kekuatan yang menggerakan yang disinggung dalam eksposisi dapat tampil maksimal dan kita memperoleh sajian drama yang menyingkap banyak hal. Kemudian sebagai prinsip umum, sebuah solusi diperkenalkan, terkadang dalam bentuk dari ketiadaan solusi, bahkan sebuah jalan buntu atau impasse. Dinamika-dinamika ini berlaku secara berimbang pada produk-produk bawah sadar apa pun, seperti mimpi-mimpi, fantasi-fantasi, dongeng-dongeng atau mitologi lainnya, tak peduli dalam media apa ia diekspresikan; jadi, gambaran-gambaran psikologis dan puisi tunduk pada proses yang sama (istilah Psikologis di sini ditekankan untuk membedakannya dari ekspresi artistik yang asli. Keduanya tidak saling mengeksklusifkan satu sama lain−seringkali dimungkinkan juga dan juga sah untuk memperlakukan materi yang sama dari sudut pandang artistik maupun psikologis sekaligus). [7]

IV.            KESIMPULAN
Dalam teknik asosiasi bebas, orang yang dianalisa membiarkan semua pemikirannya muncul tanpa halangan atau pemalsuan apapun. Dengan membiarkan pemikiran seseorang mengalir bebas, untuk mengungkapkan asosiasi tersembunyi di antara ide-ide yang ada. Metode asosiasi bebas (free association) ini pasien diminta melaporkan kepada analisa semua pikiran yang terlintas, tidak menunda melakukan pelaporan, tidak menyembunyikan sesuatu, tidak menghalangi sesuatu untuk muncul ke dalam kesadaran. Dan juga terdapat asumsi-asumsi penting dalam psikologi psikodinamik yaitu Perilaku dan perasaan orang dewasa, Hubungan antar manusia, perilaku dan perasaan sangat dipengaruhi oleh makna kejadian-kejadian dalam pikiran bawah sadar dan motif-motif bawah sadar, dan berlawanan dengan cabang-cabang lain dalam psikologi yang sangat menekankan penelitian sistematis dan ilmiah, psikologi psikodinamika mencari informasi melalui mimpi, gejala, tingkah laku yang tidak masuk akal, dan semua ucapan pasien selama terapi.
V.            PENUTUP
Berdasarkan uraian makalah di atas kami pemakalah mengharapkan apa yang sudah kita pahami mengenai psikodinamik psikoterapi akan menjadi suatu pengetahuan bagi kita. Di dalam makalah ini tentunya ada kesalahan dalam penulisan, kami dari pemakalah sangat membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun demi perbaikan dan pengembangan pada makalah ini, dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita sekaligus bermanfaat dalam dunia akademik maupun dunia penerapan pngetahuan ini. Âmîîîn……
Daftar Pustaka

·         A. Pervin, Lawrence dkk., Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian, Jakarta: Kencana, 2010.
·         Bertens, K., Memperkenalkan Psikoanalisis: Lima Ceramah, Jakarta: Gramedia, 1984.
·         Corsin, Raymond, Psikoterapi Dewasa Ini: Dari Psikoanalisis hingga Analisa Transaksional, Surabaya: Ikon Teralitera, 2003.
·         http://animenekoi.blogspot.com/2011/05/metode-metode-penanganan.html (Senin, 24-12-2012. jam 23:00)





[4] Lawrence A. Pervin, dkk., Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian, Jakarta: Kencana, 2010, h. 131.
[5] Ibid, h. 75.
[6] K. Bertens, Memperkenalkan Psikoanalisis: Lima Ceramah, Jakarta: Gramedia, 1984, h. xxv-xxvi
[7] Raymond Corsin, Psikoterapi Dewasa Ini: Dari Psikoanalisis hingga Analisa Transaksional, Surabaya: Ikon Teralitera, 2003, h. 125-126

0 comments: