MAKALAH PSYCHODYNAMIC PSYCHOTHERAPY
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Psikiatri
Dosen Pengampu: Wisnu Buntaran, S. Psi
Disusun
Oleh:
RATYH SURYANI
(104411060)
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
I.
PENDAHULUAN
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan
perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah
motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa
kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek
psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini.
Pemahanan freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada
pengalaman-pengalaman dengan pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan
bacaannya yang luas tentang beragam literature ilmu pengetahuan dan
kemanusiaan. Pengalaman-pengalaman ini menyediakan data yang mendasar bagi
evolusi teorinya. Baginya, teori mengikuti megikuti observasi, dan konsepnya tentang kepribadian terus
mengalami revisi selama 50 tahun terakhir hidupnya.
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak
pakar yang kemudian ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan
teori kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta
tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack
Sullivan. Teori psikodinamika berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas
terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit (Alwisol, 2005 :
3-4).
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Psikodinamik
Psikoterapi
III.
PEMBAHASAN
A.
Psikodinamik Psikoterapi
Sigmund Freud merupakan
perumus teori pertama yang mengembangkan model psikologis dari perilaku
abnormal. Beliau juga pertama kali mengembangkan model pskoterapi yang
disebutnya psikoanalisis, untuk membantu oang-orang yang menderita akibat gangguan psikolois. Psikoanalisis merupakan teori
psikodinamika yang pertama. Terapi psikodinamika membantu idividu untuk
memperoleh insight mengenai, dan
mengatasi konflik bawah sadar yang dipercaya merupakan akar dari perilaku
abnormal. Freud merangkum tujuan dari psikoanalisis dengan mengatakan dimana
ada id, seharusnya disitu juga ada ego. Tujuannya lebih pada menggantikan
perilaku defensive dengan perilaku adaptif. Dengan demikian, klien dapat
menemukan kepuasan tanpa memperoleh hukuman social atau menghukum diri sendiri.[1]
Metode utama yang digunakan
Freud untuk mencapai tujuan ini adalah Asosiasi bebas, analisis mimpi, dan
analisis hubungan transference.
1. Analisis
bebas
Analisis bebas merupakan
proses pengungkapan tanpa sensor dari pikiran-pikiran segera setelah pikiran
masuk kebenak kita. Asosiasi bebas dipercaya secara bertahap akan menghancurkan
pertahanan yang menghambat kesadaran tentang proses bawah sadar. Klien diminta
untuk tidak menyaring atau menyensor pikiran, tetapi membiarkan pikiran mereka
mengembara secara bebas. Psikoanalisis tidak meyakini bahwa proses asosiasi
bebas benar-benar bebas. Meski asosiasi bebas dimulai dengan pembicaraan
ringan, kompuls untuk mengungkapkan akhirnya mengarahkan klien untuk menyinkap
materi yang lebih berarti.
2. Analisis
mimpi
Selama tidur, pertahanan ego
melemah dan impuls yang tidak dapat diterima menemukan ekspresinya dalam mimpi.
Karena pertahanan tidak seluruhnya dihapuskan, impuls mengambil bentuk yang
disamarkan atau disimbolisasikan. Dalam teori psikoanalitik, mimpi memiliki dua
tingkatan muatan, yaitu :
·
Muatan
manifes
·
Muatan laten
Meskipun mimpi memiliki arti
psikologis, seperti yang diyakini oleh Freud, masih belum ada acara independen
untuk menentukan arti dari mimpi.
3. Transference
Proses analisis dan penanganan
hubungan transference dianggap komponen penting dalampsikoanaliss. Freud
percaya bahwa hubungan transference memberikan alat untuk menghidupkan kembali
koflik-konflik dengan orang tua pada masa kanak-kanak. Freud menyebut proses
ini sebagai neurosis transference. Neurosis ini harus dianalisis
dan ditangani dengan berhasil agar klien dapat berhasil dalam psikoanalisis.[2]
Asumsi Dasar
Tentang Manusia dalam Psikodinamika
Dikatakan psikodinamika,
karena teori ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku berasal dari gerakan dan
interaksi dalam pikiran manusia, kemudian pikiran merangsang perilaku dan
keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.
Perkembangan teori
psikodinamika dalam lingkungan teori-teori pekerjaan sosial masih diterapkan
secara generalis, hal ini dimungkinkan karena penerapannya masih berpatokan
pada ajaran Freud tadi dengan mengarah kepada pengembangan psikoanalisis. Pendekatan psikodinamika terhadap psikologi berpusat pada proses-proses
bawah sadar yang mempengaruhi prilaku. Teori psikodinamika yang paling terkenal
adalah teori dari Freud, yaitu teori ”struktur” kepribadian, pertahanan ego,
perkembangan psikoseksual, dan teori mimpi.
Asumsi-asumsi penting psikologi psikodinamika adalah:
Asumsi-asumsi penting psikologi psikodinamika adalah:
a. Perilaku dan perasaan orang dewasa (termasuk masalah-masalah psikologis)
berasal dari pengalaman masa kecil.
b. Hubungan antar manusia (terutama hubungan orangtua-anak) sangat penting
dalam menentukan perasaan dan perilaku manusia.
c. Perilaku dan perasaan sangat dipengaruhi oleh makna kejadian-kejadian dalam
pikiran bawah sadar dan motif-motif bawah sadar.
d. Berlawanan dengan cabang-cabang lain dalam psikologi yang sangat menekankan
penelitian sistematis dan ilmiah, psikologi psikodinamika mencari informasi
melalui mimpi, gejala, tingkah laku yang tidak masuk akal, dan semua ucapan
pasien selama terapi.[3]
Pengetahuan Bawah Sadar: Asosiasi Bebas dan
Interpretasi Mimpi.
Dalam upaya awal mengubah perilaku, freud menggunakan
metode yang disebut cathartic hypnosis
(hipnosis kataris). Pendekatan yang dianut adalah simtom neurotis dapat hilang
dengan cara menghilangkan emosi yang terbendung/terhalang. Frued tidak suka
menggunakan hipnosis; karena tidak semua pasien dapat dihipnosis, maka
seringkali hasilnya bersifat sementara, dan dia tidak mendapat banyak
pengetahuan tentang fungsi mental. Perkembangan kedua dalam teknik tersebut
adalah ”waking sugestion” (sugesti
pembangkit). Di sini Frued meletakan tangannya di kepala pasien dan meyakinkan
pasien tersebut bahwa dia dapat mengingat dan menghadapi pengalaman emosional
masa lalu yang dikubur. Dengan bertambahnya ketertarikan kepada interpretasi
mimpi, Freud fokus pada metode asosiasi bebas (free association) sebagai dasar psikoanalisis. Dalam metode ini
pasien diminta melaporkan kepada analisa semua pikiran yang terlintas, tidak
menunda melakukan pelaporan, tidak menyembunyikan sesuatu, tidak menghalangi
sesuatu untuk muncul ke dalam kesadaran.
Mimpi merupakan “jalan tol” ke alam bawah sadar.
Dengan metode asosiasi bebas analis dan pasien dapat melampaui konten yang
dimanifestasikan dari mimpi tersebut dan masuk ke konten laten, ke makna
tersembunyi yang mengekspresikan keinginan bawah sadar. Seperti simtom, mimpi,
merupakan hasrat pemenuhan yang tersamarkan dan parsial. Dalam mimpi seseorang
dapat memuaskan keinginan bermusuhan atau seksual dengan cara tersamar dan
karena itu aman. Misalnya, ketimbang memimpikan membunuh, seseorang dapat
memimpikan peperangan di mana figur tertentu terbunuh. Dalam kasus tersebut,
keinginan bawah sadar tersebut paling tidak masih jelas, tetapi dalam kasus
yang lain keinginan tersebut bisa menjadi lebih tersamarkan. Asosiasi bebas
mengungkapkan hal-hal yang tersembunyi.[4]
Dalam teknik asosiasi bebas, orang yang dianalisa
membiarkan semua pemikirannya muncul tanpa halangan atau pemalsuan apapun.
Idenya adalah membiarkan pemikiran seseorang mengalir bebas, untuk
mengungkapkan asosiasi tersembunyi di antara ide-ide yang ada. Bagi freud,
teknik asosiasi bebas bukan hanya metode perawatan tetapi juga metode ilmiah.
Hal tersebut memberikan bukti utama bagi teori kepribadiannya.[5]
Karena mimpi adalah suatu produk psikis dan karena
hidup psikis dianggapnya sebagai konflik antara daya-daya psikis, maka masuk
akal saja, kalau Freud mulai dengan mengerti mimpi sebagai perwujudan suatu
konflik. Pengandaian ini ternyata berhasil pula. Mimpi ternyata mempunyai
struktur yang sama seperti gejala neurotis, sehingga dengan cara ini pun orang
dapat mempelajari represi, pembentukan substansi dan mekanisme-mekanisme tak
sadar lainnya. Dan dalam hal ini mimpi mempunya beberapa ciri yang lebih
menguntungkan daripada gejala neurotis, karena mimpi terjadi dalam keadaan
tidur; jadi, keadaan di mana si subjek ingin beristirahat dan
aktivitas-aktivitasnya−psikis maupun fisis−sudah mencapai suatu taraf minimal.
Dlam keadaan seperti itu represi menjadi semakin kendor dan apa yang direpresi
dapat masuk dalam kesadaran. Dengan menyelidiki apa yang menyibukan si subyek pada hari sebelumnya,
analisa mimpi dapat mengartikan mimpi
sebagai keinginan tak sadar yang muncul dalam kesadaran. Mimpi itu tidak lain
daripada perealisasian suatu keinginan.
Untuk menafsirkan mimpi, orang harus menelusuri proses
terbentuknya mimpi dalam jurusan yang berlawanan. Dengan bertolak dari sisi
yang terang, orang harus kembali ke pikiran-pikiran tersembunyi yang telah
didistorsi oleh sensur. Setelah melewati berbagai distorsi, akhirnya orang dapat memperlihatkan
keinginan yang diresepsi tetapi perlu dicatat lagi bahwa juga sesudah
penafsiran, mimpi tetap memerlukan suatu produk ketidaksadaran dan harus
diperlakukan demikian.[6]
Cara yang paling
menguntungkan dalam mimpi adalah menangani mimpi adalah dengan melihatnya
sebagai permainan metaforis atau drama yang tersingkap di depan mata kita.
Dalam drama yang terencana dengan baik unsur setting adalah yang pertama kali diperkuat, baik didimensi fisik
maupun didimensi psikologis; juga disarankan penciptaan mood tertentu dan
konflik-konflik yang mungkin terjadi dapat disinggung secara tidak langsung.
Inilah yang disebut eksposisi. Kemudian
krisis berkembang dan konflik muncul kepermukaan. Banyak kekuatan yang
menggerakan yang disinggung dalam eksposisi dapat tampil maksimal dan kita
memperoleh sajian drama yang menyingkap banyak hal. Kemudian sebagai prinsip
umum, sebuah solusi diperkenalkan,
terkadang dalam bentuk dari ketiadaan solusi, bahkan sebuah jalan buntu atau impasse. Dinamika-dinamika ini berlaku
secara berimbang pada produk-produk bawah sadar apa pun, seperti mimpi-mimpi,
fantasi-fantasi, dongeng-dongeng atau mitologi lainnya, tak peduli dalam media
apa ia diekspresikan; jadi, gambaran-gambaran psikologis dan puisi tunduk pada
proses yang sama (istilah Psikologis di
sini ditekankan untuk membedakannya dari ekspresi artistik yang asli. Keduanya
tidak saling mengeksklusifkan satu sama lain−seringkali dimungkinkan juga dan
juga sah untuk memperlakukan materi yang sama dari sudut pandang artistik
maupun psikologis sekaligus). [7]
IV.
KESIMPULAN
Dalam teknik asosiasi
bebas, orang yang dianalisa membiarkan semua pemikirannya muncul tanpa halangan
atau pemalsuan apapun. Dengan membiarkan pemikiran seseorang mengalir bebas,
untuk mengungkapkan asosiasi tersembunyi di antara ide-ide yang ada. Metode
asosiasi bebas (free association) ini
pasien diminta melaporkan kepada analisa semua pikiran yang terlintas, tidak
menunda melakukan pelaporan, tidak menyembunyikan sesuatu, tidak menghalangi
sesuatu untuk muncul ke dalam kesadaran. Dan juga terdapat asumsi-asumsi
penting dalam psikologi psikodinamik yaitu Perilaku dan perasaan orang dewasa, Hubungan antar manusia, perilaku dan
perasaan sangat dipengaruhi oleh makna kejadian-kejadian dalam pikiran bawah
sadar dan motif-motif bawah sadar, dan berlawanan dengan cabang-cabang lain dalam psikologi yang sangat menekankan
penelitian sistematis dan ilmiah, psikologi psikodinamika mencari informasi
melalui mimpi, gejala, tingkah laku yang tidak masuk akal, dan semua ucapan
pasien selama terapi.
V.
PENUTUP
Berdasarkan uraian makalah di atas kami pemakalah mengharapkan apa yang
sudah kita pahami mengenai psikodinamik psikoterapi akan menjadi suatu pengetahuan bagi kita. Di dalam makalah ini tentunya ada kesalahan dalam
penulisan, kami dari pemakalah sangat membutuhkan kritik dan saran yang dapat
membangun demi perbaikan dan pengembangan pada makalah ini, dan semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan kita sekaligus bermanfaat dalam dunia akademik
maupun dunia penerapan pngetahuan ini. Âmîîîn……
Daftar Pustaka
·
A. Pervin, Lawrence dkk., Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian,
Jakarta: Kencana, 2010.
·
Bertens, K., Memperkenalkan Psikoanalisis: Lima Ceramah, Jakarta: Gramedia,
1984.
·
Corsin, Raymond, Psikoterapi Dewasa Ini:
Dari Psikoanalisis hingga Analisa Transaksional, Surabaya: Ikon Teralitera,
2003.
·
http://animenekoi.blogspot.com/2011/05/metode-metode-penanganan.html
(Senin, 24-12-2012. jam 23:00)
·
http://suryamalakiano.blogspot.com/2012/01/makalah-kep-jiwa
psikodinamika.html?zx=a07c088dbff58720 (Senin, 24-12-2012. jam
23:00)
[1] http://animenekoi.blogspot.com/2011/05/metode-metode-penanganan.html(senin,
24-12-2012. jam 23:00)
[2] http://animenekoi.blogspot.com/2011/05/metode-metode-penanganan.html
(senin, 24-12-2012. jam 23:00)
[3]
http://suryamalakiano.blogspot.com/2012/01/makalah-kep-jiwa
psikodinamika.html?zx=a07c088dbff58720
(senin, 24-12-2012. jam
23:00)
[4]
Lawrence A. Pervin, dkk., Psikologi
Kepribadian: Teori dan Penelitian, Jakarta: Kencana, 2010, h. 131.
[5]
Ibid, h. 75.
[6] K.
Bertens, Memperkenalkan Psikoanalisis:
Lima Ceramah, Jakarta: Gramedia, 1984, h. xxv-xxvi
[7]
Raymond Corsin, Psikoterapi Dewasa Ini: Dari Psikoanalisis hingga Analisa
Transaksional, Surabaya: Ikon Teralitera, 2003, h. 125-126
0 comments:
Post a Comment