Makalah KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN DINASTI ABBASIYAH
KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN DINASTI
ABBASIYAH
Makalah
Disusun Guna Menuhi Tugas
Mata Kuliah: Sejarah
Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Prof. Hj.
Sri Suhandjati
![]() |
Disusun
Oleh :
Hanni’
Nailatus Syharifah (134111051)
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO SEMARANG
2014
A. Latarbelakang
Masalah
Roda kepemimpinan tidak selalu di
kendalikan oleh orang atau sekelompok orang. Oleh karena itu, sering kali
terjadi perubahan tatanan dalam suatu kepemimpinan yang menganggap bahwa
perombakan adalah salah satu jalan untuk meraih kesejatian dalam kepemimpinan
tersebut. Juga Wajar bila sering kali terjadi sebuah pemikiran pada suatu zaman
mahsyur, namun pada zaman yang berbeda mengalami keredupan, atau sebaliknya.
Pada periode tertentu dikutuk, pada saat yang lain dipuja habis-habisan.[1] Kondisi
seperti itu mengisyaratkan bahwa potensi seseorang untuk menjadi yang terbaik
adalah suatu semangat dalam mengarungi roda kehidupan kehidupan. Yang pasti
adalah untuk meraih suatu kebaikan maka juga harus ditempuh melalui jalur
yang baik pula.
Agama Islam yang dalam hal ini
memberikan corak kepemimpinan yang disebut sebagai khalifah tentunya memiliki
tawaran tersendiri yang memang dianggap pas untuk menjadi penengah di dunia
Islam. Salah satu potensi yang dimiliki oleh orang-orang Islam yang menjadikan
Al-Qur’an sebagai pedoman adalah, Islam betul-betul mampu menawarkan pemecahan
yang damai terhadap segala penyakir sosial. Kedua, mampu menyediakan kesempatan
dalam spectrum yang luas bagi aktivis sosial muslim, yang ketiga adalah mampu
membangun ikatan kemanusiaan yang mungkin belum pernah ada sebelumnya.[2]
Gambaran tersebut tentunya mengisyaratkan bahwa bangunan kekuasaan dalam hal
ini (dapat dikonotasikan sebagai kepemimpinan) akan berjalan lancar ketika
mengupayakan tiga potensi sebagaimana diuraikan di atas. Sebaliknya, jika
mengupayakan suatu bangunan (kepemimpinan) yang tidak berdasar pada konsep
Islam (salah satunya adalah taqwa) maka akan terjadi keruntuhan, bahkan
kebinasaan yang menghinakan. Hal ini telah Allah wahyukan di dalam Al-Qur’an
sebagaimana terdapat dalam Q.S At-Taubah 9 : 109 berikut:
Terjemahnya :“Maka apakah orang-orang yang mendirikan
bangunan (mesjid) di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang
baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang
runtuh, lalu (bangunan) itu roboh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka
jahannam?. dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zalim.”[3]
Dalam Sejarah Peradaban Islam tercatat
bahwa telah terjadi beberapa kali pergantian kepemimpinan Islam, ada yang
digantikan Karena memang dianggap sudah sewajarnya digantikan misalnya Khalifah
Abu Bakar yang meminta untuk digantikan karena kondisi kesehatannya yang
sudah tidak lagi memungkinkan untuk memimpin umat Islam.[4] Sementara itu ada Khalifah
yang wafat kerena dibunuh, serta dinasti ada yang runtuh karena ada dinasti
lain yang kuat untuk membangun gerakatan kolektif[5]. Kondisi tersebut sekaligus
menjawab bahwa tidak ada kekuasaan yang total dan abadi pada suatu
kepemimpinan dinasti melainkan akan berangkat dari kondisi yang standar lalu
meningkat hingga pada puncaknya. Entah puncak kejayaan biasa-biasa saja atau
luar biasa tapi sesuatu yang pasti adalah bahwa akan terjadi penurunan setelah
mencapai pucak untuk perjalanan roda kepemimpinan.
Daulat Bani Abbas yang terbentuk pada
tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M) juga berangkat dari dasar lalu
menciptakan pola pembangunan bangsa hingga mencapai puncak kejayaannya. Lalu
pada babakan selanjutnya mengalami kemunduran hingga mengalami keruntuhan. Yang
menjadi pertanyaan adalah mengapa terjadi kemuduran peradaban dunia Islam pada
Masa Dinasti Bani Abbasiyah?
B. Permasalahan
Berangkat dari uraian di atas, dapat
diangkat suatu permasalahan yaitu mengapa dunia Islam mengalami kemunduran
dalam peradaban dunia?, agar permasalahan tersebut tidak meluas, maka akan
diuraikan sub permasalahan berikut ini:
1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan
terjadinya kemunduran pada Dinasti Bani Abbasiyah
2. Apa yang menyebabkan terjadinya
keruntuhan pada Dinasti Bani Abbasiyah?
Dua sub permasalahan tersebut diangkat
di atas dianggap dapat menjawab permasalahan tersebut.
II. PEMBAHASAN
A. Faktor
Penyebab Kemunduran Khalifah Bani Abbas
Sejak periode pertama, sebenarnya banyak tantangan dan
gangguan yang dihadapi Dinasti Abbasiyah. Beberapa gerakan politik yang
meronrong pemerintah dan mengganggu stabilitas muncul dimana-mana, baik gerakan
dari kalangan intern Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Namun, semuanya dapat
diatasi dengan baik. keberhasilah penguasa Abbasiyah mengatasi gejolak dalam
negeri makin memantapkan posisi dan kedudukan mereka sebagai pemimpin yang
tangguh. Kekuasaan benar-benar berada ditangan khalifah. Keadaan ini sangat
berbeda dengan periode sesudahnya. Setelah periode pertama berlalu, para
khalifah sangat lebah. Mereka berada di bawah pengaruh kekuasaan yang
lain.[6]
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan
besar yang dicapai dinasti Abbasiyah pada periode pertema telah mendorong para
penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Setiap khalifak
cenderung ingin lebih mewah dari pendahulunya. Kehidupan mewah
khalifah-khalifah ini ditiru para hartawan dan anak-anak pejabat.kecenderungan
bermewah-mewah, dtambah kelemahan khalifah dan faktor lainnya menyebabkan roda
pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin. Kondisi ini member peluang
kepada tentara professional asal Turki yang semula diangkat oleh khalifah
Al-Mu’tashim untuk mengambil alih pemerintahan. Usaha mereka berhasil, sehingga
kekuasaan sesungguhnya berada di tangan mereka, sementara kekuasaan bani Abbas
didalam khalifah Abbasiyah yang didirakannya mulai pudar dan ini merupakan awal
dari keruntuhan dinasti ini, meskipun setelah itu usianya masih bertahan lebih
dari 400 tahun.
Faktor lain yang menyebabkan peran politik bani Abbas
menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya
juga terjadi pada pemerintahan-perintahan Islam sebelumnya, tetapi apa yang terjadi
pada pemerintahan Abbasiyah berbeda pada pemerintahan sebelumnya.
Bermula dari kebijakan Al-Mu’tashim,
khalifah dari keluarga Abbas (833-842 M) yang memberi peluang besar kepada
orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, pemerintahan mereka dimulai
sebagai tentara pengawal. Tentara dibina secara khusus menjadi
prajurit-prajurit professional. Kondisi pertahanan keamanan yang kokoh tersebut
semakin mengundang munculnya berbagai macam tatangan yang mengganggu
stabilitas. Gerakan-gerakan tersebut seperti gerakan sisa-sisa umaiyah dan
kalangan inter Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, Gerakan Syi’ah
dan konflik antar Bangsa serta aliran pemikiran keagamaan. Gerakan tersebut
merupakan cikal bakal dari keruntuhan Dinasti Bani Abbasiyah setelah melemahnya
kapasitas internal pemimpin di kubu Bani Abbas.[7]
Dalam suatu referensi, Periode
kepemimpinan Bani Abbas dibagi menjadi dua fase. Fase pembagian ini didasarkan
pada Kemajuan dan keruntuhan Daulat Bani Abbas. Fase pertama ditandai dengan
perkembangan Daulat Bani Abbas, sedangkan fase kedua ditandai dengan masa
kemunduran Khalifah Bani Abbas.[8]
Pandangan di atas sekaligus
meggambarkan dinamika utama yang terjadi pada kepemimpinan khalifah Bani
Abbasiyah yang menyebabkan merosot atau kemunduran pemerintahan ini. Diantara
dinamika tersebut, disebutkan bahwa lemahnya para khalifah dan dominasi
kalangan militer terhadap pusat kekuasaan. Juga disebabkan oleh munculnya
negeri-negeri kecil akibat banyaknya pemimpin yang memisahkan diri dari pusat
kekuasaan dan pengakuan khalifah tehadap kekuasaan mereka, point selanjutnya
yang menjadi dinamika adalah munculnya peradaban-peradaban Islam masa lalu yang
dikemas dalam kemewahan dan foya-foya. Diuraikan juga bahwa adanya pasukan
salib yang menyerang kaum muslimin.[9]
Catatan yang mengurai secara ringkas
tentang faktor penyebab kemunduran Dinasti Bani Abbas yaitu faktor internal
dimana keluarga penguasa cenderung mengejar kemewahan hidup, perebutan
kekuasaan antara keluarga Banis Abbasiyah serta adanya konflik keagamaan.
Sedangkan faktor eksternal yaitu banyaknya pemberontakan banyaknya
pemberontakan akibatnya luasnya wilayah kekuasaan yang semakin tidak
terkontrol, adannya dominasi bangsa Turki.[10]
B. Faktor
Penyebab Keruntuhan Khalifah Bani Abbas
Salah satu penyebab keruntuhan atau
kehancuran Pemerintahan Bani Abbas adalah adanya serangan pasukan Mongolia.
Akibat dari serangan pasukan Mongolia ini jugalah yang menyebabkan jatuhnya
Kekuasaan Daulat Bani Abbasiyah.[11] Adapun faktor atau sebab hancurnya
pemerintahan bani Abbasiyah dapat kita lihat pada banyaknya peristiwa yang
terjadi di dunia Silam saat pemerintaha Bani Abbasiyah. Juga melihat banyaknya
wilayah yang memisahkan diri dan memiliki kekuasaan yang besar lalu hilang
eksistensinya. Selain itu, kita melihat bahwa pemerintahan Abbasiyah mengalami
masa jaya dimana kekuasaan sepenuhnya berada dibawa control para khalifah.
Setelah itu, grafik kekuatannya semakin menurun hingga akhirnya berhasil
dihancurkan oleh tentara-tentara Mongolia.[12]
Kalau ditanya, apa sebenarnya yang
menyebabkan hancur dan ambruknya pemerintahan Abbasiyah. Mungkin bisa kita
ringkas sebab-sebab kehancuran pemerintahan Abbasiyah sebagai berikut;
1. Munculnya pemberontakan keagamaan
seperti pemberontakan Zinj, Gerakan Qaramithah, Hasyasiyun, Serta Munculnya
pemerintahan Ubaidiyah dan kerakan kebatinan.
2. Adanya dominasi militer atas khalifah
dan kekuasaan mereka sehingga banyak menghinakan dan merendahkan para khalifah
dan rakyat.
3. Munculnya kesenangan terhadap materi
karena kemudahan hidup yang tersedia saat itu.
4. Faktor yang paling berbahaya dan
menjadi ancaman terbesar bagi kekuasaan khalifah Bani Abbasiya adalah karena
mereka telah melupakan salah satu pilar terpenting dari Rukun Islam, yakni
Jihad. Andaikata mereka mengarahkan potensi dan energi umat untuk melawan
orang-orag salib, tidak akan muncul pemberontakan-pemberontakan yang muncul
didalam negeri yang ujungnya hanya mengghancurkan pemerintahan Abbasiyah.
5. Munculnya serangan orang-orang Mongolia
yang mengakhiri semua perjalanan pemerintahan Bani Abbasiyah.
Disintegrasi akibat kebijakan untuk
lebih mengutamakan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam darpada politik,
provinsi-provinsi tertentu di Pinggiran mulai melepaskan diri dari genggaman
penguasa Bani Abbasiyah. Mereka tidak sekedar memisahkan diri dari kekuasaan
khalifah, tetapi memberontak dan berusaha merebut pusat kekuasaan di bagdad.
Hal ini dimanfaatkan oleh pihak luar dan banyak mengobankan umat, yang berarti
juga menghancurkan sumber daya mannusia.[13]
III. PENUTUP
Demikianlah makalah ini dibuat untuk
menguraikan beberapa data penting terkait Faktor Kemundurah dan Kehancuran
Khalifah Bani Abbasiyah. Beberapa catatan penting yang menjadi inti dari
pembahasan di atas dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu:
1. Catatan yang mengurai secara ringkas
tentang faktor penyebab kemunduran Dinasti Bani Abbas yaitu faktor internal
dimana keluarga penguasa cenderung mengejar kemewahan hidup, perebutan
kekuasaan antara keluarga Banis Abbasiyah serta adanya konflik keagamaan.
Sedangkan faktor eksternal yaitu banyaknya pemberontakan banyaknya
pemberontakan akibatnya luasnya wilayah kekuasaan yang semakin tidak
terkontrol, adannya dominasi bangsa Turki.
2. Faktor yang paling berbahaya dan
menjadi ancaman terbesar bagi kekuasaan khalifah Bani Abbasiya adalah karena
mereka telah melupakan salah satu pilar terpenting dari Rukun Islam, yakni
Jihad. Andaikata mereka mengarahkan potensi dan energi umat untuk melawan
orang-orag salib, tidak akan muncul pemberontakan-pemberontakan yang muncul
didalam negeri yang ujungnya hanya mengghancurkan pemerintahan Abbasiyah.
Akhirnya, Munculnya serangan orang-orang Mongolia yang mengakhiri semua
perjalanan pemerintahan Bani Abbasiyah.
Demikianlah uraian singkat makalah ini,
semoga memberi manfaat untuk kita semua, terutama bagi pribadi penyusun.
IV. DAFTAR
PUSTAKA
Kitab
Suci Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Juz 1 – Juz 30. PT. Karya Toha Putra,
Semarang, 2002.
Dedi
Supriady, Sejarah Peradaban Islam, Cet.
X, Penerbit Pustaka Setia; Bandung 2008,
Agus
Sunyoto, Suluk Abdul Jalil, Perjalanan
RuhaniSyaikh Siti Jenar, Cet. VI; PT LKiS Pelangi Aksara, Yogyakarta.
September 2006.
Abdul
Rahman Wahid, Islam Tanpa Kekerasan, Cet II; LKiS, Yogyakarta, Septermber 2000.
Ahmad
Al-Usairy, Sejarah Islam (Sejak Zaman
Nabi Adam Hingga Abad XX), Cet.I; Penerbit Akbar Media, Jakarta, tahun
2010.
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam (DIrasah
Islamiyah II), Cet. XXIII, Penerbit Rajawali Press, Jakarta, tahun 2011.
#Makalah KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN DINASTI ABBASIYAH #islam #\teologi #filsafat #sejarah #kemanusiaan
[1]Agus Sunyoto, Suluk Abdul Jalil, Perjalanan RuhaniSyaikh Siti Jenar, Cet. VI; PT
LKiS Pelangi Aksara, Yogyakarta. September 2006. h. v
[3]Kitab Suci Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Juz 1 – Juz 30.
PT. Karya Toha Putra, Semarang, 2002. H. 274
[4]Dedi Supriady, Sejarah Peradaban
Islam, Cet. X, Penerbit Pustaka Setia; Bandung 2008, H. 76
[6] Op. cit. h. 61
[7]Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam (DIrasah
Islamiyah II), Cet. XXIII, Penerbit Rajawali Press, Jakarta, tahun 2011.
[8] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam (sejak zaman Nabi Adam hingga Abad kexx), Penerbit
Akramedia, Jakarta Mei 2010. H. 245
[10] Dedi Supriady, Op Cit. h. 137
[11] Ahmad Al-Usairy, Op Cit. h.
245
0 comments:
Post a Comment