Our social:

Sunday, 6 March 2016

MAKALAH HADITS-HADITS tentang KHAUF dan RAJA’


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Hadits-hadits Sufistik
logo IAIN WALISONGO

Disusun Oleh:
PULIYANTO (104411059)
                       RATYH SURYANI (104411060)

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2012

\




Hadits-hadits tentang Khauf dan Raja’
I.     PENDAHULUAN
ada dua hal yang bisa memotivasi orang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu amal, yaitu raja' (harap) dan khauf (takut). Biasanya, orang akan bersemangat kalau ada untungnya dan orang akan menghindar kalau tahu bahayanya.
Perasaan raja' dan khauf; harap dan takut ini hanya sah bila ditujukan pada Allah semata. Kita boleh berharap dan takut kepada makhluk dalam takaran yang wajar, karena makhluk tidak dapat mencelakakan diri tanpa izin Allah. Yakinlah tidak ada yang dapat mencelakakan kita tanpa seizin dari Allah Yang Maha Berkuasa.

II.     RUMUSAN MASALAH
A.    Pengertian Khauf dan Raja’
B.     Hadits-hadits Mengenai Khauf dan Raja’

III.     PEMBAHASAN
A.    Pengertian Khauf dan Raja’
1.      Khauf
Khauf  adalah rasa takut. Fungsi khauf adalah sebagai peringatanatau sesuatu di masa mendatang. Rasa takut kepada Allah membawa Pengetahuan tentang Allah yang membuka pintu cinta kepada Allah. Sang pecinta yang menemukan Allah pun takut kehilangan Allah. Rasa takut ini bisa meliputi sang pencinta yang telah menemukan Allah dalam ekstase selama sama’ berlangsung.[1]
Ketahuilah kiranya, bahwa takut itu ibarat dari kepedihan dan kebakaran hati, disebabkan terjadinya yang tidak disukai pada masa depan. Dan telah jelas ini pada: penjelasan hakikat harap. Orang yang jinak hatinya kepada Allah, kebenaran memiliki hatinya dan ia menjadi putera zamanya, yang menyaksikan keelokan kebenaran secara terus-menerus, niscaya tidak ada bagiannya penolehan kepada masa depan. Maka tidak ada bagianya takut dan harap. Akan tetapi, jadilah keadaanya lebih tinggi dari takut dan harap.[2]
Kata lain dari khauf adalah khawatir/takut, yang berarti maksud dari khauf adalah rasa khawatir atau takut pada sesuatu yang akan datang, dan rasa khauf akan tumbuh jika seseorang meyakini kalau sesuatu yang di benci akan datang dan yang di cintai akan pergi atau sirna.[3]
Dalam Al-Qur'an makna "khauf" di istilahkan dalam beberapa ayat, misal di Surat As-Sajdah ayat 16 yang artinya "mereka menyeru kepada Tuhan mereka dengan penuh rasa takut (khauf) dan penuh harapan",serta di dalam sufi makna khauf sebagai syarat iman dan syarat menjalankan hukum Allah.yang termaktub dalam Surat Ali-Imron:75.
Menurut beberapa Ulama', khauf di artikan menjadi beberapa arti, seperti cambuk Allah SWT yang di gunakan untuk menghukum manusia yang berontak terhadap Allah SWT. Serta manusia yang takut terhadap Allah, di kala ia merasa aman dari hal yang membuatnya takut sendiri, dan sebagainya.
Menurut tradisi sufi, khauf di kategorikan maqam(peringkat kerohanian),yang selalu beriringan dengan maqam raja', serta merupakan awal dari perjalanan sang penempuh.
Menurut tingkatan, khauf (tingkatan ketakutan hamba secara umum), yang menekankan rasa takut terhadap siksa, kehilangan sesuatu yang sangat di cinta, serta takut kehilangan Allah SWT, akan meningkat menjadi Qabdh (ketakutan para auliya' dan shalihin), yang menekankan rasa takut yang luar biasa karena merasa dalam gengggaman Allah dan tidak ingin lepas dari-Nya, serta jiwanya menginjak pada kefanaan yang luar biasa (fanaul fana). Setelah itu berakhir, baru tingkatan yang selanjutnya dan skaligus tingkatan yang terakhir, yaitu tingkatan Al-Haibah (ketakutan para Nabi dan Rasul), yang menekankan kesirnaan dalam keabadian (sang pencipta).[4]

2.      Raja'
Raja adalah harapan. Mengharapkan rahmat Allah (yang sesungguhnya mengelilingi kita, tapi jarang diperhatikan). Selama pengasingan dan perpisahan (bu’d), sang pencinta merentangkan harapannya sedemikian rupa sehingga sang kekasih akan “tiba” atau “berbicara” atau “menghampiri” atau hanya sekedar “memandang”. Ia takut kalu perpisahan ini bersifat terus-menerus dan permanen. Ia berharap bahwa perpisahan ini hnyalah sementara saja. Di antara sayap ketakutan (khawf) dan harapan (raja’) sang pencinta terus-menerus mengejar sang Kekasih.[5]
Ketahuilah kiranya, bahwa harap itu termasuk dalam jumlah perangkat-perangkat orang salik (orang yang berjalan kepada Allah) dan hal keadaan orang-orang yang menuntut jalan Allah.[6]
Sedangkan Raja' itu sendiri adalah harapan. sebuah harapan yang di cintai akan datang, dan sebaliknya yang di benci akan hilang. dan amal-amal yang di dasari akan optimisme/harapan lebih baik daripada amal-amal yang di dasarkan pada rasa takut/khawatir (khauf).
Serta salah satu tanda bahwa seseorang masih bergantung pada amal adalah apabila ia merasa kehilangan harapan (raja') kepada Allah ketika ia melakukan dosa.
Dan arti Raja' (harapan) itu berbeda dengan Tamanny (berandai-andai) yang merupakan sifat tercela. yang berarti harapan adalah mengandalkan kemurahan Sang Pencipta, dan juga melihat kegemilangan Illahi (Sang Pencipta) dengan mata keindahan. Harapan adalah kedekatan hati pada kemurahan Allah, harapan adalah kesenangan hati terhadap keutamaan tobat seseorang, harapan adalah melihat kasih sayang Sang Pencipta (Allah) yang Maha Meliputi Segalanya.
Apabila Allah Ta'ala bukakan pintu raja' (harapan), maka saksikan apa yang Allah berikan untukmu. Apabila kamu ingin Allah bukakan pintu khauf (takut), perhatikanlah apa yang telah engkau amalkan mentaati Allah." (Imam Ibnu Atha'illah)[7]
B.     Hadits-hadits Mengenai Khauf dan Raja’
1.      Hadits tentang Khauf
            Orang yang paling takut kepada Tuhannya adalah orang yang paling pandai mengenal dirinya sendiri dan Tuhannya. Karenanya, nabi saw. Bersabda:
وَاللهِ إِّنِّي لاً عْلَمُكُمْ بِا للهِ لَهُ خَشْيَة. [رواه البخا ري]
“Demi Allah, sesungguhnyaaku lebih mengetahui tingkat rasa takut kepada Allah daripada kalian.” (H. r. Bukhari-Muslim).
            Suatu ketika Imam asy-Sya’by dipanggil seseorang, “wahai orang alim!’ Maka beliau berkata, “Sesungguhnya orang yang alim hanyalah orang yang takut kepada Allah.”
            Allah swt. Dalam hal ini berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى الله مِنْ عِبَا دِهِ الْعُلَمَاءُ* [فا طر : 28]*
        “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulama.” (QS. Fathir: 28).
            Ada juga ulama yang mengatakan, “Orang takut bukanlah orang yang menangis dan menghapus air matanya, tetapi orang yang meninggalkan perkara yang ditakuti, supaya tidak mendapat siksa karenanya.”
            Dari Abu Dzar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. Membaca surat al-Insan sampai selesai, kemudian beliau bersabda:
إني أرى ما لا تر و ن, وأسمع ما لا تسمعون, أطت السماء و حق لها أن تئط, ما فيها مو ضع أربع أصا بع إلاملك واضع جبهته لله سا جداز. والله لو تعلمون ما أعلم لضحكتم قليلا ولبكيتم كثيرا, و ما تلذ ذ تم بالنساء على الفرش, ولخرجتم إلى الصعدات تجأرون إلى الله, ولود د ت أني شجرة تعضد.
            “sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kalian lihat dan mendengar apa yang tidak kalian dengar; langit merintih,dan pantas kalau ia merintih. Tidak ada tempat selebar empat jari pun disana, melainkan ada satu malaikat yang meletakkan dahinya bersujud kepadaAllah swt. Demi Allah, sekiranya kalian tahu sebagaimana yang aku ketahui, niscaya kalian sedikit tertawa dan banyak menangis. Dan kalian tidak merasakan nikmatnya bersama istri kalian di ranjang, kalian akan turun ke jalan untuk berdoa memohon perlindungan Allah. Demi Allah, sungguh aku lebih suka andaikata diriku ini sebatang pohon yang ditebang.” (H. R. Bukhari).
       Makna hadis ini ialah “ sekiranya kebanyakan manusia ini tahu sebagaimana yang diketahui Nabi Muhammad saw. Tentang kebesaran Allah Yang Maha Perkasa dan siksaan-Nya atas orang yang durhaka kepada-Nya niscaya mereka terus menangis, karena sedih dan takut terhadap apa yang telah menunggunya.”
            Aisyah r.a meriwayatkan dari Nabi saw., bahwa ketika tiba-tiba cuaca cerah menjadi gulita disertai kencangnya angin yang bertiup, seketika itu pula beliau mulai tampak gelisah, berjalan mondar-mandir, keluar masuk kamar. Hal itu disebabkan beliau sangat takut akan azab Allah swt.(Muttfaq ‘Alaih).[8]
2.    Hadis-hadis tentang Raja’
            Dari Abu Hurairah r.a yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. Bersabda:
إن الله كتب على نفسه بنفسه قبل أن يخلق الخلقق: إن رحمتي تغلب على غضبي. [متفق عليه]
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan sendiri atas Diri-Nya sebelum Dia menciptakan makhluk, bahwa sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kebencian-Ku.” (Muttafaq ‘Alaih).
Dari Anas r.a yang mengatakan bahwa rasulullah saw bersabda:
قَالَ الله تَعَا لَى: يَاابْنَ ادم إِنَّكَ ما دعوتني ورجوتني, غفرت لك على ما كان منك ولاأبا لي, ياابن اد م لوبلغت ذ نوبك عنان السماء ثم استغفرتني غفرت لك, ياابن اد م لوأتيتني بقراب الأرض خطايااثم لقيتني لاتشرك بي شيئا لأتيتك بقرابهامغفرة. [رواه الترمذي]
“Allah swt telah berfirman , ‘hai anak Adam, sesungguhnya selama kalianmau berdoa dan mengharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni segala dosa yang tapi telah lalu darimu dan Aku tidak menghiraukannya lagi. Hai anak Adam, sekiranya dosa-dosamu sampai memenuhi seisi langit, kemudian kamu meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni. Hai anak Adam, sekiranya kamu menghadap kepada-Ku dengan membawa sepenuh bumi kesalahan, tetapi kamu datang kepada-Ku dengan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatupun, niscaya Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi lagi.”                 (H.r. Tirmidzi)
Nasihat beberapa ulama salaf tentang Raja’
            Yahya bin mu’adz berkata, “termasuk dusta yang terbesar terhadap diri sendiri ialah bergelimang dalam dosa dengan mengharap ampunan Allah, tanpa menyesali dosa-dosa itu. Menyangka dirinya telah dekat kepada Allah tanpa berbuat taat kepad-Nya, mengharap tanaman surga dengan benih api neraka. Menari tempat yang dijanjikan bagi orang-orang taat dengan jalan kemaksiatan, menunggu pahala tanpa beramal dan mengangankan memperoleh keutamaan Allah dengan berbuat melampaui batas.[9]
IV.     KESIMPULAN
Dari penjelasan makalah di atas tentang hadits-hadits Khauf dan Raja’, kami dapat menyimpulkan bahwa Khauf dan Raja’ sangatlah berkaitan satu dengan yang lain, dimana khauf itu adalah rasa takut terhadap sesuatu yang akan datang, baik sesuatu yang dibenci atau dicintai, yang dimaksud adalah rasa takut kepada Allah swt. Dan khauf merupakan rasa takut itu ibarat dari kepedihan dan kebakaran hati, disebabkan terjadinya yang tidak disukai pada masa depan. Selain itu khauf di artikan menjadi beberapa arti, seperti cambuk Allah SWT yang di gunakan untuk menghukum manusia yang berontak terhadap Allah SWT. Serta manusia yang takut terhadap Allah, di kala ia merasa aman dari hal yang membuatnya takut sendiri, dan sebagainya.
 Sedangkan Raja’ adalah harapan, suatu harapan atau mengharap rahmat Allah swt, dan harap tersebut hanya dimiliki oleh orang salik (orang yang berjalan kepada Allah) dan hal keadaan orang-orang yang menuntut jalan Allah. Dan yang perlu digaris bawahi yaitu Raja' (harapan) itu berbeda dengan Tamanny (berandai-andai) yang merupakan sifat tercela. Selain itu Raja’ juga diartikan kedekatan hati pada kemurahan Allah, harapan adalah kesenangan hati terhadap keutamaan tobat seseorang, harapan adalah melihat kasih sayang Sang Pencipta (Allah) yang Maha Meliputi Segalanya.

  V.     PENUTUP
Demikian penjelasan mengenai Khauf  dan Raja’, semoga kita sebagai umat Islam senantiasa mengamalkan apa yang telah dipaparkan pada makalah ini sekaligus mampu beristiqomah dalam menjalankan perintah Allah swt dan selalu meminta ampunan atas semua dosa-dosa kita dengan beristighfar. Dan demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari makalah ini kurang dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Aamiin.....


Daftar Pustaka
·      Amstrong, Amatullah. Khazanah Istilah Sufi: Kunci Memasuki Dunia Tasawuf. Bandung: Mizan,1996.
·      Yakub, Ismail, Ihya’ Al-Ghazali (terjemahan), Jakarta,  C.V. Faizan, 1985.
·      khauf-dan-raja”.http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2097837-. Jum’at, 25 Mei 2012. 11.06 WIB.
·      Faried, Ahmad, menyucikan jiwa, Surabaya:  Risalah Gusti, 2004.




[1] Amatullah Amstrong. Khazanah Istilah Sufi: Kunci Memasuki Dunia Tasawuf. Bandung: Mizan. 1996. H. 144.
[2] Ismail Yakub, Ihya’ Al-Ghazali (terjemahan), Jakarta,  C.V. Faizan, 1985, h.42.
[3]khauf-dan-raja”.http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2097837-. Jum’at, 25 Mei 2012. 11.06 WIB.
[4] Ibid. Jum’at, 25 Mei 2012. 11.06 WIB.
[5] Amatullah Amstrong. Khazanah Istilah Sufi: Kunci Memasuki Dunia Tasawuf……..h. 238
[6] Ismail Yakub, Ihya’ Al-Ghazali (terjemahan)………h.8.
[7] khauf-dan-raja”. Jum’at, 25 Mei 2012. 11.06 WIB.

[8] Ahmad Faried, menyucikan jiwa, Surabaya:  Risalah Gusti, 2004, h.137
[9] Ahmad Faried, menyucikan jiwa, Surabaya:  Risalah Gusti, 2004, h.129.

0 comments: