MODUL TERAPI DZIKIR NAFAS
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Psikoterapi
Dosen Pengampu: Wisnu Buntaran, S. Psi

Disusun
Oleh:
NAMA : M. MAHMUD ABADI
NIM
: 104411056
FAKULTAS
USHULUDDIN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2012
I.
IDENTIFIKASI
Dalam
modul ini kami akan menjelaskan mengenai sebuah terapi dzikir nafas yang
bertujuan untuk mengajak kita semua untuk mengadakan
proses penyelamatan terhadap atribut-atribut sakral Islam. Yang dimaksud
atribut-atribut sakral tersebut adalah simbol-simbol agama Islam yang
dilecehkan, seperti: takbiran hari raya sudah di-remix dengan irama disko,
pawai takbiran diikuti seperti halnya pawai lainnya, tasbih digantung-gantung
dileher anak-anak zaman sekarang sebagai trend, surban dikalung-kalung bukan
lagi oleh kiyai, tetapi anak-anak remaja yang masuk ke diskotik juga pakai.
Para pembawa acara, pelawak dan sebagainya menggunakan songkok secara miring,
dengan rambut acak-acakan, seolah songkok merupakan bahan humor yang efektif.
Para politikus menjual-jual Firman dan Hadist demi kepentingan duniawi
pribadi. Kedepan nanti, tidak menutupi kemungkinan bahwa ayat-ayat
Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah juga menjadi bahan humor. Hal ini sangat
mendegradasi posisi “mengingat Allah” dari posisi sakral ke posisi main-main.
Dengan permasalahan sedemikianlah modul terapi dzikir nafas ini akan dijelaskan
di bawah ini.
II.
MATERI TERAPI DZIKIR NAFAS
A. PENDAHULUAN
Nafas diartikan sebagai udara yang keluar dan masuk dalam tubuh
manusia, untuk memompa darah dan membuat manusia dapat bertahan hidup. Nafas
juga dapat diartikan sebagai nyawa atau jiwa. Kami lebih cenderung mengartikan
nafas dengan pengertian yang kedua. Lebih kritis lagi, nafas adalah “tali” yang
mengikat jasad dan ruh sehingga keduanya dapat bersatu. Jika nafas
terputus maka ruh dan jasad akan terpisah dan pemiliknya dinyatakan almarhum.
Allah menyempurnakan manusia dengan “meniupkan” ruh ke dalam jasad.
Kata “tiup” sangat erat kaitannya dengan “nafas”, memberikan gambaran bahwa Allah
menggunakan “nafasNya” untuk mengikat atau menyatukan jasad dan ruh kita.
Ilustrasi ini kemudian meyakinkan kita bahwa nafas bukanlah suatu pemberian
yang sama dengan pemberian lain. Manusia dapat saja tidak makan dan minum
selama berhari-hari dan tidak mati. Tetapi manusia tidak dapat meninggalkan
aktifitas bernafasnya meskipun 10 menit saja. Artinya, nafas memegang peranan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Para sufi membagi dzikir kedalam tiga jenis: dzikir lisan
(dilakukan oleh lidah), dzikir khofy (dilakukan oleh hati) dan dzikir
nafas (diikuti dengan nafas). Sebagian sufi yang lain melengkapinya dengan
dzikir sirri, dzikir yang dirahasiakan dan dzikir fi’li yaitu
dzikir yang dilakukan dengan perbuatan.
Dzikir Nafas adalah proses dzikir yang diikuti dengan irama
naik-turun nafas kita. Kebanyakan para sufi dan wali menamakannya dzikir nafas
karena mereka yakin bahwa setiap unsur diri kita harus melakukan dzikir.
Sehingga dzikir tidak hanya dilakukan oleh lisan dan qalb (dzikir qauliah
dan qalbiyah), tetapi nafas juga harus melakukan dzikir, otak juga
melakukan dzikir, mata, telinga, tangan dan kaki, semuanya harus melaksanakan
dzikir. Tetapi di dalam modul ini tidak mungkin membahasnya semua, yang akan dibahas
adalah dzikir nafas saja.
Sebagaimana
firman Allah swt:
“Hai
orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir
yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang ”
(Al-Ahzaab:41-42).
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam
hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan tidak mengeraskan suara
diwaktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada disisi (Allah) (Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkanNya dan hanya kepadaNyalah mereka bersujud”. (Al-A’raf ayat 205-206)
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada disisi (Allah) (Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkanNya dan hanya kepadaNyalah mereka bersujud”. (Al-A’raf ayat 205-206)
Manfaat dzikir nafas ini sangat besar.
·
Dalam praktik muraqabah, nafas
diyakini sebagai jalan menuju konsentrasi terhadap makna dzikir.
·
Dzikir nafas bermanfaat demi
ketenangan batin, keluasan dada dan pencerahan pikiran.
·
Dzikir jika diikuti dengan nafas
maka dzikir tersebut akan mengalir di seluruh aliran darah dan di setiap detak
jantung. Membuat kita berkekalan dengan dzikrullah.
·
dzikir nafas juga membangkitkan
energi murni (inner power) yang bermanfaat untuk pengobatan dan
perlindungan.
·
dzikir nafas juga berimbas pada
pengendalian emosi yang lebih positif dan pengendalian hawa nafsu.
·
meningkatkan daya tahan tubuh dan
menjaga pikiran tetap konsen, membuat tubuh menjadi tegak dan lebih peraya diri
dan tangguh dalam menghadapi musuh-musuh Islam.
B. PROSES
TERAPI DZIKIR NAFAS
Bagaimana
Dzikir dan Nafas Berkolaborasi
Dzikir nafas adalah perpaduan atau kolaborasi antara nafas dan
dzikrullah. Merasukkan, menancapkan, mengalirkan dzikrullah keseluruh sendi dan
pembuluh darah, ke relung-relung dada, memalung hati dan menegasikan hal yang
bukan Allah dari dalam hati. Caranya sangat banyak, tetapi hanya beberapa saja
yang akan kami paparkan disini. Peringatan penting, bahwa sesungguhnya La
Haula Wala Quwwata Illa Billah!!!!, jangan melaksanakan praktik seperti ini
dengan niat selain Allah!!!!. Ingatan senantiasa harsu tertuju pada Allah.
Langkah-langkah dibawah ini adalah disiplin demi keteraturan jalan menuju
berkekalan dengan dzikrullah. Wallahu a’lam bishshawab.
·
Langkah I
“Memenuhi dada dengan nama Allah”:
Pastikan saat ini anda sedang dalam keadaan wudhu. Pertama-tama,
harus dipahami bahwa setiap ucapan senantiasa diikuti oleh nafas. Tak ada suara
jika tak ada nafas bukan? Disinilah kita tidak menyia-nyiakan nafas dengan
mengeluarkan suara yang sia-sia juga. Saat kita sedang tidak berbincang dengan
orang, maka hendaknya setiap tarikan nafas (dari hidung) kita sertakan “Bismillahirrahmanirrahim…”
dengan durasi tahan selama dua detik kita ucapkan “Allah… Allah…”. Setelah itu
hembuskan nafas tanpa mengucapkan atau menyertakan apapun. Arti dari perlakuan
tadi adalah memasukkan nama Allah ke dalam dada dan menetapkan (isbat)
nama Allah disana dan menghembuskan selain Allah (ghairullah) dari dalam
diri. Jika ini kamu lakukan minimal 10x dalam sehari saja, kamu dapat merasakan
bagaimana pengaruh positifnya, selain nafas kamu terlatih untuk teratur kamu
juga merasakan bahwa Allah akan selalu dalam hatimu. Menjelang tidur juga dapat
kamu lakukan, akhirnya kamu dapat membiasakan setiap hirupan nafas dengan nama
Allah. Jika ini sudah terbiasa dilakukan, maka kamu bisa beralih ke langkah selanjutnya.
Wallahu a’lam bishshawab.
·
Langkah II
“Menegasikan selain Allah dari dalam dada”:
Langkah kedua ini anda akan berlatih bagaimana membersihkan dada
dari yang selain Allah. Artinya, segala yang menjauhkan anda dari ingatan
kepada Allah akan anda negasikan (tolak), sehingga hanya segala sesuatu yang
jika Allah ada sebelum, beserta dan sesudahnya saja yang boleh bercokol dalam
dadamu. Jika pada langkah pertama kita gunakan Basmalah dan Ismuzzat,
maka yang kedua ini kita akan gunakan dzikir Nafi-Isbat atau lazim
disebut Tahlil (La ilaha illallah). Jika langkah pertama dapat anda
lakukan dimana saja dan kapan saja, langkah kedua ini lebih disarankan untuk
dilakukan disaat anda tafakkur (ittikaf), menjelang tidur juga
diperbolehkan. Caranya adalah menyertakan “La ilaha….” Pada saat menarik
nafas dan menyertakan “Illallah…” pada saat menghembuskannya. Maknanya
adalah bahwa anda menafikan (meniadakan) tuhan-tuhan dan mengisbatkan
(menetapkan) Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Perbiasakanlah berdzikir dengan
cara ini, agar dzikir benar-benar mendarah-daging di dalam diri, sehingga insya
Allah tidak ada perilaku yang bertentangan dengan dzikir. Cara pertama dan
kedua ini akan dengan sendirinya mengakar dalam diri anda, sehingga setiap anda
mengucapkan Bismillah maka nafasmu pun menarik bismillah itu
kedalam dadamu, begitu juga dengan la ilaha illallah, sehingga
berkekalanlah anda dengan dzikrullah. Jika hal ini sudah terbiasa, maka
kamu bisa melangkah ke langkah selanjutnya. Wallahu a’lam bishshawab.
·
Langkah III
“Membangkitkan energi murni”:
Kini anda memasuki suatu wilayah khusus yang tidak boleh anda
lakukan di sembarang tempat dan sembarang waktu. Jika kamu seorang pekerja,
maka lakukanlah disaat anda sedang libur atau sesudah tahajjud. Dalam
keadaan bersila ucapkanlah dzikir nafi-isbat dengan irama nafas sebagai
berikut: 1x dzikir penuh (la ilaha illallah) saat menarik nafas,
3x dzikir penuh (la ilaha illallah, la ilaha illallah, la ilaha illallah)
saat durasi tahan, dan 1x dzikir penuh (la ilaha illallah) saat
menghembuskannya. Energi murni yang terhimpun tidaklah anda sadari, dan tidak
perlu anda sadari. Anda dapat merasakannya kelak, misalnya daya tahan tubuh anda
meningkat, kekuatan fisik anda bertambah, pikiran lebih konsen, hati semakin
tenang dan menjadi lebih peka terhadap berbagai kemungkinan.
Ingatlah… ingatan harus senantiasa tertuju pada Allah yang menganugrahkan nafas
kepadamu. Lakukanlah hingga anda merasa cukup. Hingga terbiasa, dalam
keseharianmu, tiada nafas tanpa dzikrullah. Wallahu a’lam bishshawab.
·
Langkah IV
“Menetapkan Hati”:
Saatnya kini menetapkan hati. Jika hati kita tidak ditetapkan, maka
percuma saja semua riyadhah diatas. Cara menetapkan hati ini adalah
dengan cara senantiasa mengucapkan dzikir ismuzzat (Allah… Allah…
Allah…) di setiap tarikan nafas, durasi tahan dan saat menghembuskan nafas.
Upayakan saat mengucapkannya lidah tidak bergerak, hal ini melatih hati untuk
mengingat Allah tanpa adanya campur tangan lidah. Ada saatnya lidah
mengucapkannya, tetapi saat lidah mengucapkan dzikir, 75 % hati tidak
mengucapkannya, iya kan? Wallahu a’lam bishshawab.
Jika langkah-langkah di atas kita ikuti, maka akan terasa pengaruh
positifnya sebagaimana yang sudah kami sampaikan sebelumnya. Tentunya hal ini
tidak memerlukan waktu yang sebentar, butuh waktu untuk membentuk diri
berkekalan dengan dzikir di setiap hembusan nafas. Selain itu, butuh niat dan
tekad yang bulat serta kesungguhan dan kesabaran untuk melatih diri. Ini merupakan
proses riyadhah (latihan jiwa), aktifitas fisik tidak lain hanyalah
manifestasi saja, cerminan saja. Wallahu a’lam bishshawab.
III.
EVALUASI
Integrasi dalam Shalat:
Ini bukan menambah-nambahkan unsur shalat. Kita hanya mengatur
nafas kita saat kita shalat, agar shalat kita tidak tergesa-gesa, lebih tenang
demi mencapai tuma’ninah dan muthmainnah saja. Kan, tidak mungkin
kita shalat tanpa bernafas kan? Sesungguhnya yang dimaksud dengan integrasi
dalam shalat adalah bagaimana kita membuat bacaan dalam shalat kita menjadi
lebih tenang dan insyal Allah khusyu. Anda mungkin bertanya-tanya, apakah
dengan mengatur nafas maka shalat kita menjadi khusyu? Tentu saja iya. Dengan bernafas
teratur maka kita akan menjadi lebi tenang, dan ketenangan lah yang dibutuhkan
dalam shalat, bukan hilang ingatan atau kekosongan pikiran yang disebut-sebut
oleh praktisi ghaib gadungan. Yang disebut dengan khusyu adalah “keterarahan”
dan anda hanya bisa terarah jika anda teratur. Seperti saat memanah, sang
pemanah akan mengajarimu agar “tidak bernafas” agar tubuhmu tidak goyang. Dalam
kasus ini, pengaturan nafas (bukan tidak bernafas)yang bersesuaian dengan
bacaan dan gerakan shalat untuk membuat kita lebih terarah pada niat kita yang
“lillahi ta’ala” sebagai tujuan kita. Wallahu a’lam bishshawab.
Cara untuk mengintegrasikannya adalah sebagai berikut:
1.
Mengucapkan takbiratul ihram
dan mengangkat kedua tangan sambil menghirup nafas secara perlahan. Setelah takbiratul
ihram sempurna, barulah menghembuskannya kembali secara perlahan dan jangan
tergesa-gesa.
2.
Membaca suratul Fatihah dengan nafas
yang teratur, dan ingatlah untuk tidak menarik nafas di saat mengucapkan
kalimat terakhir surat alfatihah (ghairil maghduubi alaihim walad dhaallin…)
karena kita tidak menghendaki sifat-sifat dhalalah (tercela) merasuk
dalam dada kita yang sudah kita masukkan nama Allah.
3.
Mengucapkan dua kalimah syahadat
saat tasyhadud awal dan akhir dengan cara: menark nafas saat mengucapkan “Asyhadu
alla ilaha….” Dan menghembuskan nafas dengan mengucapkan “Illallah…”
lalu dilanjutkan dengan “Waasyhadu anna Muhammadurrasulullah…”. Dan yang
terakhir.
4.
Saat salam kanan, tariklah nafas
dengan mengucapkan Alhamdulillah sebagai wujud syukur kepada setiap
nikmat Allah… dan hembuskanlah nafas saat salam kiri seraya mengucapkan
Astagfirullah sebagai wujud penyesalan kita terhadap dosa kita, dan sebagai
proses negasi terhadap sifat tercela.
Demikianlah cara untuk mengintegrasikan dzikir nafas ini di dalam
shalat kita. Agar shalat menjadi lebih bermakna, banyak orang yang melakukan
shalat, namun mereka tidak memetik buah dari shalat itu. Karena shalat baginya
hanya menjadi bagian dari kewajiban, shalat tidak terintegrasi dengan nafasnya,
dengan jiwanya. Shalat harus terintegrasi dengan jiwa, merasuk dalam dada dan
menjadi kebutuhan diri. Wallahu a’lam bishshawab.
0 comments:
Post a Comment