Our social:

Thursday, 10 March 2016

MODUL TERAPI DZIKIR NAFAS

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Psikoterapi
Dosen Pengampu: Wisnu Buntaran, S. Psi





Disusun Oleh:
        NAMA : M. MAHMUD ABADI
    NIM     : 104411056


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2012
I.        IDENTIFIKASI
Dalam modul ini kami akan menjelaskan mengenai sebuah terapi dzikir nafas yang bertujuan untuk mengajak kita semua untuk mengadakan proses penyelamatan terhadap atribut-atribut sakral Islam. Yang dimaksud atribut-atribut sakral tersebut adalah simbol-simbol agama Islam yang dilecehkan, seperti: takbiran hari raya sudah di-remix dengan irama disko, pawai takbiran diikuti seperti halnya pawai lainnya, tasbih digantung-gantung dileher anak-anak zaman sekarang sebagai trend, surban dikalung-kalung bukan lagi oleh kiyai, tetapi anak-anak remaja yang masuk ke diskotik juga pakai. Para pembawa acara, pelawak dan sebagainya menggunakan songkok secara miring, dengan rambut acak-acakan, seolah songkok merupakan bahan humor yang efektif. Para politikus menjual-jual Firman dan Hadist demi kepentingan duniawi pribadi.  Kedepan nanti, tidak menutupi kemungkinan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah juga menjadi bahan humor. Hal ini sangat mendegradasi posisi “mengingat Allah” dari posisi sakral ke posisi main-main. Dengan permasalahan sedemikianlah modul terapi dzikir nafas ini akan dijelaskan di bawah ini.

II.        MATERI TERAPI DZIKIR NAFAS
A.    PENDAHULUAN
Nafas diartikan sebagai udara yang keluar dan masuk dalam tubuh manusia, untuk memompa darah dan membuat manusia dapat bertahan hidup. Nafas juga dapat diartikan sebagai nyawa atau jiwa. Kami lebih cenderung mengartikan nafas dengan pengertian yang kedua. Lebih kritis lagi, nafas adalah “tali” yang mengikat jasad dan ruh sehingga keduanya dapat bersatu.  Jika nafas terputus maka ruh dan jasad akan terpisah dan pemiliknya dinyatakan almarhum.
Allah menyempurnakan manusia dengan “meniupkan” ruh ke dalam jasad. Kata “tiup” sangat erat kaitannya dengan “nafas”, memberikan gambaran bahwa Allah menggunakan “nafasNya” untuk mengikat atau menyatukan jasad dan ruh kita. Ilustrasi ini kemudian meyakinkan kita bahwa nafas bukanlah suatu pemberian yang sama dengan pemberian lain. Manusia dapat saja tidak makan dan minum selama berhari-hari dan tidak mati. Tetapi manusia tidak dapat meninggalkan aktifitas bernafasnya meskipun 10 menit saja. Artinya, nafas memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Para sufi membagi dzikir kedalam tiga jenis: dzikir lisan (dilakukan oleh lidah), dzikir khofy (dilakukan oleh hati) dan dzikir nafas (diikuti dengan nafas). Sebagian sufi yang lain melengkapinya dengan dzikir sirri, dzikir yang dirahasiakan dan dzikir fi’li yaitu dzikir yang dilakukan dengan perbuatan.
Dzikir Nafas adalah proses dzikir yang diikuti dengan irama naik-turun nafas kita. Kebanyakan para sufi dan wali menamakannya dzikir nafas karena mereka yakin bahwa setiap unsur diri kita harus melakukan dzikir. Sehingga dzikir tidak hanya dilakukan oleh lisan dan qalb (dzikir qauliah dan qalbiyah), tetapi nafas juga harus melakukan dzikir, otak juga melakukan dzikir, mata, telinga, tangan dan kaki, semuanya harus melaksanakan dzikir. Tetapi di dalam modul ini tidak mungkin membahasnya semua, yang akan dibahas adalah dzikir nafas saja.
Sebagaimana firman Allah swt:
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang ” (Al-Ahzaab:41-42).
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan tidak mengeraskan suara diwaktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada disisi (Allah) (Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkanNya dan hanya kepadaNyalah mereka bersujud”.
(Al-A’raf ayat 205-206)
 Manfaat dzikir nafas ini sangat besar.
·         Dalam praktik muraqabah, nafas diyakini sebagai jalan menuju konsentrasi terhadap makna dzikir.
·         Dzikir nafas bermanfaat demi ketenangan batin, keluasan dada dan pencerahan pikiran.
·         Dzikir jika diikuti dengan nafas maka dzikir tersebut akan mengalir di seluruh aliran darah dan di setiap detak jantung.  Membuat kita berkekalan dengan dzikrullah.
·         dzikir nafas juga membangkitkan energi murni (inner power) yang bermanfaat untuk pengobatan dan perlindungan.
·         dzikir nafas juga berimbas pada pengendalian emosi yang lebih positif dan pengendalian hawa nafsu.
·         meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga pikiran tetap konsen, membuat tubuh menjadi tegak dan lebih peraya diri dan tangguh dalam menghadapi musuh-musuh Islam.

B.     PROSES TERAPI DZIKIR NAFAS
Bagaimana Dzikir dan Nafas Berkolaborasi
Dzikir nafas adalah perpaduan atau kolaborasi antara nafas dan dzikrullah. Merasukkan, menancapkan, mengalirkan dzikrullah keseluruh sendi dan pembuluh darah, ke relung-relung dada, memalung hati dan menegasikan hal yang bukan Allah dari dalam hati. Caranya sangat banyak, tetapi hanya beberapa saja yang akan kami paparkan disini. Peringatan penting, bahwa sesungguhnya La Haula Wala Quwwata Illa Billah!!!!, jangan melaksanakan praktik seperti ini dengan niat selain Allah!!!!. Ingatan senantiasa harsu tertuju pada Allah. Langkah-langkah dibawah ini adalah disiplin demi keteraturan jalan menuju berkekalan dengan dzikrullah. Wallahu a’lam bishshawab.
·         Langkah I “Memenuhi dada dengan nama Allah”:
Pastikan saat ini anda sedang dalam keadaan wudhu. Pertama-tama, harus dipahami bahwa setiap ucapan senantiasa diikuti oleh nafas. Tak ada suara jika tak ada nafas bukan? Disinilah kita tidak menyia-nyiakan nafas dengan mengeluarkan suara yang sia-sia juga. Saat kita sedang tidak berbincang dengan orang, maka hendaknya setiap tarikan nafas (dari hidung) kita sertakan “Bismillahirrahmanirrahim…” dengan durasi tahan selama dua detik kita ucapkan “Allah… Allah…”. Setelah itu hembuskan nafas tanpa mengucapkan atau menyertakan apapun. Arti dari perlakuan tadi adalah memasukkan nama Allah ke dalam dada dan menetapkan (isbat) nama Allah disana dan menghembuskan selain Allah (ghairullah) dari dalam diri. Jika ini kamu lakukan minimal 10x dalam sehari saja, kamu dapat merasakan bagaimana pengaruh positifnya, selain nafas kamu terlatih untuk teratur kamu juga merasakan bahwa Allah akan selalu dalam hatimu. Menjelang tidur juga dapat kamu lakukan, akhirnya kamu dapat membiasakan setiap hirupan nafas dengan nama Allah. Jika ini sudah terbiasa dilakukan, maka kamu bisa beralih ke langkah selanjutnya. Wallahu a’lam bishshawab.
·         Langkah II “Menegasikan selain Allah dari dalam dada”:
Langkah kedua ini anda akan berlatih bagaimana membersihkan dada dari yang selain Allah. Artinya, segala yang menjauhkan anda dari ingatan kepada Allah akan anda negasikan (tolak), sehingga hanya segala sesuatu yang jika Allah ada sebelum, beserta dan sesudahnya saja yang boleh bercokol dalam dadamu. Jika pada langkah pertama kita gunakan Basmalah dan Ismuzzat, maka yang kedua ini kita akan gunakan dzikir Nafi-Isbat atau lazim disebut Tahlil (La ilaha illallah). Jika langkah pertama dapat anda lakukan dimana saja dan kapan saja, langkah kedua ini lebih disarankan untuk dilakukan disaat anda tafakkur (ittikaf), menjelang tidur juga diperbolehkan. Caranya adalah menyertakan “La ilaha….” Pada saat menarik nafas dan menyertakan “Illallah…” pada saat menghembuskannya. Maknanya adalah bahwa anda menafikan (meniadakan) tuhan-tuhan dan mengisbatkan (menetapkan) Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Perbiasakanlah berdzikir dengan cara ini, agar dzikir benar-benar mendarah-daging di dalam diri, sehingga insya Allah tidak ada perilaku yang bertentangan dengan dzikir. Cara pertama dan kedua ini akan dengan sendirinya mengakar dalam diri anda, sehingga setiap anda mengucapkan Bismillah maka nafasmu pun menarik bismillah itu kedalam dadamu, begitu juga dengan la ilaha illallah, sehingga berkekalanlah anda dengan dzikrullah. Jika hal ini sudah terbiasa, maka kamu bisa melangkah ke langkah selanjutnya. Wallahu a’lam bishshawab.
·         Langkah III “Membangkitkan energi murni”:
Kini anda memasuki suatu wilayah khusus yang tidak boleh anda lakukan di sembarang tempat dan sembarang waktu. Jika kamu seorang pekerja, maka lakukanlah disaat anda sedang libur atau sesudah tahajjud. Dalam keadaan bersila ucapkanlah dzikir nafi-isbat dengan irama nafas sebagai berikut:  1x dzikir penuh (la ilaha illallah) saat menarik nafas, 3x dzikir penuh (la ilaha illallah, la ilaha illallah, la ilaha illallah) saat durasi tahan, dan 1x dzikir penuh (la ilaha illallah) saat menghembuskannya. Energi murni yang terhimpun tidaklah anda sadari, dan tidak perlu anda sadari. Anda dapat merasakannya kelak, misalnya daya tahan tubuh anda meningkat, kekuatan fisik anda bertambah, pikiran lebih konsen, hati semakin tenang dan menjadi lebih peka terhadap berbagai kemungkinan.   Ingatlah… ingatan harus senantiasa tertuju pada Allah yang menganugrahkan nafas kepadamu. Lakukanlah hingga anda merasa cukup. Hingga terbiasa, dalam keseharianmu, tiada nafas tanpa dzikrullah. Wallahu a’lam bishshawab.
·         Langkah IV “Menetapkan Hati”:
Saatnya kini menetapkan hati. Jika hati kita tidak ditetapkan, maka percuma saja semua riyadhah diatas. Cara menetapkan hati ini adalah dengan cara senantiasa mengucapkan dzikir ismuzzat (Allah… Allah… Allah…) di setiap tarikan nafas, durasi tahan dan saat menghembuskan nafas. Upayakan saat mengucapkannya lidah tidak bergerak, hal ini melatih hati untuk mengingat Allah tanpa adanya campur tangan lidah. Ada saatnya lidah mengucapkannya, tetapi saat lidah mengucapkan dzikir, 75 % hati tidak mengucapkannya, iya kan? Wallahu a’lam bishshawab.
Jika langkah-langkah di atas kita ikuti, maka akan terasa pengaruh positifnya sebagaimana yang sudah kami sampaikan sebelumnya. Tentunya hal ini tidak memerlukan waktu yang sebentar, butuh waktu untuk membentuk diri berkekalan dengan dzikir di setiap hembusan nafas. Selain itu, butuh niat dan tekad yang bulat serta kesungguhan dan kesabaran untuk melatih diri. Ini merupakan proses riyadhah (latihan jiwa), aktifitas fisik tidak lain hanyalah manifestasi saja, cerminan saja. Wallahu a’lam bishshawab.

III.        EVALUASI
Integrasi dalam Shalat:
Ini bukan menambah-nambahkan unsur shalat. Kita hanya mengatur nafas kita saat kita shalat, agar shalat kita tidak tergesa-gesa, lebih tenang demi mencapai tuma’ninah dan muthmainnah saja. Kan, tidak mungkin kita shalat tanpa bernafas kan? Sesungguhnya yang dimaksud dengan integrasi dalam shalat adalah bagaimana kita membuat bacaan dalam shalat kita menjadi lebih tenang dan insyal Allah khusyu. Anda mungkin bertanya-tanya, apakah dengan mengatur nafas maka shalat kita menjadi khusyu? Tentu saja iya. Dengan bernafas teratur maka kita akan menjadi lebi tenang, dan ketenangan lah yang dibutuhkan dalam shalat, bukan hilang ingatan atau kekosongan pikiran yang disebut-sebut oleh praktisi ghaib gadungan. Yang disebut dengan khusyu adalah “keterarahan” dan anda hanya bisa terarah jika anda teratur. Seperti saat memanah, sang pemanah akan mengajarimu agar “tidak bernafas” agar tubuhmu tidak goyang. Dalam kasus ini, pengaturan nafas (bukan tidak bernafas)yang bersesuaian dengan bacaan dan gerakan shalat untuk membuat kita lebih terarah pada niat kita yang “lillahi ta’ala” sebagai tujuan kita. Wallahu a’lam bishshawab.
Cara untuk mengintegrasikannya adalah sebagai berikut:
1.      Mengucapkan takbiratul ihram dan mengangkat kedua tangan sambil menghirup nafas secara perlahan. Setelah takbiratul ihram sempurna, barulah menghembuskannya kembali secara perlahan dan jangan tergesa-gesa.
2.      Membaca suratul Fatihah dengan nafas yang teratur, dan ingatlah untuk tidak menarik nafas di saat mengucapkan kalimat terakhir surat alfatihah (ghairil maghduubi alaihim walad dhaallin…) karena kita tidak menghendaki sifat-sifat dhalalah (tercela) merasuk dalam dada kita yang sudah kita masukkan nama Allah.
3.      Mengucapkan dua kalimah syahadat saat tasyhadud awal dan akhir dengan cara: menark nafas saat mengucapkan “Asyhadu alla ilaha….” Dan menghembuskan nafas dengan mengucapkan “Illallah…” lalu dilanjutkan dengan “Waasyhadu anna Muhammadurrasulullah…”. Dan yang terakhir.
4.      Saat salam kanan, tariklah nafas dengan mengucapkan Alhamdulillah sebagai wujud syukur kepada setiap nikmat Allah… dan hembuskanlah nafas saat salam kiri seraya mengucapkan Astagfirullah sebagai wujud penyesalan kita terhadap dosa kita, dan sebagai proses negasi terhadap sifat tercela.
Demikianlah cara untuk mengintegrasikan dzikir nafas ini di dalam shalat kita. Agar shalat menjadi lebih bermakna, banyak orang yang melakukan shalat, namun mereka tidak memetik buah dari shalat itu. Karena shalat baginya hanya menjadi bagian dari kewajiban, shalat tidak terintegrasi dengan nafasnya, dengan jiwanya. Shalat harus terintegrasi dengan jiwa, merasuk dalam dada dan menjadi kebutuhan diri. Wallahu a’lam bishshawab.

0 comments: