MAKALAH ISLAM DI SPANYOL
ISLAM DI SPANYOL
Makalah
Disusun Guna Menuhi Tugas
Mata Kuliah: Sejarah
Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Prof. Hj.
Sri Suhandjati
![]() |
Disusun
Oleh :
Hanni’
Nailatus Syharifah (134111051)
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014
I.
Latar belakang
Setelah berahirnya periode klasik
Islam, ketika Islam memulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari
keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politk,
dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan kerajaan Islam dan bagian
dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi itulah yang
mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan kemajuan Eropa ini tidak bisa
dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islamlah Eropa
banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa
keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting,
menyaingi Baghdad di timur. Ketika itu, orang orang Eropa Kristen banyak
belajar di perguruan perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi “guru”
bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik
perhatian para sejarahwan. Untuk lebih jelasnya kita akan membahas tentang
Islam di Spanyol sebagai berikut.
II.
RUMUSAN MASALAH
1. Spanyol
sebelum Islam.
2. Masuknya
Islam ke Spanyol.
3. Perkembangan
Islam di Spanyol.
III. PEMBAHASAN
A. Spanyol
sebelum Islam.
Sebelum Islam masuk ke Spanyol, sekitar
abad ke-5 Masehi, bangsa Jerman mendatangi semenanjung Iberia. Theodoric,
raja Ostogoth mendirikan istananya di Toledo sekitar tahun 513 M.
Kemudian pada tahun 569 M, Leovigildo, seorang raja Visigoth,
menjadikan Toledo sebagai ibukota Kerajaan Visigoth Spanyol.
Sejak itulah, Toledo mengalami kejayaan yang pertama. Pada tahun 689 M, raja
Recaredo menjadikan Katolik sebagai agama resmi di Spanyol.
B. Masuknya
Islam ke Spanyol.
Ekspansi pasukan muslim ke Semenajung
Iberia, gerbang barat daya Eropa, merupakan serangan terakhir dan paling
dramatis dari seluruh operasi militer penting yang dijalankan oleh orang orang
Arab. Serangan itu menandai puncak ekspansi muslim kewilayah Afrika dan Spanyol
Dari sisi kecepatan operasi dan kadar
keberhasilannya, ekspansi ke Spanyol memiliki kedudukan yang unik dalam sejarah
militer abad pertengahan. Dalam proses ekspansi ke Spanyol terdapat tiga
pahlawan isalam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan satuan
pasukan ke Spanyol mereka adalah Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad dan Musa
Ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Yang
menyebrangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa dengan satu
pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki
empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.[1]
Faktor Internal.[2]
Adalah suatu kondisi yang terdapat
didalam tubuh penguasa, tokoh tokoh pejuang dan para prajurit umat Islam yang
terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya, faktor faktor
itu anatara lain:
1. Para
pemimpin dari pejuang Islam adalah tokoh tokoh yang kuat.
2. Para
prajurit umat Islam mempunyai kekompakan, persatuan dan rasa percaya diri yang
sangat tinggi dalam penaklukan diwilayah Spanyol.
3. Yang
tidak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukan para tenatara Islam
yaitu sifat toleransi, persaudaraan dan tolong menolong yang menyebabkan kaum
pribumi menyambut kehadiran Islam di Spanyol.
Faktor eksternal.[3]
Adalah suatu kondisi yang terdapat
didalam Negara Spanyol sendiri. Yaitu;
1. Sikap
penguasa Gotik yang tidak toleran terhadap aliran agama yang berkembang
pada saat itu. Penguasa Gotik memaksa aliran agama kepda masyarakat.
Penganut agama yahudi yang merupakan komunitas terbesar dari penduduk Spanyol
dipaksa untuk dibaptis menurut agama Kristen.dalam kondisi ini mereka merasa
tertindas secara teologis, yang menyebabkan mereka berharap datangnya juru
pembebas. Dan juru pembebas tersebut mereka temukan dari orang orang Islam.
Demi kepentingan mempertahankan keyakinan, mereka bersekutu dengan tentara
Islam melawan pengusa Gotik.
2. Perselisihan
antra raja Rodrick dan Witiza (wali kota Toledo), disatu pihak dan ratu Julian
dipihak lain. Oppas dan Achila kakek dan anak Witiza
menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Rodrick, bahkan berkoalisi dengan
kaum muslimin di Afrika Utara. Demikian pula ratu Julian memberikan
pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Thariq dan Musa.
3.
Faktor lainnya
yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa tentara Rodrick tidak mempunyai
semangat perang, yang disebabkan bertambah kuatnya pasukan tentara Islam
setelah berkoalisinya kedua raja dan ratu tersebut.
C. Perkembangan Islam di Spanyol.
Sejak
pertama kali menginjakan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerjaan Islam
terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu
berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat
Islam di Spanyol dibagi menjadi enam periode, yaitu:
1. Periode pertama (711-755 M)
Pada periode ini stabilitas politik
negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan gangguan masih terjadi,
baik datang dari dalam maupun luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa
perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan
golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di
Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing masing
mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh
karena itu terjadi duapuluh kali pergantian wali ( gubernur) Spanyol
dalam jangka waktu yang amat singkat.perbedaan pandangan politik itu
menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubunganya dengan
perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Didalam etnis
arab sendiri terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing, yaitu suku
Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani ( Arab Selatan). Perbedaan ini sering kali
menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang
tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu
mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.[4]
2. Periode kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada
dibawah pemerintahan seorang yang bergelar Amir ( panglima atau
gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu
dipegang oleh kahlifah Abbassiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I
yang memasuki tahun 138 H/ 755 M. dan diberi gelar Al Dakhil (yang masuk ke Spanyol).
Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas
ketika yang terakhir berhasil menaklukan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya,
ia berhasil mendirikan dinasti Bani Uamyyah di Spanyol. Penguasa penguasa di
Spanyol pada periode ini adalah Abd. Al Rahman Al Dakhil, Hisyam I, Hakam I,
Abd. Al Rahman Al Austh, Muahammad Ibn Abd. Al Rahman, Munzir Ibn Muahammad,
dan Abdulloh Ibn Muahammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol
mulai memperoleh kemajuan kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam
bidang peradaban, antara lain:
a. Abd.
Al Rahman Al Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah sekolah di kota kota
besar Spanyol.
b. Hisyam
terkenal dalam menegakan hukum Islam.
c. Hakam
dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dan dialah yang
memprakarsai tentara bayaran Spanyol.
d.
Abd. Al Rahman Al
Ausath dikanal sebagai penguasa cinta ilmu,[5] dan pada masanya juga mulai masuk pemikiran filsafat, dan dia juga
mengundang para ahli dari duania Islam lain untuk datang ke Spanyol hingga di
Spanyol mulai marak kegiatan ilmu pengetahuan.
Walaupun banyak perkembangan pada
periode ini, tetapi ancaman dan kerusuhan tetap terjadi, antara lain:
a. Pada
abad ke-9, stabilitas Negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen
fanatik yang mencari ke-syahidan (Martyrdom).[6]
Tetapi, gereja Kristen di Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan ini,
karena pemerintahan Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen
diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen peribadatan
tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara
biara disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja
sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.[7]
b. Pada
periode ini terjadi gangguan politik yang serius dari umat Islam sendiri.
Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk Negara kota yang
berlangsung selama delapan puluh tahun. Disamping itu sejumlah orang yang tidak
puas membangkitkan revolusi, diantaranya adalah pemberontakan pemberontakan
yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat pegunungan dekat Malaga.
Sementara itu, perselisihan antara orang orang Barbar dan orang orang Arab
masih terjadi.[8]
3. Periode ketiga (912-1013 M)
Pemerintahan ini berlangsung mulai dari
pemerintahan Abd. Al Rahman III yang bergelar Al Nashir, sampai
munculnya raja raja kelompok yang disebut muluk Al Thawaif. Pada
pemerintahan ini Spanyol dipimpin oleh penguasa dengan gelar khalifah,
penggunaan gelar ini bermula dari berita yang sampai kepada Abd. Al Rahman III,
bahwa Al Muktadir khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad dibunuh oleh
pengawalnya sendiri. Dan ini menunjukan bahwa pemerintahan Abbassiyah berada
dalam kemelut. Hal ini menyebabkan pemakain gelar khalifah yang telah hilang
selama 150 tahun lebih. Khalifah khlifah tersebut anatara lain Abd. Al Rahman
Al Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
4. Periode keempat ( 1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah
menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah pemerintahan raja raja
golongan (al muluk al Thawaif) yang berpusat disuatu kota seperti
Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah
Abbadiyyah di Siville. Karena terpecahnya Spanyol menyebabkan perang saudara,
hal ini dimanfaatkan oleh umat Kristen mengambil inisiatif, untuk
menyerang umat Islam. Walaupun terjadi kekacauan politik, namun kehidupan
intelektual terus berkembang pada periode ini, yaitu istana istana mendorong
para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu istana
keisatana lain.[9]
5. Periode kelima (1086-1248 M)
Walaupun dalam periode ini Islam
terpecah menjadi beberapa negara, tetapi terdapat suatu kekuatan yang dominan,
yaitu kekuasaan dinasti Murobithun (1086-1143) dan dinasti Muwahidun
(1146-1235 M). dinasti Murobithun pada mulanya adalah suatu gerakan agama yang
didirikan oleh Yusuf Ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 162 M, ia berhasil
mendirikan kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas
undangan penguasa pengusa Islam disana, yang tengah memikul beban berat
perjuangan mempertahankan negeri negerinya dari serangan orang Kristen. Pada
tahun 1086 M, dinasti masuk ke Spanyol dan berhasil mengalahkan pasukan
Castilia. Karena perpecahan dikalangan raja raja muslim Yusuf melangkah lebih
jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Pada tahun 1143 M,
dinasti ini berakhir di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh
dinasti Muahidun yang berpusat di Afrika Utara dinasti ini merebut kembali
daerah Saragossa yang jatuh ketangan Kristen pada Murobithun. Dinasti Muwahidun
didirikan oleh Muhammad Ibn Tumart. Dinasti ini masuk ke Spanyol dibawah
pimpinan Al Muni’m. diantara tahun1114 dan 1154 dapat menguasai kota kota
muslim penting di Spanyol yaitu Cordova, Almeria dan Granada. Dinasti ini
mengalami kemajuan yaitu kekuatan kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan
tetapi tidak lama kemudian umat Kristen dapat merebut kembali dan mengalahkan
dinasti Muwahidun, yang menyebabkan dinasti ini kembali ke Afrika Utara.
Keadaan Spanyol kembali kacau. Cordova dan Seville jatuh ketangan Kristen
kecuali Granada.
6. Periode keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam di Spanyol hanya
berkuasa di Granada dibawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Pada masa ini
peradaban kembali mengalami kemajuan seperti jaman Abd. Al Rahman Al Nashir.
Kekuasaan ini yang merupakan kekuasanaan terakhir di Spanyol berakhir karena
adanya perselisihan dalam istana untuk memperebutkan kekuasaan.
Dalam masa lebih dari tujuh abad
kekuasaan Islam di Spanyol, umat telah mencapai kemajuan disana, bahkan
berdampak pada kemajuan yang lebih kompleks, antara lain
a. Kemajuan
intelektual, seperti filsafat, sains, fiqih, musik, kesenian, bahasa, dan
sastara.
b. Kemegahan bangunan fisik, seperti; indahnya ibu kota
Spanyol yaitu Cordova yang terdapat jembatan besar yang dibangun diatas sungai
ditengah kota, terdapat istana istana ditengah kota yang memperindah
pemandangan. Selain
itu di Granada terdapat istana Al Hamra yang tidak kalah megahnya dengan istana
di Corova.
IV. KESIMPULAN
Dari uarain diatas, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Sebelum
Islam masuk ke Spanyol, banyak terjadi kekacauan yang disebabkan oleh
kerajaan Gotik memaksa kepada umat yahudi untuk dibaptis. Hal ini membawa
dampak perpecahan yang sangat signifikan diantara bangsa Spanyol itu sendiri.
Keadaan ini dimanfaatkan umat Islam dalam penaklukannya ke Spanyol
b. Masuknya
Islam ke Spanyol diawali oleh tiga pahlwan, mereka yaitu Tharif, Thariq dan
Musa, yang melakukan ekspansi dengan melakukan penyeberangan melalui selat
diantara Maroko dan Eropa.
c. Masuknya
Islam ke Eropa membawa dampak kemajuan yang sangat pesat dalam peradaban,
antara lain kemajuan intelektual dan kemegahan bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Carl, Brockelman, Histori Of The
Arabs, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006
Hitti, Philip K., History Of Islamic
Peoples, londen: Rotledge & kegan paul, 1980
Syalabi, Ahmad, Mausu’ah Al Tarikh
Al Islami Wa al Hadharah al Islamiyah, Jilid 4, Kairo: Maktabah al Nahdah
al Mishriyah, 1979
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban
Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008
Syalabi, Ahmad, Sejarah dan
Kebuayaan Islam,Jilid 2, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1983
Spuler Bertold , The Moslem World:A
Historical Survey, leiden: E. J. Brill, 1960
Thomas, W., Arnold, Sejarah
Dakwah Islam, Jakarata: Wijaya, 1983
Wassenstein, David, Politics and
Society in Islamic Spain:1002-1086, New Jersey: Princeton University Press,
1985
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban
Islam Jilid 2, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2004
Zaidan, Jurji, Tarikh al Tamaddun al
Islami, Jilid 3, Kairo: Daar al Hilal, tanpa tahun
[2] Dr. Badri Yatim, MA. Sejarah
Peradaban Islam Jilid 2, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2004), hlm. 93
[3] Dedi
Supriyadi, M. Ag. Sejarah Peradaban Islam, ( Bandung : Pustaka Setia,
2008), hlm. 119
[4] David Wassenstein, Politics
and Society in Islamic Spain:1002-1086, ( New Jersey: Princeton University
Press, 1985), hlm. 15-16
[5] Ahmad Syalabi, Mausu’ah Al Tarikh Al
Islami Wa al Hadharah al Islamiyah, Jilid 4, ( Kairo: Maktabah al Nahdah al
Mishriyah, 1979), hlm. 41-50
[6] Jurji
Zaidan, Tarikh al Tamaddun al Islami, Jilid 3, (Kairo: Daar al Hilal,
tanpa tahun), hlm. 200
[7] Thomas W, Arnold, Op.Cit.,
hlm. 126
[8] Bertold
spuler, The Moslem World:A Historical Survey, (leiden: E. J. Brill,
1960), hlm. 126
[9] Ibid,.
hlm. 108
#MAKALAH ISLAM DI SPANYOL #islam#sejarah#peradabanislaam#filsafat#kebudayaan#tasawuf
0 comments:
Post a Comment