Our social:

Wednesday, 6 April 2016

Makalah Hadis tentang Akhlak

Hadis tentang Akhlak
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : hadis falsafi
Dosen pengapu : pak Bahroon Anshori
Description: C:\Users\Hani\Pictures\images.jpg
Oleh:
Hani Nalilatus Syarifah (134111051)



Akidah dan Filsafat
FAKULTAS USHULUDDIN dan HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
Semarang
2015
A.    Latar belakang
Akhlak atau etika dalam Islam merupakan misi kenabian yang paling utama setelah pengesaan Allah Swt (al-tauhīd). Dalam hal ini Rasulullah saw pernah bersabda,
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق 
“Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”
Dalam tataran khazanah keilmuan Islam kaitannya dengan filsafat, etika biasanya disebut dengan filsafat praktis. Ia menempati bagian penting dalam diskursus pemikiran Islam klasik. Filsafat praktis itu sendiri berbicara tentang segala sesuatu bagaimana seharusnya yang berdasar kepada filsafat teoritis, yakni pembahasan tentang segala sesuatu sebagaimana adanya.
Kajian tentang etika memiliki keunikan tersendiri dan disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Sehingga gairah para ilmuwan muslim untuk membahas lebih terperinci pada bidang ilmu yang sangat krusial dalam Islam ini, melahirkan banyak karya yang dapat dijadikan sumber rujukan primer maupun sekunder.
Dalam makalah ini saya akan membahas tentang filsafat etika atau moral dalam Islam yang difokuskan pada deskripsi definisi filsafat etika dan tokoh-tokoh yang berkonsentrasi pada pendalaman filsafat etika serta konsep pemikirannya.

B.     Rumusan masalah
a.       Bagaimana definisi mengenai akhlak?
b.      Apa saja yang menjadi dasar akhlak?
C.    Pembahasan
1.    Definisi akhlak secara etimologi
Perkataan “akhlak” berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” (جلق)  yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalkun” (خلق) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” (خالق) yang berarti pencipta dan “makhluk” (مخلوق) yang berarti yang diciptakan.[1]
Pola bentukan definisi “akhlak” di atas muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi antar kholik (pencipta) dengan makhluk (yang di ciptakan) secara timbal balik yang kemudian di sebut sebagai hablum minallah. Kemudian lahir pola hubungan antar sesama manusia yang di sebut dengan hablum minannas (pola hubungan antar sesama makhluk).
Komentar dari Ibnu Athir dalam bukunya An-Nihayah menerangkan,
“hakikat makna khuluk itu ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifatnya), sedang khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah tubuhnya, dan lain sebagainya)”.
Identik dengan pendapat Ibnu Athir ini, Imam Al-Ghazali menyatakan
“Bilamana orang mengatakan si A itu baik khalqunya dan khuluqnya, berarti si A itu baik sifat lahirnya dan sifat batinnya”
Jadi berdasarkan sudut pandang kebahasaan definisi akhlak dalam pengertian sehari-hari disamakan dengan “budi pekerti” , kesusilaan , sopan santun, tata karma (versi bahasa Indonesia) sedang dalam bahasa Inggrisnya di samakan dengan istilah moral atau ethic.
Dalam bahasa Yunani istilah “akhlak” dipergunakan istilah ethos atau  ethikos atau etika (tanpa memakai huruf H)  yang mengandung arti “Etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik”. Dan etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran.[2]
Dalam sebuah kitab yang di tulis oleh Abd. Hamid Yunus dinyatakan:
الاْخلاق هي صفات الانسا ن الادابية
“akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik”
Memahami ungkapan tersebut bisa di mengerti sifat/potensi yang bisa di bawa setiap manusia sejak lahir: artinya potensi tersebut sangat tergantung dari cara pembinaan dan pembentukannya. Apabila pengaruhnya positif, outputnya adalah akhlak mulia; sebaliknya apabila pembinaannya negative, yang terbentuk adalah akhlak mazmumah (tercela).

Firman Allah surat Al-Syam: 8
فاْلهمهافجورهاوتقواها
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kepasikan dan ketakwaannya”

2.    Definisi “akhlak” Aspek Terminologi
a.       Imam Al-Ghazali
الخلق عبارةعن هيئة فى النفس راسخةعنهاتصدرالاْفعال بسهولة ويسرمن غيرحاجةإلى فكروروية
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan muda, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu)”.[3]
b.      Prof. Dr. Ahmad Amin
عرف بعضهم الخلق بأنه عادة لإرادة يعنى أن الإرادة إذااعتادت شيئا فعادتهاهي المسماةبالخلق.
“sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak”.
Menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing –masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama akhlak.
Akhlak dermawan umpamanya, semula timbul dari keinginan berderma atau tidak. Dari kebimbangan ini tentu pada akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan member derma. Ketentuan ini adalah kehendak, dan kehendak ini bila di biasakan akan menjadi akhlak, yaitu akhlak dermawan.
c.       Prof. K.H. Farid Ma’ruf
“akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”
d.      Dr. M. Abdullah Dirroz
“akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat)”.
D.    Objek pembahasan akhlak
Ilmu akhlak ialah ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan manusia. baik atau buruknya, benar atau salahnya, sah atau batal, semua itu di tetapkan dengan menggunakan ilmu akhlak sebagai petunjuknya.
Ahmad Amin mempertegas dalam kitabnya Al-Akhlak dengan menyatakan:
علم يوضح معنى الخير والشرويبين معا ملت الناس بعضهم بعضا، ويشرح الغاية التىى ينبغي أن يقصد ها مافى أعمالهم ويبين السبيل لعمل ما ينبغي.
“ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa yang harus di perbuat oleh sebagian manusia terhadap sesamanya dan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan yang lurus yang harus di perbuat”
Jadi menurut definisi tersebut ilmu akhlak itu mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a.       Menjelaskan pengertian baik dan buruk.
b.      Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang serta bagaimana cara kita bersikap antar sesama.
c.       Menjelaskan mana yang patut kita perbuat.
d.      Menunjukkan mana jalan lurus yang harus di lalui.
Berdasarkan beberapa bahasan yang berkaitan dengan ilmu akhlak, maka dapat di pahami bahwa objek (lapangan/sasaran) pembahasan ilmu akhlak itu ialah tindakan-tindakan seseorang yang dapat diberikan nilai baik/buruknya, yaitu perkataan dan perbuatan yang termasuk ke dalam kategori perbuatan akhlak.
E.     Prinsip-prinsip akhlak dalam islam
1.      Moral force
Moral Force akhlak islam adalah terletak pada Iman sebagai internal power yang di miliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan memotifasi terbentuknya kehendak untuk di refleksikan dalam tata rasa, tata karsa, tata cipta dan tata karya yang konkret.
Cirri khas orang yang beriman itu adalah orang yang telah memiliki kualifikasi kepribadian (laksana pohon yang baik) dengan cirri sebagai berikut:
o   Indah perangainya dan santun tutur katanya.
o   Tegar dan teguh pendirian (tidak terombang-ambing)
o   Mengayomi atau melindungi sesama
o   Mengerjakan buah amal yang dapat di nikmati oleh lingkungan.

2.      Landasan pijakannya adalah Iman, Islam, Ihsan
Istilah iman adalah berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk masdar dari kata kerjanya yaitu:
اَمن، يؤمن، ايمانا
Iman dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “percaya” atau “keyakinan” sebagaimana dalam buku Asas Ajaran Islam, Sidi Ghazalba dengan tegas menyatakan, bahwa iman lebih pas diartikan ke dalam bahasa Indonesia dengan arti “keyakinan”.

3.      Disiplin Moral
Siapa berbuat, dia yang bertanggung jawab.firman Allah:
فمن يعمل مثقال ذرةٍ خيرايره (7) ومن يعمل مثقال ذرة شرايره
Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (QS. Al-Zalzalah: 7-8)

4.      Akhlak Terhadap Alam (makhluk lain)3
Di riwayatkan dari hadis nabi bahwa seorang pernah member minum seekor anjing yang kehausan dengan menimbakan air melalui sepatunya dari suatu telaga. Perbuatan ini dipandang sebagai kelakuan yang baik dan berpahala. Hendaklah hewan-hewan itu diperlakukan dengan baik, sebagaimana pesan Rasulullah SAW.,
اتقوالله في البها ئم المعجمة فار كبو ها صا لحة وكلو ها صا لحة (رواه أحمد)
“hendaklah kalian takwa kepada Allah tentang binatang – binatang. Oleh sebab itu tunggangilah dia dengan baik (sopan) dan makanlah dia dengan baik.” (HR. Ahmad.)
5.      Akhlak Terhadap Sesama
Seperti:
a.      akhlak suami dan istri
b.      akhlak kepada orang tuanya
c.      akhlak individu dan masyarakat

F.     Kesimpulan
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan. Ada dua macam akhlak yaitu mulia dan tercela.

G.    Penutup
Sekian makalah dari saya, kurang lebihnya saya mohon maaf. Untuk mengetahui lebih lanjut silahkan cek di  buku Pengantar STUDI AKHLAK  oleh Drs. Zahruddin AR, M.M.Si., (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2004)





[1] Drs. Zahruddin AR, M.M.Si., Pengantar STUDI AKHLAK, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2004), Hlm. 11
[2] Franz Magnis Suseno, Etika Dasar, Pusat Filsof, Jakarta, Tahun 1987, hlm. 14
[3] Ihya Ulumuddin, Juz III, Hlm. 56. Nama lengkap Al-Ghazali ialah Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali.

#@filsafat#makalah#kebudayaan#indonesia#sejarah

0 comments: