Makalah Hadis tentang Akhlak
Hadis
tentang Akhlak
Makalah
ini di susun guna memenuhi tugas
Mata
kuliah : hadis falsafi
Dosen
pengapu : pak Bahroon Anshori

Oleh:
Hani
Nalilatus Syarifah (134111051)
Akidah
dan Filsafat
FAKULTAS
USHULUDDIN dan HUMANIORA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
Semarang
2015
A.
Latar
belakang
Akhlak atau etika
dalam Islam merupakan misi kenabian yang paling utama setelah pengesaan Allah
Swt (al-tauhīd). Dalam hal ini Rasulullah saw pernah
bersabda,
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Bahwasanya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”
Dalam tataran khazanah keilmuan Islam kaitannya dengan filsafat, etika
biasanya disebut dengan filsafat praktis. Ia menempati bagian penting dalam
diskursus pemikiran Islam klasik. Filsafat praktis itu sendiri berbicara
tentang segala sesuatu bagaimana seharusnya yang berdasar kepada filsafat
teoritis, yakni pembahasan tentang segala sesuatu sebagaimana adanya.
Kajian tentang etika memiliki keunikan tersendiri dan disiplin ilmu yang
berdiri sendiri. Sehingga gairah para ilmuwan muslim untuk membahas lebih
terperinci pada bidang ilmu yang sangat krusial dalam Islam ini, melahirkan
banyak karya yang dapat dijadikan sumber rujukan primer maupun sekunder.
Dalam makalah ini saya
akan membahas tentang filsafat etika atau moral dalam Islam yang difokuskan
pada deskripsi definisi filsafat etika dan tokoh-tokoh yang berkonsentrasi pada
pendalaman filsafat etika serta konsep pemikirannya.
B.
Rumusan
masalah
a. Bagaimana
definisi mengenai akhlak?
b. Apa
saja yang menjadi dasar akhlak?
C.
Pembahasan
1. Definisi
akhlak secara etimologi
Perkataan “akhlak” berasal dari bahasa arab jama’
dari bentuk mufradnya “Khuluqun” (جلق) yang menurut logat
diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalkun” (خلق) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq”
(خالق) yang berarti pencipta dan “makhluk” (مخلوق) yang berarti yang diciptakan.[1]
Pola bentukan definisi “akhlak” di atas muncul
sebagai mediator yang menjembatani komunikasi antar kholik (pencipta) dengan
makhluk (yang di ciptakan) secara timbal balik yang kemudian di sebut sebagai
hablum minallah. Kemudian lahir pola hubungan antar sesama manusia yang di
sebut dengan hablum minannas (pola hubungan antar sesama makhluk).
Komentar dari Ibnu Athir dalam bukunya An-Nihayah
menerangkan,
“hakikat makna khuluk
itu ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifatnya),
sedang khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit,
tinggi rendah tubuhnya, dan lain sebagainya)”.
Identik dengan pendapat
Ibnu Athir ini, Imam Al-Ghazali menyatakan
“Bilamana orang
mengatakan si A itu baik khalqunya dan khuluqnya, berarti si A
itu baik sifat lahirnya dan sifat batinnya”
Jadi
berdasarkan sudut pandang kebahasaan definisi akhlak dalam pengertian
sehari-hari disamakan dengan “budi pekerti” , kesusilaan , sopan santun, tata
karma (versi bahasa Indonesia) sedang dalam bahasa Inggrisnya di samakan dengan
istilah moral atau ethic.
Dalam
bahasa Yunani istilah “akhlak” dipergunakan istilah ethos atau ethikos atau etika (tanpa memakai
huruf H) yang mengandung arti “Etika
adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan
masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik”. Dan etika itu
adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran.[2]
Dalam
sebuah kitab yang di tulis oleh Abd. Hamid Yunus dinyatakan:
الاْخلاق
هي صفات الانسا ن الادابية
“akhlak
ialah segala sifat manusia yang terdidik”
Memahami
ungkapan tersebut bisa di mengerti sifat/potensi yang bisa di bawa setiap
manusia sejak lahir: artinya potensi tersebut sangat tergantung dari cara
pembinaan dan pembentukannya. Apabila pengaruhnya positif, outputnya adalah
akhlak mulia; sebaliknya apabila pembinaannya negative, yang terbentuk adalah
akhlak mazmumah (tercela).
Firman
Allah surat Al-Syam: 8
فاْلهمهافجورهاوتقواها
“Maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kepasikan dan ketakwaannya”
2. Definisi
“akhlak” Aspek Terminologi
a. Imam
Al-Ghazali
الخلق
عبارةعن هيئة فى النفس راسخةعنهاتصدرالاْفعال بسهولة ويسرمن غيرحاجةإلى فكروروية
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan muda, dengan
tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu)”.[3]
b. Prof.
Dr. Ahmad Amin
عرف
بعضهم الخلق بأنه عادة لإرادة يعنى أن الإرادة إذااعتادت شيئا فعادتهاهي
المسماةبالخلق.
“sementara orang mengetahui bahwa yang
disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak”.
Menurut
Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah
bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah
melakukannya. Masing –masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai
kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih
besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama akhlak.
Akhlak
dermawan umpamanya, semula timbul dari keinginan berderma atau tidak. Dari
kebimbangan ini tentu pada akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan member derma.
Ketentuan ini adalah kehendak, dan kehendak ini bila di biasakan akan menjadi
akhlak, yaitu akhlak dermawan.
c. Prof.
K.H. Farid Ma’ruf
“akhlak adalah kehendak
jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”
d. Dr.
M. Abdullah Dirroz
“akhlak adalah suatu
kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak berkombinasi membawa
kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau
pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat)”.
D. Objek pembahasan akhlak
Ilmu akhlak ialah ilmu untuk menetapkan ukuran
segala perbuatan manusia. baik atau buruknya, benar atau salahnya, sah atau
batal, semua itu di tetapkan dengan menggunakan ilmu akhlak sebagai
petunjuknya.
Ahmad Amin mempertegas dalam kitabnya Al-Akhlak
dengan menyatakan:
علم
يوضح معنى الخير والشرويبين معا ملت الناس بعضهم بعضا، ويشرح الغاية التىى ينبغي
أن يقصد ها مافى أعمالهم ويبين السبيل لعمل ما ينبغي.
“ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
dan menerangkan apa yang harus di perbuat oleh sebagian manusia terhadap
sesamanya dan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan yang lurus yang harus di perbuat”
Jadi
menurut definisi tersebut ilmu akhlak itu mengandung unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Menjelaskan
pengertian baik dan buruk.
b. Menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan seseorang serta bagaimana cara kita bersikap
antar sesama.
c. Menjelaskan
mana yang patut kita perbuat.
d. Menunjukkan
mana jalan lurus yang harus di lalui.
Berdasarkan
beberapa bahasan yang berkaitan dengan ilmu akhlak, maka dapat di pahami bahwa
objek (lapangan/sasaran) pembahasan ilmu akhlak itu ialah tindakan-tindakan
seseorang yang dapat diberikan nilai baik/buruknya, yaitu perkataan dan
perbuatan yang termasuk ke dalam kategori perbuatan akhlak.
E. Prinsip-prinsip akhlak dalam islam
1. Moral
force
Moral
Force akhlak islam adalah terletak pada Iman
sebagai internal power yang di miliki oleh setiap orang mukmin yang
berfungsi sebagai motor penggerak dan memotifasi terbentuknya kehendak untuk di
refleksikan dalam tata rasa, tata karsa, tata cipta dan tata karya yang
konkret.
Cirri khas orang yang
beriman itu adalah orang yang telah memiliki kualifikasi kepribadian (laksana
pohon yang baik) dengan cirri sebagai berikut:
o
Indah
perangainya dan santun tutur katanya.
o
Tegar dan teguh
pendirian (tidak terombang-ambing)
o
Mengayomi atau
melindungi sesama
o
Mengerjakan buah
amal yang dapat di nikmati oleh lingkungan.
2. Landasan
pijakannya adalah Iman, Islam, Ihsan
Istilah
iman adalah berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk masdar dari kata kerjanya
yaitu:
اَمن،
يؤمن، ايمانا
Iman
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “percaya” atau “keyakinan”
sebagaimana dalam buku Asas Ajaran Islam, Sidi Ghazalba dengan tegas
menyatakan, bahwa iman lebih pas diartikan ke dalam bahasa Indonesia dengan
arti “keyakinan”.
3. Disiplin
Moral
Siapa berbuat, dia yang
bertanggung jawab.firman Allah:
فمن
يعمل مثقال ذرةٍ خيرايره (7) ومن يعمل مثقال ذرة شرايره
Barang siapa
mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula”. (QS. Al-Zalzalah: 7-8)
4. Akhlak
Terhadap Alam (makhluk lain)3
Di
riwayatkan dari hadis nabi bahwa seorang pernah member minum seekor anjing yang
kehausan dengan menimbakan air melalui sepatunya dari suatu telaga. Perbuatan
ini dipandang sebagai kelakuan yang baik dan berpahala. Hendaklah hewan-hewan
itu diperlakukan dengan baik, sebagaimana pesan Rasulullah SAW.,
اتقوالله
في البها ئم المعجمة فار كبو ها صا لحة وكلو ها صا لحة (رواه أحمد)
“hendaklah kalian takwa kepada Allah
tentang binatang – binatang. Oleh sebab itu tunggangilah dia dengan baik
(sopan) dan makanlah dia dengan baik.” (HR. Ahmad.)
5.
Akhlak Terhadap
Sesama
Seperti:
a.
akhlak suami dan
istri
b.
akhlak kepada
orang tuanya
c.
akhlak individu
dan masyarakat
F.
Kesimpulan
Akhlak
ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan. Ada dua macam akhlak yaitu mulia dan tercela.
G.
Penutup
Sekian
makalah dari saya, kurang lebihnya saya mohon maaf. Untuk mengetahui lebih
lanjut silahkan cek di buku Pengantar
STUDI AKHLAK oleh Drs. Zahruddin AR, M.M.Si., (Jakarta;
PT Raja Grafindo Persada, 2004)
[1]
Drs. Zahruddin AR, M.M.Si., Pengantar STUDI AKHLAK, (Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada, 2004), Hlm. 11
[2]
Franz Magnis Suseno, Etika Dasar, Pusat Filsof, Jakarta, Tahun 1987,
hlm. 14
[3] Ihya
Ulumuddin, Juz III, Hlm. 56. Nama lengkap Al-Ghazali ialah Abu Hamid
Muhammad Al-Ghazali.
#@filsafat#makalah#kebudayaan#indonesia#sejarah
0 comments:
Post a Comment