Our social:

Monday, 18 April 2016

Makalah Etika, moral dan akhlak



Etika, moral dan akhlak
Di buat guna memenuhi tugas
mata kuliah : filsafat akhlaki
dosen pengampu : Dr. H. Abdul Muhaya, MA

Di susun oleh:
Hani Nailatus Syarifah (134111051)


Fakultas Ushuluddin dan Humaniora
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
Semarang
2016
A.    Latar Belakang
Akhlak atau etika dalam Islam merupakan misi kenabian yang paling utama setelah pengesaan Allah Swt (al-tauhīd). Dalam hal ini Rasulullah saw pernah bersabda,
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”
Dalam tataran khazanah keilmuan Islam kaitannya dengan filsafat, etika biasanya disebut dengan filsafat praktis. Ia menempati bagian penting dalam diskursus pemikiran Islam klasik. Filsafat praktis itu sendiri berbicara tentang segala sesuatu bagaimana seharusnya yang berdasar kepada filsafat teoritis, yakni pembahasan tentang segala sesuatu sebagaimana adanya.
Kajian tentang etika memiliki keunikan tersendiri dan disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Sehingga gairah para ilmuwan muslim untuk membahas lebih terperinci pada bidang ilmu yang sangat krusial dalam Islam ini, melahirkan banyak karya yang dapat dijadikan sumber rujukan primer maupun sekunder.
Dalam makalah ini saya akan membahas tentang filsafat etika, akhlak atau moral dalam Islam yang difokuskan pada deskripsi definisi filsafat etika dan tokoh-tokoh yang berkonsentrasi pada pendalaman filsafat etika serta konsep pemikirannya.



B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian dari etika, moral dan akhlak?
2.      Apa persamaan dan perbedaan ketiganya?

C.    Pembahasan
1.      Etika
Etika (etimologik), berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “mores” yang berarti juga adat atau cara hidup.[1]

Definisi Etika:
“etika merupakan cabang filsafat. Etika
“ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujannya yang dapat merupakan perbuatan”. (Ki Hajar Dewantara, 1962:459)[2]
Objek etika (menurut Franz Von Magnis, 1979: 15-16) adalah pernyataan Moral. Apabila di periksa segala macam moral, pada dasarnya hanya dua macam: pernyataan tentang tindakan manusia dan pernyataan tentang manusia sendiri atau tentang unsure-unsur kepribadian manusia seperti motif-motif, maksud dan watak. Ada himpunan pernyataan ke tiga yang tidak bersifat moral, tetapi penting dalam rangka pernyataan tentang tindakan.[3]

2.      Moral
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.
Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.[4]

3.      Akhlak
Perkataan “akhlak” berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” (جلق)  yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalkun” (خلق) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” (خالق) yang berarti pencipta dan “makhluk” (مخلوق) yang berarti yang diciptakan.[5]
Pola bentukan definisi “akhlak” di atas muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi antar kholik (pencipta) dengan makhluk (yang di ciptakan) secara timbal balik yang kemudian di sebut sebagai hablum minallah. Kemudian lahir pola hubungan antar sesama manusia yang di sebut dengan hablum minannas (pola hubungan antar sesama makhluk).
Dalam bahasa Yunani istilah “akhlak” dipergunakan istilah ethos atau  ethikos atau etika (tanpa memakai huruf H)  yang mengandung arti “Etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik”. Dan etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran.[6]
Definisi akhlak:

a.       Imam Al-Ghazali
الخلق عبارةعن هيئة فى النفس راسخةعنهاتصدرالاْفعال بسهولة ويسرمن غيرحاجةإلى فكروروية
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan muda, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu)”.[7]

b.      Prof. Dr. Ahmad Amin
عرف بعضهم الخلق بأنه عادة لإرادة يعنى أن الإرادة إذااعتادت شيئا فعادتهاهي المسماةبالخلق.
“sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak”.
Ilmu akhlak ialah ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan manusia. baik atau buruknya, benar atau salahnya, sah atau batal, semua itu di tetapkan dengan menggunakan ilmu akhlak sebagai petunjuknya.
Ahmad Amin mempertegas dalam kitabnya Al-Akhlak dengan menyatakan:
علم يوضح معنى الخير والشرويبين معا ملت الناس بعضهم بعضا، ويشرح الغاية التىى ينبغي أن يقصد ها مافى أعمالهم ويبين السبيل لعمل ما ينبغي.
“ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa yang harus di perbuat oleh sebagian manusia terhadap sesamanya dan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan yang lurus yang harus di perbuat”
Jadi menurut definisi tersebut ilmu akhlak itu mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a.       Menjelaskan pengertian baik dan buruk.
b.      Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang serta bagaimana cara kita bersikap antar sesama.
c.       Menjelaskan mana yang patut kita perbuat.
d.      Menunjukkan mana jalan lurus yang harus di lalui.
Berdasarkan beberapa bahasan yang berkaitan dengan ilmu akhlak, maka dapat di pahami bahwa objek (lapangan/sasaran) pembahasan ilmu akhlak itu ialah tindakan-tindakan seseorang yang dapat diberikan nilai baik/buruknya, yaitu perkataan dan perbuatan yang termasuk ke dalam kategori perbuatan akhlak.

Persamaan:
Pertama, akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
Kedua, akhlak, etika, moral  merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
Perbedaan:
Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Sunnah. Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan bersumber dari ajaran Allah. Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika bersumber dari pemikiran yang mendalam dan renungan filosofis, yang pada intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Etika besifat temporer, sangat tergantung kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya.

D.    Penutup
Etika, merupakan serapan dari bahasa Yunani ethos atau  ethikos. Moral berasal dari bahasa Latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “mores”. Akhlak berasal dari bahasa Arab “Khuluqun”.
Sekian makalah dari saya, mohon maaf jika masih banyak kesalahan.











Daftar Pustaka
Zubair, Achmad Charris, Kuliah ETIKA,(Jakarta, CV. Rajawali,1987)
Drs. Zahruddin AR, M.M.Si., Pengantar STUDI AKHLAK, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2004),
Franz Magnis Suseno, Etika Dasar, Pusat Filsof, Jakarta, Tahun 1987,
Ihya Ulumuddin, Juz III, Hlm. 56. Nama lengkap Al-Ghazali ialah Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali.


[1] Drs. Achmad Charris Zubair, Kuliah ETIKA,(Jakarta, CV. Rajawali,1987), hlm.13
[2] Ibid; hlm. 15
[3] Ibid; hlm. 18
[5] Drs. Zahruddin AR, M.M.Si., Pengantar STUDI AKHLAK, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2004), Hlm. 11
[6] Franz Magnis Suseno, Etika Dasar, Pusat Filsof, Jakarta, Tahun 1987, hlm. 14
[7] Ihya Ulumuddin, Juz III, Hlm. 56. Nama lengkap Al-Ghazali ialah Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali.
 
 
#makalah#filsafat#tasawuf#artikelbagus#indonesia#kebudayaan#nusantara#thariqah

0 comments: