Makalah Etika, moral dan akhlak
Etika,
moral dan akhlak
Di
buat guna memenuhi tugas
mata
kuliah : filsafat akhlaki
dosen
pengampu : Dr. H. Abdul Muhaya, MA
Di
susun oleh:
Hani
Nailatus Syarifah (134111051)
Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
Semarang
2016
A. Latar Belakang
Akhlak atau etika dalam Islam merupakan
misi kenabian yang paling utama setelah pengesaan Allah Swt (al-tauhīd). Dalam hal ini Rasulullah saw pernah
bersabda,
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang baik.”
Dalam tataran khazanah keilmuan Islam
kaitannya dengan filsafat, etika biasanya disebut dengan filsafat praktis. Ia
menempati bagian penting dalam diskursus pemikiran Islam klasik. Filsafat
praktis itu sendiri berbicara tentang segala sesuatu bagaimana seharusnya yang
berdasar kepada filsafat teoritis, yakni pembahasan tentang segala sesuatu
sebagaimana adanya.
Kajian tentang etika memiliki keunikan
tersendiri dan disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Sehingga gairah para ilmuwan
muslim untuk membahas lebih terperinci pada bidang ilmu yang sangat krusial
dalam Islam ini, melahirkan banyak karya yang dapat dijadikan sumber rujukan
primer maupun sekunder.
Dalam makalah ini saya akan membahas tentang filsafat etika, akhlak atau moral
dalam Islam yang difokuskan pada deskripsi definisi filsafat etika dan
tokoh-tokoh yang berkonsentrasi pada pendalaman filsafat etika serta konsep
pemikirannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengertian dari etika, moral dan akhlak?
2. Apa
persamaan dan perbedaan ketiganya?
C. Pembahasan
1. Etika
Etika
(etimologik), berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin “Mos”
yang dalam bentuk jamaknya “mores” yang berarti juga adat atau cara hidup.[1]
Definisi
Etika:
“etika
merupakan cabang filsafat. Etika
“ilmu
yang mempelajari segala soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia
semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat
merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujannya yang dapat
merupakan perbuatan”. (Ki Hajar Dewantara, 1962:459)[2]
Objek
etika (menurut Franz Von Magnis, 1979: 15-16) adalah pernyataan Moral. Apabila
di periksa segala macam moral, pada dasarnya hanya dua macam: pernyataan
tentang tindakan manusia dan pernyataan tentang manusia sendiri atau tentang
unsure-unsur kepribadian manusia seperti motif-motif, maksud dan watak. Ada
himpunan pernyataan ke tiga yang tidak bersifat moral, tetapi penting dalam
rangka pernyataan tentang tindakan.[3]
2. Moral
Moral (Bahasa Latin Moralitas)
adalah istilah manusia menyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia
yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak
memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal
mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal
yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa
moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki
moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat
dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan
manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral
adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.
Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat
setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber
interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan
nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral
yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama.
Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem
nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.[4]
3. Akhlak
Perkataan
“akhlak” berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” (جلق) yang menurut logat diartikan: budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan “khalkun” (خلق)
yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” (خالق) yang berarti pencipta dan “makhluk” (مخلوق) yang berarti yang diciptakan.[5]
Pola
bentukan definisi “akhlak” di atas muncul sebagai mediator yang menjembatani
komunikasi antar kholik (pencipta) dengan makhluk (yang di ciptakan) secara
timbal balik yang kemudian di sebut sebagai hablum minallah. Kemudian lahir
pola hubungan antar sesama manusia yang di sebut dengan hablum minannas (pola
hubungan antar sesama makhluk).
Dalam
bahasa Yunani istilah “akhlak” dipergunakan istilah ethos atau ethikos atau etika (tanpa memakai
huruf H) yang mengandung arti “Etika
adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan
masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik”. Dan etika itu
adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran.[6]
Definisi
akhlak:
a. Imam
Al-Ghazali
الخلق
عبارةعن هيئة فى النفس راسخةعنهاتصدرالاْفعال بسهولة ويسرمن غيرحاجةإلى فكروروية
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan muda, dengan
tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu)”.[7]
b. Prof.
Dr. Ahmad Amin
عرف
بعضهم الخلق بأنه عادة لإرادة يعنى أن الإرادة إذااعتادت شيئا فعادتهاهي
المسماةبالخلق.
“sementara orang mengetahui bahwa yang
disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak”.
Ilmu
akhlak ialah ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan manusia. baik atau
buruknya, benar atau salahnya, sah atau batal, semua itu di tetapkan dengan
menggunakan ilmu akhlak sebagai petunjuknya.
Ahmad
Amin mempertegas dalam kitabnya Al-Akhlak dengan menyatakan:
علم
يوضح معنى الخير والشرويبين معا ملت الناس بعضهم بعضا، ويشرح الغاية التىى ينبغي
أن يقصد ها مافى أعمالهم ويبين السبيل لعمل ما ينبغي.
“ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
dan menerangkan apa yang harus di perbuat oleh sebagian manusia terhadap
sesamanya dan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan yang lurus yang harus di perbuat”
Jadi
menurut definisi tersebut ilmu akhlak itu mengandung unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Menjelaskan
pengertian baik dan buruk.
b. Menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan seseorang serta bagaimana cara kita bersikap
antar sesama.
c. Menjelaskan
mana yang patut kita perbuat.
d. Menunjukkan
mana jalan lurus yang harus di lalui.
Berdasarkan
beberapa bahasan yang berkaitan dengan ilmu akhlak, maka dapat di pahami bahwa
objek (lapangan/sasaran) pembahasan ilmu akhlak itu ialah tindakan-tindakan
seseorang yang dapat diberikan nilai baik/buruknya, yaitu perkataan dan
perbuatan yang termasuk ke dalam kategori perbuatan akhlak.
Persamaan:
Pertama, akhlak, etika, dan moral mengacu kepada
ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang
baik.
Kedua, akhlak, etika, moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia
untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah
kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin
rendah pula kualitas kemanusiaannya.
Perbedaan:
Akhlak
merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Sunnah. Nilai-nilai yang
menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan,
sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan bersumber dari ajaran
Allah. Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang
nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika bersumber dari
pemikiran yang mendalam dan renungan filosofis, yang pada intinya bersumber
dari akal sehat dan hati nurani. Etika besifat temporer, sangat tergantung
kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya.
D. Penutup
Etika,
merupakan serapan dari bahasa Yunani ethos atau ethikos. Moral berasal dari bahasa Latin “Mos”
yang dalam bentuk jamaknya “mores”. Akhlak berasal dari bahasa Arab “Khuluqun”.
Sekian
makalah dari saya, mohon maaf jika masih banyak kesalahan.
‘
Daftar Pustaka
Zubair, Achmad
Charris, Kuliah ETIKA,(Jakarta, CV. Rajawali,1987)
Drs. Zahruddin
AR, M.M.Si., Pengantar STUDI AKHLAK, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada,
2004),
Franz Magnis
Suseno, Etika Dasar, Pusat Filsof, Jakarta, Tahun 1987,
Ihya Ulumuddin,
Juz III, Hlm. 56. Nama lengkap Al-Ghazali ialah Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali.
[1]
Drs. Achmad Charris Zubair, Kuliah ETIKA,(Jakarta, CV. Rajawali,1987),
hlm.13
[2]
Ibid; hlm. 15
[3]
Ibid; hlm. 18
[5]
Drs. Zahruddin AR, M.M.Si., Pengantar STUDI AKHLAK, (Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada, 2004), Hlm. 11
[6]
Franz Magnis Suseno, Etika Dasar, Pusat Filsof, Jakarta, Tahun 1987,
hlm. 14
[7] Ihya
Ulumuddin, Juz III, Hlm. 56. Nama lengkap Al-Ghazali ialah Abu Hamid
Muhammad Al-Ghazali.
#makalah#filsafat#tasawuf#artikelbagus#indonesia#kebudayaan#nusantara#thariqah
0 comments:
Post a Comment