Agama
Itu Mudah
Disusun Guna Memenuhi
Mata Kuliah: Hadis Muamalah
Dosen Pengampu: Bpk. Dr Zuhad
Disusun oleh:
Harjo
Sulaiman ( 124211048 )
Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang
2014
I.
Latar
Belakang
Kerap kali manusia mengulang-ulang perkataan ini yaitu ucapan (“Sesungguhnya
agama itu mudah”), akan tetapi sebenarnya mereka (tidak menginginkan) dengan
ucapan itu, untuk tujuan memuji Islam, atau melunakkan hati (orang yang belum
mengerti Islam) dan semisalnya. Yang diinginkan mereka adalah pembenaran
terhadap perbuatan mereka yang menyelisihi syari'at. Bagi mereka kalimat itu
adalah kalimat haq, namun yang diinginkan dengannya adalah sebuah kebatilan.
Ketika salah seorang diantara kita ingin memperbaiki
perbuatan yang menyalahi syari'at, orang-orang yang menyalahi (syari'at itu)
berhujjah dengan perkataan mereka: “Islam adalah agama yang mudah”. Mereka
berusaha mengambil keringanan yang sesuai dengan hawa nafsu mereka, dengan
sangkaan bahwa mereka telah menegakkan hujjah bagi orang yang menasehati mereka
agar mengikuti syariat yang sesuai dengan Alquran dan Sunnah.
Orang-orang yang menyelisihi syariat itu hendaknya
mengetahui bahwa Islam adalah agama yang mudah. (Akan tetapi maknanya adalah)
dengan mengikuti keringanan-keringanan yang diberikan Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya
kepada kita. Beranjak dari
penjelasan tadi di atas, pemakalah akan menerangkan makalah yang berjudul
“Agama Itu Mudah”. Semoga makalah ini bermanfaat kita semua. Amin
II.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Hadist dan penjelasan tentang agama itu mudah?
III.
Pembahasan
Allah Shubhanahu wa ta’alla dan
Rasul -Nya
telah memberi keringanan bagi kita, ketika kita membutuhkan keringanan itu dan
ketika adanya kesulitan dalam mengikuti (melaksanakan perintah) yang
sebenarnya.[1] Asal dari ungkapan “Sesungguhnya agama itu
mudah” adalah penggalan kalimat dari hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan Abu Hurairah dari
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ
الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ،
وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ » [ رواه
البخاري ]
Artinya: ”Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang
memperberat agama melainkan akan dikalahkan, dan (dalam beramal) hendaklah
pertengahan (yaitu tidak melebihi dan tidak mengurangi), bergembiralah kalian,
serta mohonlah pertolongan (didalam ketaatan kepada Allah) dengan amal-amal
kalian pada waktu kalian bersemangat dan giat”.(HR. Bukhari)[2]
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani menerangkan ungkapan “Sesungguhnya agama itu mudah” dalam kitabnya yang tiada bandingan nya: Fathul Baariy Syarh Shahih Al-Bukhari1/116. Beliau berkata: “Islam itu adalah agama yang mudah, atau dinamakan agama itu mudah sebagai ungkapan lebih (mudah) dibanding dengan agama-agama sebelumnya. Karena Allah Shubhanahu wa ta’alla mengangkat dari umat ini beban (syariat) yang dipikulkan kepada umat-umat sebelumnya. Contoh yang paling jelas tentang hal ini adalah (dalam masalah taubat), taubatnya umat terdahulu adalah dengan membunuh diri mereka sendiri. Sedangkan taubatnya umat ini adalah dengan meninggalkan (perbuatan dosa) dan berazam (berkemauan kuat) untuk tidak mengulangi. Kalau kita melihat hadits ini secara teliti, dan melihat kalimat sesudah ungkapan “agama itu mudah”, kita dapati Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memberi petunjuk kepada kita bahwa seorang muslim berkewajiban untuk tidak berlebih-lebihan dalam perkara ibadahnya, sehingga (karena berlebih-lebihan) ia akan melampui batas dalam agama, dengan membuat perkara bid'ah yang tidak ada asalnya dalam agama.
Sebagaimana keadaan tiga orang yang ingin membuat perkara baru
(dalam agama). Salah seorang di antara mereka berkata: “Saya tidak akan
menikahi perempuan”, yang lain berkata : “Saya akan berpuasa sepanjang tahun
dan tidak berbuka”, yang ketiga berkata: “Saya akan shalat malam semalam
suntuk”. Maka Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam melarang mereka dari hal itu semua, dan memberi
pengarahan kepada mereka agar membaguskan amal mereka semampunya, dan hendaknya
dalam mendekatkan diri kepada Allah Shubhanahu
wa ta’alla, (beribadah) dengan ibadah yang telah diwajibkan Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada mereka. Dan hendaknya mereka tidak membuat-buat
perkara yang tidak ada asalnya dalam agama ini, karena mereka sekali-kali tidak
akan mampu (mengamalkannya), (sebagaimana hadits Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam)” Maka
sekali-kali tidaklah seseorang memperberat agama melainkan akan dikalahkan”.
Maka ungkapan “Agama itu mudah” maknanya adalah : “Bahwa
agama yang Allah Shubhanahu wa ta’alla turunkan
ini semuanya mudah dalam hukum-hukum, syariat-syariat nya”. Dan kalaulah
perkara (agama) diserahkan kepada manusia untuk membuatnya, niscaya seorangpun
tidak akan mampu beribadah kepada Allah Shubhanahu
wa ta’alla. Maka jika orang-orang yang menyelisihi syariat tidak
mendapatkan "kekhususan" (tidak mendapat celah sebagai pembenaran
atas perbuatan mereka) dengan hadits diatas, mereka akan lari kepada
hadits-hadits lain, yang dengannya mereka berhujjah bagi perbuatan mereka yang
menggampang-gampangkan dalam perkara agama.
Diantara hadits-hadits yang mereka jadikan alasan dalam masalah
ini, adalah sabda Rasulullah Shalallahu
'alaihi wa sallam.
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إنَّ اللَّهَ يُحِبُّ أَنْ تُؤْتَى رُخَصُهُ
كَمَا يَكْرَهُ أَنْ تُؤْتَى مَعْصِيَتُهُ » [ رواه أحمد وابن حزيمة ]
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai keringanan-keringanannya
diambil sebagaimana -Dia membenci kemaksiatannya didatangi/dikerjakan” [Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Khuzaimah dan disahihkan olah Al
Albany]
Dalam riwayat lain.
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كَمَايُحِبُّ أَنْ تُؤْتَى عَزَائِمُهُ »
Artinya: Sebagaimana
Allah menyukai kewajiban-kewajibannya didatangi”
Hadits lain adalah sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
Hadits lain adalah sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَسِّرَا وَلَا تُعَسِّرَا وَبَشِّرَا وَلَا
تُنَفِّرَا وَتَطَاوَعَا وَلاَ تَخْتَلِفَا » [رواه البخاري ومسلم ]
Artinya: “Mudahkanlah, janganlah mempersulit dan membikin manusia
lari (dari kebenaran) dan saling membantulah (dalam melaksanakan tugas) dan
jangan berselisih” [Hadits
Riwayat Bukhari dan Muslim]
Hadits yang lain.
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِرُوا وَلَا
تُنَفِّرُو » [ رواه مسلم
وأبو داود]
Artinya: Mudahkanlah, janganlah mempersulit, dan berikanlah kabar
gembira dan janganlah membikin manusia lari (dari kebenaran”. [Hadits Riwayat Muslim dan Abu Dawud]
Adapun hadits yang pertama, wajib bagi kita untuk mengetahui bahwa
keringanan-keringanan dalam agama Islam banyak sekali, diantaranya: berbukanya
musafir ketika bepergian, orang yang tertinggal dalam shalat boleh mengqadha
(mengganti), orang yang tertidur atau lupa boleh mengqadha shalat, orang yang
tidak mendapatkan binatang sembelihan dalam haji tamattu boleh berpuasa,
tayamum sebagai ganti wudhu ketika tidak ada air atau ketika tidak mampu untuk
berwudhu ... dan lainnya diantara keringanan yang banyak tidak diamalkan
kecuali jika terdapat kesulitan dalam melaksanakan perintah yang sebenarnya.
Dan perlu kita perhatikan, bahwa keringanan-keringanan
ini adalah syari'at Allah Shubhanahu wa
ta’alla dan sunnah Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam (dengan izin -Nya). Dan tidak diperbolehkan seorang
muslim manapun, untuk mendatangkan (mengada-ada) keringanan (dalam masalah
agama) tanpa dalil, karena hal ini adalah termasuk mengadakan perkara baru
dalam agama yang tidak berdasar. Dan perhatikanlah wahai saudaraku sesama
muslim (surat Al-Baqarah ayat 185), yang menceritakan tentang puasa dan
keringanan berbuka bagi orang yang sakit atau bepergian, lalu firman Allah Shubhanahu wa ta’alla sesudah ayat itu.
قال الله تعالى: ﴿ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ
الْعُسْرَ﴾ [البقرة : 185]
Artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu” [Al baqarah/2 :
185]
Makna ini menerangkan makna mudah (menurut Allah Shubhanahu wa ta’alla), yang maknanya adalah keringanan itu
datangnya dari sisi Allah Shubhanahu wa
ta’alla saja, tiada sekutu bagi -Nya. Atau (keringanan itu) dari syariat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam dengan wahyu dari Allah -Nya.
Ayat ini juga menerangkan bahwa makna mudah itu dengan mengikuti hukum Allah Shubhanahu wa ta’alla (yang tiada sekutu
bagi -Nya)
dan mengikuti syariat -Nya. Inilah
yang berkenaan
dengan hadits yang pertama tadi.
Adapun hadits yang kedua dan tiga, maka pengambilan dalil yang
dilakukan oleh orang-orang yang mengikuti hawa nafsu serta menyelisihi syariat
(dengan kedua hadits itu) adalah batil, dan termasuk merubah sabda Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dari
makna yang sebenarnya, dan keluar dari makna yang dimaksud.
Tafsir kedua hadits yang lalu berhubungan dengan para da'i yang
menyeru kepada agama Islam. Dalam kedua hadits itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memantapkan
kaidah penting dari kaidah-kaidah dasar dakwah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla,
yaitu berdakwah dengan lemah lembut dan tidak kasar. Maka dakwah para dai yang
sepatutnya disampaikan pertama kali kepada orang-orang kafir adalah Syahadat,
lalu Shalat, Puasa, Zakat. Kemudian (hendaknya) mereka menjelaskan kepada
manusia tentang sunnah Rasulullah Shalallahu
'alaihi wa sallam, lalu menerangkan amal perbuatan yang wajib, yang sunnah
dan yang makruh. Jika melihat suatu kesalahan yang disebabkan karena kebodohan
atau lupa, maka hendaklah bersabar dan mendakwahi manusia dengan penuh kasih
sayang dan kelembutan serta tidak kasar. Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman.
قال
الله تعالى: ﴿ فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا
غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ ١٥٩ ﴾ [ال عمران : 159]
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah -lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” [Ali Imran/3 : 159]
Sesudah memahami hadits-hadits itu, dan penjelasan makna keringanan
dan kemudahan. Maka saya berkata kepada orang-orang yang merubah dan mengganti
makna-makna hadits-hadits tersebut (karena ingin mengenyangkan hawa nafsu
mereka dengan perbuatan itu) : “Bertaqwalah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan ikutilah apa yang diperintahkan kepada
kalian, dan jauhilah larangan -Nya, dan
tahanlah (diri kalian) dari merubah sunnah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, dan takutilah suatu hari yang kalian
dikembalikan kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla lalu setiap jiwa akan disempurnakan dengan apa yang ia usahakan.
Dan takutlah kalian jangan sampai diharamkan dari mendatangi telaga Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam lantaran
kalian mengganti agama Allah Shubhanahu
wa ta’alla dan merubah sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam ”. Saya mengharapkan dari Allah Shubhanahu wa ta’alla yang Maha Hidup
dan Maha Berdiri sendiri agar memberi petunjuk kepada kita dan kaum muslimin
seluruhnya untuk mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah Nabi -Nya, dan agar Allah Shubhanahu wa ta’alla mengajarkan kepada
kita ilmu yang bermanfaat, dan memberi manfaat dari apa yang -Dia ajarkan,
serta memelihara kita dari kejahatan perbuatan bid'ah dan penyelewengan, serta
kejahatan mengubah dan mengganti (syariat Allah).[3]
IV.
Kesimpulan
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani menerangkan ungkapan, beliau berkata: “Islam itu adalah agama yang mudah, atau
dinamakan agama itu mudah sebagai ungkapan lebih (mudah) dibanding dengan
agama-agama sebelumnya. Karena Allah Shubhanahu
wa ta’alla mengangkat dari umat ini beban (syariat) yang dipikulkan kepada umat-umat
sebelumnya. Contoh yang paling jelas tentang hal ini adalah (dalam masalah
taubat), taubatnya umat terdahulu adalah dengan membunuh diri mereka sendiri.
Sedangkan taubatnya umat ini adalah dengan meninggalkan (perbuatan dosa) dan
berazam (berkemauan kuat) untuk tidak mengulangi
V.
Penutup
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh kesempurnaan, karena
barangkali ada materi yang belum tersampaikan atau sistematikanya yang kurang
tepat. Kritik dan saran semoga bemunculan untuk
makalah yang lebih baik di masa yang mendatang. Sedikit harapan kami,
semoga apa yang kami sajikan dapat menjadikan kemanfaatan untuk kita semua.
Amin
.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamidy Zainuddin, Terjemah Hadis Shahih Buchari: Jakarta, Wijaya.
Hal 35
http://www.islamhouse.com/448327/id/id/articles/Sesungguhnya_Agama_Itu_Mudah
0 comments:
Post a Comment