makalah Tasawuf asyatariyah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar
tasawuf pastilah tidak akan terlepas dari pembahasan tarekat. Ketika mendengar
kata tarekat sebagian orang mungkin langsung berfikir kalau tarekat merupakan
ajaran yang sesat, sesuatu yang dibuat-buat dan tersia-sia dalam kehidupan
islam dan yang lainnya. Sangat disayangkan sekali padahal hal itu tidak benar.
Tarekat Syattariyah adalah aliran tarekat yang pertama kali muncul di India
pada abad ke 15. Tarekat ini dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan
berjasa mengembangkannya, Abdullah asy-Syattar.
Awalnya
tarekat ini lebih dikenal di Iran dan Transoksania (Asia Tengah) dengan nama
Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani, tarekat ini disebut Bistamiyah.
Kedua nama ini diturunkan dari nama Abu Yazid al-Isyqi, yang dianggap sebagai
tokoh utamanya. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya Tarekat Syattariyah
tidak menganggap dirinya sebagai cabang dari persatuan sufi mana pun.
Perkembangan mistik tarekat ini ditujukan untuk mengembangkan suatu
pandangan yang membangkitkan kesadaran akan Allah SWT di dalam hati, tetapi
tidak harus melalui tahap fana’. Penganut Tarekat Syattariyah percaya bahwa
jalan menuju Allah itu sebanyak gerak napas makhluk. Akan tetapi, jalan yang
paling utama menurut tarekat ini adalah jalan yang ditempuh oleh kaum Akhyar,
Abrar, dan Syattar. Seorang salik sebelum sampai pada tingkatan Syattar,
terlebih dahulu harus mencapai kesempurnaan pada tingkat Akhyar (orang-orang
terpilih) dan Abrar (orang-orang terbaik) serta menguasai rahasia-rahasia
dzikir. Untuk itu ada sepuluh aturan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan
tarekat ini, yaitu taubat, zuhud, tawakkal, qana’ah, uzlah, muraqabah, sabar,
ridla, dzikir, dan musyahadah.
B.
Rumusan Masalah
- Bagaimanakah
akar historis tarekat Syattariah itu?
- Apa saja
ajaran-ajaran tarekat syattariah?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Akar Historis Tarekat Syattariyah
lihat versi lengkapnya silahkan
tips download hilangkan centang(^) pada kata fast download
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Tarekat
syattariah ini didirikan oleh syah abdl allah al-syarti. Tarekat ini awal
mulanya muncul di india karena sebelumnya ia berada di tarekat al-isyqiyah
karena tidak berkembang di daerahnya sehingga oleh gurunya al-syarti ini
dikirim ke india dan dia menemukan kecocokan di sana, dan terdirilah tarekat
syattariah ini.
Tarekat ini juga sukses menyebarkan ajarannya
di nusantara ini, dengan tidak sedikit orang-orang mengikuti tarekat ini.Adapun
ajaran yang diajarkan oleh tarekat syattariah antara lain ialah pengamalam
dzikir, talqin, dan setelah melakukan talqin maka ketika kita ingin masuk
kepada tarekan ini untuk menjalani suluk maka kita harus melakukan yang
dinamakan baiat.
Menurut al-Qusyasyi,
gerbang pertama bagi seseorang untuk masuk ke dunia tarekat adalah baiat dan
talqin. Oleh karenanya, dalam kitab ini, al-Qusyasyi menjelaskan secara detail
tata cara baiat dan talqin tersebut, bahkan al-Qusyasyi membedakan antara tata
cara baiat bagi laki-laki, perempuan, dan anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar
Aceh, 1984. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf. Sala: Ramadhani
Al-Gazali, 1979. lhya’ Al-Ghazali. Terjemahan H. Ismail Jakub. Jilid 1. Semarang: Faizan.
Al-Gazali, 1979. lhya’ Al-Ghazali. Terjemahan H. Ismail Jakub. Jilid 1. Semarang: Faizan.
Al-Taftazani,
Abu AI-Wafa’Al-Ghanimi, 1985. Sufi dari Zaman ke Zaman. Terjemahan Ahmad
Rofi’ ‘Utsmani’. Bandung: Penerbit Pustaka.
Hawash
Abdullah, 1980. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh- tokohnya di Nusantara.
Surabaya: Al-Ikhlas.
Abdullah, Hawash. 1980.
Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara. Surabaya: Al Ikhlas.
[1] Prof. Dr.
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII-XVIII, (Bandung: Penerbit Mizan, 1994), hal 109
[2] Sri Mulyati, Tarekat-tarekat
Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), Ed. I, hal.
153.
[4] Hassan
Shadily, Ensiklopedia Indonesia. Jilid I. (Jakarta: Penerbit
Buku Ichtiar Baru-van Hoeve, 1980), hal 405.
[5] Darno, Study Kasus Tarekat
Syatariyah di Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulung Agung Propinsi Jawa Timur (Semarang:
Citasindo Grafika, 1995), Cet.1, Hal. 36-37
[7] Hawash Abdullah, Perkembangan
Ilmu Tasawuf dan Tokoh- tokohnya di Nusantara. (Surabaya: Al-Ikhlas. 1980),
hal 49-50
0 comments:
Post a Comment