Our social:

Wednesday, 15 March 2017

makalah Tasawuf asyatariyah

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Belajar tasawuf pastilah tidak akan terlepas dari pembahasan tarekat. Ketika mendengar kata tarekat sebagian orang mungkin langsung berfikir kalau tarekat merupakan ajaran yang sesat, sesuatu yang dibuat-buat dan tersia-sia dalam kehidupan islam dan yang lainnya. Sangat disayangkan sekali padahal hal itu tidak benar. Tarekat Syattariyah adalah aliran tarekat yang pertama kali muncul di India pada abad ke 15. Tarekat ini dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan berjasa mengembangkannya, Abdullah asy-Syattar.
Awalnya tarekat ini lebih dikenal di Iran dan Transoksania (Asia Tengah) dengan nama Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani, tarekat ini disebut Bistamiyah. Kedua nama ini diturunkan dari nama Abu Yazid al-Isyqi, yang dianggap sebagai tokoh utamanya. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya Tarekat Syattariyah tidak menganggap dirinya sebagai cabang dari persatuan sufi mana pun.
Perkembangan mistik tarekat ini ditujukan untuk mengembangkan suatu pandangan yang membangkitkan kesadaran akan Allah SWT di dalam hati, tetapi tidak harus melalui tahap fana’. Penganut Tarekat Syattariyah percaya bahwa jalan menuju Allah itu sebanyak gerak napas makhluk. Akan tetapi, jalan yang paling utama menurut tarekat ini adalah jalan yang ditempuh oleh kaum Akhyar, Abrar, dan Syattar. Seorang salik sebelum sampai pada tingkatan Syattar, terlebih dahulu harus mencapai kesempurnaan pada tingkat Akhyar (orang-orang terpilih) dan Abrar (orang-orang terbaik) serta menguasai rahasia-rahasia dzikir. Untuk itu ada sepuluh aturan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tarekat ini, yaitu taubat, zuhud, tawakkal, qana’ah, uzlah, muraqabah, sabar, ridla, dzikir, dan musyahadah.


B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimanakah akar historis tarekat Syattariah itu?
  2. Apa saja ajaran-ajaran tarekat syattariah?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Akar Historis Tarekat Syattariyah

lihat versi lengkapnya silahkan 

tips download hilangkan centang(^) pada kata fast download







BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
           Tarekat syattariah ini didirikan oleh syah abdl allah al-syarti. Tarekat ini awal mulanya muncul di india karena sebelumnya ia berada di tarekat al-isyqiyah karena tidak berkembang di daerahnya sehingga oleh gurunya al-syarti ini dikirim ke india dan dia menemukan kecocokan di sana, dan terdirilah tarekat syattariah ini.
Tarekat ini juga sukses menyebarkan ajarannya di nusantara ini, dengan tidak sedikit orang-orang mengikuti tarekat ini.Adapun ajaran yang diajarkan oleh tarekat syattariah antara lain ialah pengamalam dzikir, talqin, dan setelah melakukan talqin maka ketika kita ingin masuk kepada tarekan ini untuk menjalani suluk maka kita harus melakukan yang dinamakan baiat.
Menurut al-Qusyasyi, gerbang pertama bagi seseorang untuk masuk ke dunia tarekat adalah baiat dan talqin. Oleh karenanya, dalam kitab ini, al-Qusyasyi menjelaskan secara detail tata cara baiat dan talqin tersebut, bahkan al-Qusyasyi membedakan antara tata cara baiat bagi laki-laki, perempuan, dan anak-anak.















DAFTAR PUSTAKA
Abubakar Aceh, 1984. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf. Sala: Ramadhani

Al-Gazali, 1979. lhya’ Al-Ghazali. Terjemahan H. Ismail Jakub. Jilid 1. Semarang:  Faizan.
Al-Taftazani, Abu AI-Wafa’Al-Ghanimi, 1985. Sufi dari Zaman ke Zaman. Terjemahan Ahmad Rofi’ ‘Utsmani’. Bandung: Penerbit Pustaka.
Hawash Abdullah, 1980. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh- tokohnya di Nusantara. Surabaya: Al-Ikhlas.
Abdullah, Hawash. 1980. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara. Surabaya: Al Ikhlas.




[1]  Prof. Dr. Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII-XVIII, (Bandung: Penerbit Mizan, 1994), hal 109
[2]  Sri Mulyati, Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), Ed. I, hal. 153.

[3]Ahmad tafsir, kamus tasawuf, (bandung: Remaja Rosdakarya,2002)Hlm.198
[4] Hassan Shadily, Ensiklopedia Indonesia. Jilid I. (Jakarta: Penerbit Buku Ichtiar Baru-van Hoeve, 1980), hal 405.

[5] Darno, Study Kasus Tarekat Syatariyah di Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulung Agung Propinsi Jawa Timur (Semarang: Citasindo Grafika, 1995), Cet.1, Hal. 36-37
[6] Drs, Istadiyantha, Fungsi Tarekat Syattariyah: Suatu Telaah Filologis, hal 5-7
[7] Hawash Abdullah, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh- tokohnya di Nusantara. (Surabaya: Al-Ikhlas. 1980), hal 49-50

0 comments: