tugas sejarah ilmu tauhid
Sejarah ilmu tauhid
Pada awalnya, shahabat menerima secara utuh apa yang diajarkan agama tanpa
harus mengadakan penyelidikan. Dikarenakan sumber
(titik terang) dari penyelesaian sagala masalah mengalir dengan deras. Setelah rasulullah SAW. wafat, sumber itu tak lagi
deras. Disinilah kaum muslimin mulai memakai
filsafat untuk memperkuat argumen – argumennya. Kemudian datang pula
orang – orang yang mengumpulkan ayat – ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu,
timbullah perbedaan dan perselisihan paham diantara mereka dan dari yang
demikian inilah yang merupakan faktor bagi timbulnya Ilmu Tauhid.
1.
Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa Nabi Muhammad SAW
“Di masa rasulullah SAW ilmu tauhid secara nyata belum
berwujud ilmu. Periode ini masih dalam penerapan atau pembinaan aqidah dan
rumus kehidupan. Sehingga, masih dalam proses penanaman benih tauhid.”
Masa Rasulullah SAW merupakan periode pembinaan aqidah dan
peraturan– peraturan dengan prinsip kesatuan umat dan kedaulatan
Islam. Segala masalah yang kabur dikembalikan langsung kepada Rasulullah
SAW, sehingga beliau berhasil menghilangkan perpecahan antara umatnya.
Masing – masing pihak tentu mempertahankan kebenaran pendapatnya
dengan dalil – dalil, sebagaimana telah terjadi dalam
agama – agama sebelum Islam. Rasulullah mengajak kaum muslimin
untuk mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya serta menghindari dari perpecahan yang
menyebabkan timbulnya kelemahan dalam segala bidang sehingga menimbulkan
kekacauan. Dengan demikian Tauhid di zaman Rasulullah SAW tidak sampai kepada
perdebatan dan polemik yang berkepanjangan, karena Rasul sendiri menjadi
penengahnya.
2.
Perkembangan ilmu tauhid di masa shahabat
“setelah rasulullah
SAW. wafat, cahaya kehidupan padam yang tersisa hanyalah obor, dan para sahabat
mulai mencari bagaimana menyalakannya sebagai penerang hidup. Bahkan tak jarang
banyak yang mencari obor baru dari pada obor yang di titipkan rasulullah SAW.”
shahabat yang mendapat langsung dari rasulullah SAW
berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mulai menyebarkannya
kepada shahabat yang lain.Pada masa ini para sahabat sebagai pelaku dari apa
yang telah disampaikan oleh rasulullah SAW. dimana mereka masih memiliki aliran
dari sumber yang jelas. Tetepi sangat di sayangkan. Dalam perjalanannya, mereka
yang mendapat berita yang tidak langsung dari rasulullah SAW. meragukan akan kemurnian
berita tersebut. Dari keraguan ini mereka yang
peduli dan masih ingin mengalirkan dari sumber yang jernih berusaha
mencari keotentikannya. Tak banyak pula ada yang ingin berkuasa dan mengambil
alih sumber itu. Al hasil, mereka menggukan pikiran tabunya untuk mencapai
tujuannya sendiri.
3. Perkembangan Ilmu
Tauhid di Masa sayyidina abu bakar dan sayyidina umar
“PeriodSejarah ilmu tauhid
Pada awalnya, shahabat menerima secara utuh apa yang diajarkan agama tanpa
harus mengadakan penyelidikan. Dikarenakan sumber
(titik terang) dari penyelesaian sagala masalah mengalir dengan deras. Setelah rasulullah SAW. wafat, sumber itu tak lagi
deras. Disinilah kaum muslimin mulai memakai
filsafat untuk memperkuat argumen – argumennya. Kemudian datang pula
orang – orang yang mengumpulkan ayat – ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu,
timbullah perbedaan dan perselisihan paham diantara mereka dan dari yang
demikian inilah yang merupakan faktor bagi timbulnya Ilmu Tauhid.
1.
Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa Nabi Muhammad SAW
“Di masa rasulullah SAW ilmu tauhid secara nyata belum
berwujud ilmu. Periode ini masih dalam penerapan atau pembinaan aqidah dan
rumus kehidupan. Sehingga, masih dalam proses penanaman benih tauhid.”
Masa Rasulullah SAW merupakan periode pembinaan aqidah dan
peraturan– peraturan dengan prinsip kesatuan umat dan kedaulatan
Islam. Segala masalah yang kabur dikembalikan langsung kepada Rasulullah
SAW, sehingga beliau berhasil menghilangkan perpecahan antara umatnya.
Masing – masing pihak tentu mempertahankan kebenaran pendapatnya
dengan dalil – dalil, sebagaimana telah terjadi dalam
agama – agama sebelum Islam. Rasulullah mengajak kaum muslimin
untuk mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya serta menghindari dari perpecahan yang
menyebabkan timbulnya kelemahan dalam segala bidang sehingga menimbulkan
kekacauan. Dengan demikian Tauhid di zaman Rasulullah SAW tidak sampai kepada
perdebatan dan polemik yang berkepanjangan, karena Rasul sendiri menjadi
penengahnya.
2.
Perkembangan ilmu tauhid di masa shahabat
“setelah rasulullah
SAW. wafat, cahaya kehidupan padam yang tersisa hanyalah obor, dan para sahabat
mulai mencari bagaimana menyalakannya sebagai penerang hidup. Bahkan tak jarang
banyak yang mencari obor baru dari pada obor yang di titipkan rasulullah SAW.”
shahabat yang mendapat langsung dari rasulullah SAW
berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mulai menyebarkannya
kepada shahabat yang lain.Pada masa ini para sahabat sebagai pelaku dari apa
yang telah disampaikan oleh rasulullah SAW. dimana mereka masih memiliki aliran
dari sumber yang jelas. Tetepi sangat di sayangkan. Dalam perjalanannya, mereka
yang mendapat berita yang tidak langsung dari rasulullah SAW. meragukan akan kemurnian
berita tersebut. Dari keraguan ini mereka yang
peduli dan masih ingin mengalirkan dari sumber yang jernih berusaha
mencari keotentikannya. Tak banyak pula ada yang ingin berkuasa dan mengambil
alih sumber itu. Al hasil, mereka menggukan pikiran tabunya untuk mencapai
tujuannya sendiri.
3. Perkembangan Ilmu
Tauhid di Masa sayyidina abu bakar dan sayyidina umar
“Periode baru lahir dengan kepolosan dan kekakuan
untuk mengelak. Saat ada kejanggalan mereka menengok kebelakang dengan
keteguhan. Dan dengan kepolosannya menyibukan untuk memperkuat ketahanan
dirinya. Wajar, benih baru muncul tunas.”
Dalam masa khalifah pertama dan kedua
ini, umat islam tidak sempat membahas
dasar – dasar akidah karena mereka sibuk menghadapi musuh dan
berusaha mempertahankan kesatuan dan persatuan umat. Tidak pernah terjadi
perbedaan dalam bidang akidah. Mereka membaca dan memahamkan al Qur’an tanpa
mencari ta’wil dari ayat yang mereka baca. Mereka mengikuti perintah alqur’an
dan mereka menjauhi larangannya. Mereka mensifatkan Allah SWT dengan
apa yang Allah SWT sifatkan sendiri. Dan mereka mensucikan
Allah SWT dari sifat-sifat yang tidak layak bagi keagungan
Allah SWT. Apabila mereka menghadapi ayat – ayat yang
mutasyabihah mereka yang mengimaninya dengan menyerahkan penta’wilannya kepada
allah SWT sendiri. Lebih
signifikatnya, mereka haya mengaplikasikan yang pasti. Dan keraguan merreka
masih dipendam keyakinan yang kuat.
4.
Perkembangan ilmu tauhid di masa sayyidina usman dan sayyidina
ali
“beranjak dewasa, kepercayaan tentang aqidah mulai
rapuh, ditambah tidak adanya sumber yang pasti dan pemersatu pikiran. Hingga
pemahaman membuat konflik serius dan mulai terpecah-pecah.”
Di masa khalifah ketiga, para sahabat mulai muncul kebimbangan. Perbedaan paham dan pemikiran yang kuat membuat kesatuan yang
erat merenggang. Akibatnya, terjadi kekacauan politik yang diakhiri dengan terbunuhnya khalifah Utsman.
Umat Islam menjadi terpecah menjadi beberapa golongan, barulah masing-masing golongan
itu dengan perkataan dan usaha hingga terbukalah pintu ta’wil bagi nas al
Qur’an dan Hadits. Karena itu, pembahasan mengenai akidah mulai subur dan
berkembang, selangkah demi selangkah dan kian hari kian membesar dan meluas. Dengan begitu, pembahasan tentang kemurnian
kepercayaan berujung pada pengakaran masalah yang sangat rumit untuk mencari
titik terang.
-e baru lahir dengan kepolosan dan kekakuan
untuk mengelak. Saat ada kejanggalan mereka menengok kebelakang dengan
keteguhan. Dan dengan kepolosannya menyibukan untuk memperkuat ketahanan
dirinya. Wajar, benih baru muncul tunas.”
Dalam masa khalifah pertama dan kedua
ini, umat islam tidak sempat membahas
dasar – dasar akidah karena mereka sibuk menghadapi musuh dan
berusaha mempertahankan kesatuan dan persatuan umat. Tidak pernah terjadi
perbedaan dalam bidang akidah. Mereka membaca dan memahamkan al Qur’an tanpa
mencari ta’wil dari ayat yang mereka baca. Mereka mengikuti perintah alqur’an
dan mereka menjauhi larangannya. Mereka mensifatkan Allah SWT dengan
apa yang Allah SWT sifatkan sendiri. Dan mereka mensucikan
Allah SWT dari sifat-sifat yang tidak layak bagi keagungan
Allah SWT. Apabila mereka menghadapi ayat – ayat yang
mutasyabihah mereka yang mengimaninya dengan menyerahkan penta’wilannya kepada
allah SWT sendiri. Lebih
signifikatnya, mereka haya mengaplikasikan yang pasti. Dan keraguan merreka
masih dipendam keyakinan yang kuat.
4.
Perkembangan ilmu tauhid di masa sayyidina usman dan sayyidina
ali
“beranjak dewasa, kepercayaan tentang aqidah mulai
rapuh, ditambah tidak adanya sumber yang pasti dan pemersatu pikiran. Hingga
pemahaman membuat konflik serius dan mulai terpecah-pecah.”
Di masa khalifah ketiga, para sahabat mulai muncul kebimbangan. Perbedaan paham dan pemikiran yang kuat membuat kesatuan yang
erat merenggang. Akibatnya, terjadi kekacauan politik yang diakhiri dengan terbunuhnya khalifah Utsman.
Umat Islam menjadi terpecah menjadi beberapa golongan, barulah masing-masing golongan
itu dengan perkataan dan usaha hingga terbukalah pintu ta’wil bagi nas al
Qur’an dan Hadits. Karena itu, pembahasan mengenai akidah mulai subur dan
berkembang, selangkah demi selangkah dan kian hari kian membesar dan meluas. Dengan begitu, pembahasan tentang kemurnian
kepercayaan berujung pada pengakaran masalah yang sangat rumit untuk mencari
titik terang.
-
0 comments:
Post a Comment