Our social:

Wednesday, 1 March 2017

tugas sejarah ilmu tauhid

Sejarah ilmu tauhid

Pada awalnya, shahabat menerima secara utuh apa yang diajarkan agama tanpa harus mengadakan penyelidikan. Dikarenakan sumber (titik terang) dari penyelesaian sagala masalah mengalir dengan deras. Setelah rasulullah SAW. wafat, sumber itu tak lagi deras. Disinilah kaum muslimin mulai memakai filsafat untuk memperkuat argumen – argumennya. Kemudian datang pula orang – orang yang mengumpulkan ayat – ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu, timbullah perbedaan dan perselisihan paham diantara mereka dan dari yang demikian inilah yang merupakan faktor bagi timbulnya Ilmu Tauhid.

1.    Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa Nabi Muhammad SAW

“Di masa rasulullah SAW ilmu tauhid secara nyata belum berwujud ilmu. Periode ini masih dalam penerapan atau pembinaan aqidah dan rumus kehidupan. Sehingga, masih dalam proses penanaman benih tauhid.”
 
Masa Rasulullah SAW merupakan periode pembinaan aqidah dan peraturan– peraturan dengan prinsip kesatuan umat dan kedaulatan Islam. Segala masalah yang kabur dikembalikan langsung kepada Rasulullah SAW, sehingga beliau berhasil menghilangkan perpecahan antara umatnya. Masing – masing pihak tentu mempertahankan kebenaran pendapatnya dengan dalil – dalil, sebagaimana telah terjadi dalam agama – agama sebelum Islam. Rasulullah mengajak kaum muslimin untuk mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya serta menghindari dari perpecahan yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam segala bidang sehingga menimbulkan kekacauan. Dengan demikian Tauhid di zaman Rasulullah SAW tidak sampai kepada perdebatan dan polemik yang berkepanjangan, karena Rasul sendiri menjadi penengahnya.

2.    Perkembangan ilmu tauhid di masa shahabat

“setelah rasulullah SAW. wafat, cahaya kehidupan padam yang tersisa hanyalah obor, dan para sahabat mulai mencari bagaimana menyalakannya sebagai penerang hidup. Bahkan tak jarang banyak yang mencari obor baru dari pada obor yang di titipkan rasulullah SAW.”  

shahabat yang mendapat langsung dari rasulullah SAW berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mulai menyebarkannya kepada shahabat yang lain.Pada masa ini para sahabat sebagai pelaku dari apa yang telah disampaikan oleh rasulullah SAW. dimana mereka masih memiliki aliran dari sumber yang jelas. Tetepi sangat di sayangkan. Dalam perjalanannya, mereka yang mendapat berita yang tidak langsung dari rasulullah SAW. meragukan akan kemurnian berita tersebut. Dari keraguan ini mereka yang  peduli dan masih ingin mengalirkan dari sumber yang jernih berusaha mencari keotentikannya. Tak banyak pula ada yang ingin berkuasa dan mengambil alih sumber itu. Al hasil, mereka menggukan pikiran tabunya untuk mencapai tujuannya sendiri.

3.       Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa sayyidina abu bakar dan sayyidina umar

“PeriodSejarah ilmu tauhid

Pada awalnya, shahabat menerima secara utuh apa yang diajarkan agama tanpa harus mengadakan penyelidikan. Dikarenakan sumber (titik terang) dari penyelesaian sagala masalah mengalir dengan deras. Setelah rasulullah SAW. wafat, sumber itu tak lagi deras. Disinilah kaum muslimin mulai memakai filsafat untuk memperkuat argumen – argumennya. Kemudian datang pula orang – orang yang mengumpulkan ayat – ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu, timbullah perbedaan dan perselisihan paham diantara mereka dan dari yang demikian inilah yang merupakan faktor bagi timbulnya Ilmu Tauhid.

1.    Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa Nabi Muhammad SAW

“Di masa rasulullah SAW ilmu tauhid secara nyata belum berwujud ilmu. Periode ini masih dalam penerapan atau pembinaan aqidah dan rumus kehidupan. Sehingga, masih dalam proses penanaman benih tauhid.”
 
Masa Rasulullah SAW merupakan periode pembinaan aqidah dan peraturan– peraturan dengan prinsip kesatuan umat dan kedaulatan Islam. Segala masalah yang kabur dikembalikan langsung kepada Rasulullah SAW, sehingga beliau berhasil menghilangkan perpecahan antara umatnya. Masing – masing pihak tentu mempertahankan kebenaran pendapatnya dengan dalil – dalil, sebagaimana telah terjadi dalam agama – agama sebelum Islam. Rasulullah mengajak kaum muslimin untuk mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya serta menghindari dari perpecahan yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam segala bidang sehingga menimbulkan kekacauan. Dengan demikian Tauhid di zaman Rasulullah SAW tidak sampai kepada perdebatan dan polemik yang berkepanjangan, karena Rasul sendiri menjadi penengahnya.

2.    Perkembangan ilmu tauhid di masa shahabat

“setelah rasulullah SAW. wafat, cahaya kehidupan padam yang tersisa hanyalah obor, dan para sahabat mulai mencari bagaimana menyalakannya sebagai penerang hidup. Bahkan tak jarang banyak yang mencari obor baru dari pada obor yang di titipkan rasulullah SAW.”  

shahabat yang mendapat langsung dari rasulullah SAW berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mulai menyebarkannya kepada shahabat yang lain.Pada masa ini para sahabat sebagai pelaku dari apa yang telah disampaikan oleh rasulullah SAW. dimana mereka masih memiliki aliran dari sumber yang jelas. Tetepi sangat di sayangkan. Dalam perjalanannya, mereka yang mendapat berita yang tidak langsung dari rasulullah SAW. meragukan akan kemurnian berita tersebut. Dari keraguan ini mereka yang  peduli dan masih ingin mengalirkan dari sumber yang jernih berusaha mencari keotentikannya. Tak banyak pula ada yang ingin berkuasa dan mengambil alih sumber itu. Al hasil, mereka menggukan pikiran tabunya untuk mencapai tujuannya sendiri.

3.       Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa sayyidina abu bakar dan sayyidina umar

“Periode baru lahir dengan kepolosan dan kekakuan untuk mengelak. Saat ada kejanggalan mereka menengok kebelakang dengan keteguhan. Dan dengan kepolosannya menyibukan untuk memperkuat ketahanan dirinya. Wajar, benih baru muncul tunas.”

Dalam masa khalifah pertama dan kedua ini, umat islam tidak sempat membahas dasar – dasar akidah karena mereka sibuk menghadapi musuh dan berusaha mempertahankan kesatuan dan persatuan umat. Tidak pernah terjadi perbedaan dalam bidang akidah. Mereka membaca dan memahamkan al Qur’an tanpa mencari ta’wil dari ayat yang mereka baca. Mereka mengikuti perintah alqur’an dan mereka menjauhi larangannya. Mereka mensifatkan Allah SWT dengan apa yang Allah SWT sifatkan sendiri. Dan mereka mensucikan Allah SWT dari sifat-sifat yang tidak layak bagi keagungan Allah SWT. Apabila mereka menghadapi ayat – ayat yang mutasyabihah mereka yang mengimaninya dengan menyerahkan penta’wilannya kepada allah SWT sendiri. Lebih signifikatnya, mereka haya mengaplikasikan yang pasti. Dan keraguan merreka masih dipendam keyakinan yang kuat.

4.      Perkembangan ilmu tauhid di masa sayyidina usman dan sayyidina ali

“beranjak dewasa, kepercayaan tentang aqidah mulai rapuh, ditambah tidak adanya sumber yang pasti dan pemersatu pikiran. Hingga pemahaman membuat konflik serius dan mulai terpecah-pecah.”

Di masa khalifah ketiga, para sahabat mulai muncul kebimbangan. Perbedaan paham dan pemikiran yang kuat membuat kesatuan yang erat merenggang. Akibatnya, terjadi kekacauan politik yang diakhiri dengan terbunuhnya khalifah Utsman. Umat Islam menjadi terpecah menjadi beberapa golongan, barulah masing-masing golongan itu dengan perkataan dan usaha hingga terbukalah pintu ta’wil bagi nas al Qur’an dan Hadits. Karena itu, pembahasan mengenai akidah mulai subur dan berkembang, selangkah demi selangkah dan kian hari kian membesar dan meluas. Dengan begitu, pembahasan tentang kemurnian kepercayaan berujung pada pengakaran masalah yang sangat rumit untuk mencari titik terang.




-e baru lahir dengan kepolosan dan kekakuan untuk mengelak. Saat ada kejanggalan mereka menengok kebelakang dengan keteguhan. Dan dengan kepolosannya menyibukan untuk memperkuat ketahanan dirinya. Wajar, benih baru muncul tunas.”

Dalam masa khalifah pertama dan kedua ini, umat islam tidak sempat membahas dasar – dasar akidah karena mereka sibuk menghadapi musuh dan berusaha mempertahankan kesatuan dan persatuan umat. Tidak pernah terjadi perbedaan dalam bidang akidah. Mereka membaca dan memahamkan al Qur’an tanpa mencari ta’wil dari ayat yang mereka baca. Mereka mengikuti perintah alqur’an dan mereka menjauhi larangannya. Mereka mensifatkan Allah SWT dengan apa yang Allah SWT sifatkan sendiri. Dan mereka mensucikan Allah SWT dari sifat-sifat yang tidak layak bagi keagungan Allah SWT. Apabila mereka menghadapi ayat – ayat yang mutasyabihah mereka yang mengimaninya dengan menyerahkan penta’wilannya kepada allah SWT sendiri. Lebih signifikatnya, mereka haya mengaplikasikan yang pasti. Dan keraguan merreka masih dipendam keyakinan yang kuat.

4.      Perkembangan ilmu tauhid di masa sayyidina usman dan sayyidina ali

“beranjak dewasa, kepercayaan tentang aqidah mulai rapuh, ditambah tidak adanya sumber yang pasti dan pemersatu pikiran. Hingga pemahaman membuat konflik serius dan mulai terpecah-pecah.”

Di masa khalifah ketiga, para sahabat mulai muncul kebimbangan. Perbedaan paham dan pemikiran yang kuat membuat kesatuan yang erat merenggang. Akibatnya, terjadi kekacauan politik yang diakhiri dengan terbunuhnya khalifah Utsman. Umat Islam menjadi terpecah menjadi beberapa golongan, barulah masing-masing golongan itu dengan perkataan dan usaha hingga terbukalah pintu ta’wil bagi nas al Qur’an dan Hadits. Karena itu, pembahasan mengenai akidah mulai subur dan berkembang, selangkah demi selangkah dan kian hari kian membesar dan meluas. Dengan begitu, pembahasan tentang kemurnian kepercayaan berujung pada pengakaran masalah yang sangat rumit untuk mencari titik terang.




-

0 comments: