bedah buku “SUFI DARI ZAMAN KE ZAMAN”
REVIEW BUKU
“SUFI DARI ZAMAN KE
ZAMAN”
Ketentuan umum
Judul
Buku : Sufi Dari Zaman Ke
Zaman
Pengarang/Penulis : Abu Al-Wafa Al-Ghanimi Al-Taftazani
Penerbit : Pustaka
Kota
Penerbitan : Yogyakarta
Tahun
Terbit : 2003
Jumlah
Halaman : 293
Indeks : Ada
Biodata
Penulis : Ada
Kata
Pengantar : Ada
Isi Buku Secara Umum
Buku ini menguraikan sejarah kemunculan para sufi pada abad
awal-awal berkembangnya Islam. Selain itu juga mengulas sejarah para sufi yang
mendirikan tarekat-tarekat tasawuf besar di berbagai penjuru dunia. Adapun
objek pembahasan yang lebih detail sebagai berikut.
Pengertian dan Sumber Tasawuf dalam Islam
Menurut
Ibn al-Qayyim dalam Madarij al-Salikin dengan: “Para pembahas ilmu ini telah
sependapat, bahwa tasawuf adalah moral.” Sementara al-Kattani berkata: “Tasawuf
adalah moral. Barang siapa yang diantaramu semakin bermoral, tentu, jiwanya pun
semakin bening.”
Apabila
al-Qur’an kita kaji secara mendalam, maka di dalamnya pun kita dapatkan
berbagai bentuk hukum syar’i, yang secara global dapat kita bagi menjadi tiga
bagian utama; bagian yang berkaitan dengan ‘aqidah (keimanan kepada Allah),
bagian yang berkaitan dengan masalah-masalah cabang furu’ (ibadah dan
mu’amalah), dan bagian yang berkaitan dengan akhlaq (moral).
Sumber Tasawuf
Menurut R. A. Nicholson
dalam karyanya, The Mystics of Islam:
a.
Berasal dari Persia.
b.
Berasal dari sumber Kristen.
c.
Ditimba dari sumber India.
d.
Berasal dari sumber Yunani.
Tasawuf pada awal pembentukan disiplinnya adalah moral keagamaan. Jelas
sumber pertamanya adalah ajaran-ajaran Islam, sebab tasawuf ditimba dari
al-Qur’an dan as-Sunnah. Dari al-Qur’an dan as-Sunnah itulah para sufi
mendasarkan pendapat-pendapat mereka tentang moral dan tingkah laku. Juga
latihan-latihan rohaniah mereka, yang mereka susun demi terealisasinya
tujuan-tujuankehidupan mistis.
Gerakan Zuhd (Asketisisme) Pada Abad Pertama dan Kedua
Hijriyah
Zuhd (Asketisisme) adalah fase yang mendahhului tasawuf. Dalam Islam
asketisisme adalah hikmah pemahaman yang membuat para penganutnya mempunyai
pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi, di mana mereka tetap bekerja dan
berusaha, namun kehidupan duniawi itu tidak menguasai kecenderungan kalbu
mereka, serta tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya. Faktor-faktor yang
membuat asketisisme berkembang dalam Islam menurut beberapa ahli:
A.
R. A. Nicholson, menganggap asketisisme dalam Isla berkembang secara Islam,
sekalipun memang agak terkena dampak Nasrani.
B.
Ignaz Goldziher, berpendapat bahwa tasawuf mempunyai dua aliran, yaitu:
1.
Asketisisme yang mendekati semangat Islam serta Ahlus Sunnah, sekalipun
terkena dampak asketisisme Masehi.
2.
Tasawuf yang terkena dampak Neo Platonisme dan ajaran-ajaran Budha ataupun
Hindhu.
C.
Abu al-‘Ala ‘Afifi, ada empat faktor yang mengembanngkan asketisisme dalam
Islam, yaitu:
1.
Ajaran Islam itu sendiri.
2.
Revolusi rohaniah kaum Muslimin terhadap sistem sosio-politik.
3.
Dampak asketisisme Masehi.
4.
Penentangan terhadap fiqh dan kalam.
Aliran-aliran Asketisisme
A.
Aliran Madinah.
Sejak masa Madinah, telah muncul para
asketis. Mereka kuat berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, dan mereka
menetapkan Rasulullah saw sebagai panutan kezuhudannya. Tokoh mereka
diantaranya, Abu ‘Ubaidah al-Jarrah (18 H), Abu Dzar al-Ghiffari (22 H), Salman
al-Farisi (32 H), Sa’id ibn al-Musayyad (91 H), dan Salim ibn ‘Abdullah (106
H).
B.
Aliran Bashrah.
Menurut Massignon, orang-orang Arab yanng
tinggal di Bashrah berasal dari Bani Tamim. Mereka terkenal dengan sikapnya
yang kritis, dan tidak percaya pada hal yang riil. Mereka terkenal menyukai hal
logis dalam nahwu, hal nyata dalam puisi, dan kritis dalam hal hadits. Mereka
adalah penganut alliran Ahlus Sunnah, tapi cenderung pada alliran-aliran
Mu’tazillah dan Qodariyyah. Tokoh mereka diantaranya, al-Hasan al-Bashri (110
H), Malik ibn Dinar (131 H), Fadhl al-Raqqasyi, Rabbah ibn ‘Amru al-Qisyi (195
H), Shallih al-Murri atau ‘Abdul-Wahid ibn Zaid (177 H).
C.
Aliran Kufah.
Menurut Massignon, aliran ini berasal dari
Yaman. Aliran ini bercorak idealistis, menyukai hal aneh dalam nahwu, hal imagi
dalam puisi, dan harfiah dalam hadits. Dalam aqidah mereka cenderung pada
aliran Syi’ah dan Raja’iyyah. Tokoh mereka diantaranya, ar-Rabi’ ibn Khatsim
(67 H), Sa’id ibn Jubair (95 H), Thawus ibn Kisan (106 H), Sufyan al-Tsauri
(161 H), Sufyan ibn ‘Uyainah (198 H), dan Abduk (210 H).
D.
Aliran Mesir
Pada abad pertama dan kedua Hijriyah
terdapat suatu aliran asketisisme lain, yang dilupakan para orientalis.aliran
yang berrcorak shalafi ini adalah aliran Mesir. Sejak penaklukan Islam terhadap
Mesir sejumlah sahabat telah memasuki kawasan itu. Tokoh mereka
diantaranya, Salim ibn ‘Atar al-Tajibi (75 H), ‘Abdurrahman ibn Hujairah (83
H), Nafi’ (117 H), al-Laits ibn Sa’ad (175 H), Hayah ibn Syuraih (158 H), dan
Abu ‘Abdullah ibn Wahhab ibn Muslim al-Mishri (197 H).
Karakteristik Asketisisme Islam Pada Abad Pertama dan Kedua Hijriyiah
1.
Asketisisme ini berdasarkan ide menjauhi hal duniawi, demi meraih pahala
akhirat, dan memellihara diri dari azab neraka. Ide ini berakar dari ajaran al-Qur’an
dan as-Sunnah, dan terkena dampak berbagai kondisi sosio-politik yang
berkembang dalam masyarakat Islam ketika itu.
2.
Asketisisme ini bercorak praktis, dan para pendirinya tidak menaruh
perhatian buat menyusun prinsip-prinsip teoritis atas asketisismenya.
3.
Motivasi asketisisme ini adalah rasa takut yang muncul dari landasan amal
keagamaan secara sungguh-sungguh. Kemudian Rabi’ah al-Adawiyyah muncul dengan
motivasi cinta kepada Allah yang bebas terhadap rasa takut terhadap azabNya
maupun rasa harap terhadap pahalaNya.
4.
Asketisisme sebagian asketis yang terakhir, hal ini ditandai dengan
kedalaman membuat analisa.
Tasawuf Pada Abad Ketiga sampai Kelima Hijriyah
Aliran Tasawuf
Menurut telaah para pengkaji tasawuf abad ketiga dan keempat Hijriyah, tasawuf
pada masa itu adalah sebagi jalan mengenal Allah (ma’rifat) setelah tadinya
hanya sebagai jalan beribadah. Ketika itu terdapat dua aliran tasawuf. Pertama,
aliran para sufi yang pendapatnya moderat (al-Qur’an dan as-Sunnah) yang
tasawufnya didominasi ciri-ciri moral. Kedua, aliran para sufi yang terpesona
keadaan-keadaan fana, yang tasawufnya berkecerendungan pada metafisis.
Karakteristik tasawuf pad abad ini:
A.
Ma’rifat.
B.
Moral dan Jalan Menuju Allah.
C.
Fana.
D.
Ketentraman.
E.
Pemakaian Simbol-simbol dalam Ungkapan.
Tasawuf pada abad kelima cenderung mengadakan pembaharuan, yakni dengan
mengembalikannya ke landasan al-Qur’an dan as-Sunnah. Adapun tokoh pada zaman
ini sebagai berikut:
1.
Al-Qusyairi.
Nama lengkapnya adalah ‘Abdul Karim ibn Hawazin, lahir tahun 376 H di
Istiwa, kawasan Nishapur. Di sini dia bertemu gurunya Abu ‘Ali al-Daqqaq, dan
dari gurunya itulah ia menempuh jalan tasawuf. Al-Qusyairi pun mengecam keras
para sufi pada masanya, karena kegemaran mereka mempergunakan pakaian orang
miskin, sementara tindakan mereka pada saat yang sama bertentangan dengan mode
pakaian mereka.
2.
Al-Harawi
Nama lengkapnya adalah Abu Isma’il ‘Abdullah ibn Muhammad al-Anshari, lahir
tahun 396 H di Herat, kawasan Khurasan. Ia merupakan seorang penyusun teori
kefanaan dalam kesatuan.
3.
Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad, lahir
tahun 450 H di Thus, kawasan Khurasan. Ia adalah seorang pemikir yanng
produktif dalam berkarya serta berwawasan luas, karena Ia belajar pada banyak
guru dan mendalami banyak cabang ilmu dan juga filsafat. Setelah mengkaji
tasawuf Ia pun sepenuhnya mengarahkan dirinya menempuh jalan para sufi.
Tasawuf Filosofis dan Nama Tarikat
Tasawuf filosofis adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara
visi mistis dan visi rasional pengasasnya. Tasawuf ini mulai muncul dengan
jelas dalam khasanah Islam sejak abad keenam Hijriyah. Ibnu Khaldun
menyimpulkan ada empat obyek perhatian para sufi filosof, yaitu:
1.
Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta instropeksi diri yang timbul
darinya.
2.
Ilminasi ataupun hakikat yang tersingkap dari alam ghaib.
3.
Peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai
bentuk kekeramatan dan keluarbiasaan.
4.
Pencptaan ungakapan yang pengertiannya sepintas samar-samar.
Tarikat yang Paling Menonjol
Nama tarikat di dunia Islam begitu bermacam, berselaras denngan perbedaan
nama-nama pendirinya. Dalam kenyataannya tarikat-tarikat tersebut mengarah pada
tujuan yanng sama, sementara perbedaannya, baik masa lalu ataupun masa sekarang
hanyalah dalam aturan-aturan praktisnya semata.
Berikut adalah tarikat
paling menonjol pada abad keenam dam ketujuh Hijriyah:
A.
Tarikat al-Qadiriyyah yang didirikan oleh Syeikh ‘Abdul Qadir Jailani.
B.
Tarikat al-Rifa’iyyah yang didirikan oleh Syeikh Ahmad al-Rifa’i.
C.
Tarikat al-Suhrawardiyyah yanng didirikan oleh Abu al-Najib al-Suhrawardi
dan Syihabuddin Abu Hash ‘Umar al-Suhrawardi al-Baghdadi.
D.
Tarikat al-Syadziliyyah yang didirikan oleh Abu al-Hasan al-Syadzili.
E.
Tarikat al-Ahmadiyyah yang didirikan oleh Syayyid Ahmad al-Badawi.
F.
Tarikat al-Birhamiyyah yang didirikan oleh Syeikh Ibrahim al-Dasuqi
al-Qursyi.
G.
Tarikat al-Kubrawiyyah yang didirikan oleh Najmuddin Kubra.
H.
Tarikat al-Naqsyabandiyyah yanng didirikan oleh Bahaq Naqsyaband
al-Bukhari.
I.
Tarikat al-Khalawatiyyah dari Persia.
J.
Tarikat Bektasyiyyah yang didirikan oleh Haji Bektasyi.
K.
Tarikat al-Maulawiyyah yang didirikan oleh jalaluddin al-Rumi
Kelebihan Buku
Dalam
buku ini dijelaskan perkembangan tasawuf secara rinci dan juga dijelaskan
aliran-aliran dan tarikat-tarikat yang ada pada masa perkembengan tasawuf dari
zaman ke zaman , sehingga mudah dipahami oleh pembaca, baik mahasiswa maupun
masyarakat yang belum sepenuhnya mengetahui atau memahami khususnya ilmu
tasawuf itu tersendiri.
Kekurangan Buku
Dalam buku ini banyak
kalimat yang menggunakan kata intelektual sehingga sulit untuk dipahami kaum
masyarakat.
Kesimpulan
Tasawuf
secara umum adalah falsafah hidup dan cara tertentu dalam tingkah laku manusia,
dalam upaya merealisasikan kesempurnaan moral, pemahaman tentang hakikat
realitas, dan kebahagiaan rohaniah.
Perkembangan
tasawuf dalam islam telah mengalami beberapa fase. Fase yang pertama dan kedua
adalah asketisisme. Dalam Islam asketisisme adalah hikmah
pemahaman yang membuat para penganutnya mempunyai pandangan khusus terhadap
kehidupan duniawi, di mana mereka tetap bekerja dan berusaha, namun kehidupan
duniawi itu tidak menguasai kecenderungan kalbu mereka, serta tidak membuat
mereka mengingkari Tuhannya.
Kemudian fase ketiga sampai kelima. Tasawuf pada masa itu adalah sebagi
jalan mengenal Allah (ma’rifat) setelah tadinya hanya sebagai jalan beribadah.
Ketika itu terdapat dua aliran tasawuf. Pertama, aliran para sufi yang
pendapatnya moderat (al-Qur’an dan as-Sunnah) yang tasawufnya didominasi
ciri-ciri moral. Kedua, aliran para sufi yang terpesona keadaan-keadaan fana,
yang tasawufnya berkecerendungan pada metafisis dan tasawuf pada abad kelima
cenderung mengadakan pembaharuan, yakni dengan mengembalikannya ke landasan
al-Qur’an dan as-Sunnah.
#tasawuf #tarekat#islam#sufiurban#pi2n_art#makalah#buku#sufidarizamankezaman#filsafat#teology