Our social:

Latest Post

Friday, 14 October 2016

on the way news

Tuesday, 11 October 2016

Makalah Fawatih Al-Suwari.

BAB I
PENDAHULUAN
I.                   Latar Belakang
Studi atas Al-Quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo dulu, termasuk para sahabat di zaman Rasulullah saw. Hal itu tidak lepas dari disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Ada yang mencoba mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimananm historis, bahasa dan sastra, pengkodifikasian, kemu’jizatan penafsiran serta telaah kepada huruf-hurufnya.
Kondisi semacam itu bukan hanya merupakan artikulasi tanggung jawab seorang Muslim untuk memahami bahasa-bahasa agamanya. Tetapi sudah berkembang kepada nuansa lain yang menitikberatkan kepada studi yang bersifat ilmiah yang memberikan kontribusi dalam perkembangan pemikiran dalam dunia Islam. Kalangan sarjana Barat banyak yang melibatkan diri dalam pengkajian Al-Quran, dengan motivasi dan latar belakang kultural maupun intelektual yang berbeda-beda.
Al-Quran sebagai diketahui terdiri dari 114 surat, yang di awali dengan beberapa macam pembukaan (Fawatih Al-Suwar), di antara macam pembuka surat yang tetap aktual pembahasannya hingga sekarang ini huruf muqatha’ah. Menurut Watt, huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf alphabet (hijaiyah) ini, selain mandiri juga mengadung banyak misterius, karena sampai saat ini belum ada pendapat yang dapat menjelaskan masalah itu secara memuaskan.
II.                Permasalahan
a.       Definisi dan Macam-Macam Fawatih Al-Suwari.
b.      Kedudukan Pembuka Surat Al-Quran
c.       Pendapat Para Ulama Tentang Huruf Hijaiyah Pembuka Surat

BAB II
PEMBAHASAN
A.                Definisi Fawatih Al-Suwari


untuk versi lengkapnya silahkan:
download disini


 PERHATIAN download hilangkan centang ( ~) pada kata fast download.





[1] Prof. Dr. Muhammad Hasbi  Ash Shiddeqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002), h. 125.
[2] Drs. H.Ahmad Syadali, M.A. dan Drs. H. Ahmad Rafi’I, Ulumul Qur’an I (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2006),  h. 186.
[3] Drs. Ahsin W. Al-Hafidz, M.A., Kamus Ilmu Al-Qur’an(Jawa Tengah: Amzah, 2005), h. 312.
[4] Drs. H.Ahmad Syadali, M.A. dan Drs. H. Ahmad Rafi’I,op. cit,  h. 197.
[5] Prof. Dr. Muhammad Hasbi  Ash Shiddeqy, op. cit, h. 135.


#tasawuf #makalah #islam #uin #hadits #makalah #tasawuf

Saturday, 27 August 2016

BIOGRAFI HAMKA

Tafsir Al-Azhar, Hamka
Novi Fitrianasari
124111001

·         BIOGRAFI
download versi lengkap makalah hamka

download disini

 PERHATIAN download hilangkan centang ( ~) pada kata fast download.


 #makalah#hamka#tp#tasawuf#hamka

Saturday, 2 July 2016

TAREKAT NAQSYABANDIYAH

TAREKAT NAQSYABANDIYAH
KARYA TULIS
Disusun Guna  Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlaq Tasawuf yang
diampu oleh : Hj. Arikhah, M.Ag

                                                                                   
Disusun Oleh  :
Nama                 :    Muhammad Syarif Arifin   
NIM                  :    134411035
Jurusan / Prodi  :    Tasawuf & Psikoterapi (G)

FAKULTAS  USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2013

          I.          PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
            Ajaran islam dibawa oleh nabi Muhammad SAW yang pada awalnya dilaksanakan secara murni. Ketika rasullullah wafat,  cara beramal sahabat dan tabiin masih tetap memelihara dan membina ajaran rasulullah, disebut amalan salaf al-shahih.
            Pada abad pertama hijriyah mulai ada berbincangan tentang Teologi, mulai ada formalisasi syariah. Abad ke-2 mulai muncul Tasawuf terus meluas dan berkembang dan mulai terkena pengaruh luar. salah satu pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat yunani, india maupun persia. Munculah sesudah abad ke-2 Hijriyah para golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk Taqarrub kepada Allah  Para sufi kemudian membedakan pengertian-pengertian syariah, Tarekat, haqeqatdan ma’rifat. Menurut mereka syariah itu untuk memperbaiki amalan-amalan lahir, Tareqat untuk memperbaiki amalan-amalan batin (hati), haqeqat untuk mengamalkan segala rahasia yang ghaib sedangkan ma’rifat adalah tujuan akhir yang mengenal hakekat Allah baik Dzat, sifat, maupun perbuataNya.[1] Orang yang telah mencapai tingkat Ma’rifat dinamakan wali. Kemampuan yang luar biasa yang dimilikinya disebut karomah atau supranatural. Sehingga dapat terjadi pada dirinya hal-hal yang luar biasa yang tak terjangkau oleh akal, baik dimasa hidup maupun dimasa meninggal. Syaikh muhammad bin muhammad al-din al-uwais al-bukhari al-Naqsyabandi adalah juga termasuk ulama sekaligus pendiri Tareqat Naqsyabandi.
Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 masehi barulah muncul Tarekat sebagai kelanjutan kegiatan kaunm sufi sebelumnya.  Hal ini ditandai dengan setiap silsilah Tarekat slalu dihubungkan dengan nama pendiri atau nama tokoh-tokoh sufi yang lahir pada abad itu. Setiap Tarekat mempunyai syaikh, kaifiyah dzikir dan upacara-upacara ritual masing-masing. Biasanya syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya di asrama latihan rohani yang dinamakan rumah suluk atau ribath.
                             Organisasi tarekat pernah mempunyai pengaruh yang sangat besar di dunia islam. Sesudah Tarekat khalifah abbasiah runtuh oleh bangsa Mongol tahun 1258M. Tugas memelihara kesatuan islam dan menyiarkan islam ke tempat-tempat yang jauh beralih ke kaum sufi, termasuk ke indonesia . Ketika berdiri daulah usmaniah, peranan Tarekat (Bahtesy) sangat baik dalam bidang poliitik maupun  militer. Demikian juga di Afrika utara, peranan Tarekat Sanusiyah sangat besar terutama di negeri Aljazair dan Tunisia.sedangkan di sudan terpengaruh Tarekat syadziliyah.Khusus di Indonesia, pengembangan islam pada abad ke-16 dan selanjutnya, sebagian adalah atas usaha kaum sufi sehingga tak heran kalau pada waktu itu pemimpin-pemimpin spritual islam di indonesia bukanlah ahli syri’ah melainkan ahli Tarekat.[2]
                             Secara relatif corak pemikiran islam yang pernah dipengaruhi oleh Tasawuf selanjutnya berkembang menjadi Tarekat. Justru ketika abad ke-13 Masehi ketika masyarakat Nusantara mulai memantapkan diri memeluk islam, corak pemikiran islam sedang dalam puncak kejayaan tarekat islam.


        II.        PEMBAHASAN
A.  Pengertian Tarekat
         untuk versi lengkap tentang makalah NAQSYABANDIYAH  silahkan


download disini



 PERHATIAN download hilangkan centang ( ~) pada kata fast download.


#makalah #tarekat #ushulfiqg#pi2nart#kuat#islam#tasawuf#tarekat

Thursday, 30 June 2016

bedah buku “SUFI DARI ZAMAN KE ZAMAN”

REVIEW BUKU
“SUFI DARI ZAMAN KE ZAMAN”

Ketentuan umum
Judul Buku                  : Sufi Dari Zaman Ke Zaman
Pengarang/Penulis       : Abu Al-Wafa Al-Ghanimi Al-Taftazani
Penerbit                       : Pustaka
Kota Penerbitan          : Yogyakarta
Tahun Terbit                : 2003
Jumlah Halaman          : 293
Indeks                         : Ada
Biodata Penulis           : Ada
Kata Pengantar           : Ada










Isi Buku Secara Umum
Buku ini menguraikan sejarah kemunculan para sufi pada abad awal-awal berkembangnya Islam. Selain itu juga mengulas sejarah para sufi yang mendirikan tarekat-tarekat tasawuf besar di berbagai penjuru dunia. Adapun objek pembahasan yang lebih detail sebagai berikut.
Pengertian dan Sumber Tasawuf dalam Islam
            Menurut Ibn al-Qayyim dalam Madarij al-Salikin dengan: “Para pembahas ilmu ini telah sependapat, bahwa tasawuf adalah moral.” Sementara al-Kattani berkata: “Tasawuf adalah moral. Barang siapa yang diantaramu semakin bermoral, tentu, jiwanya pun semakin bening.”
            Apabila al-Qur’an kita kaji secara mendalam, maka di dalamnya pun kita dapatkan berbagai bentuk hukum syar’i, yang secara global dapat kita bagi menjadi tiga bagian utama; bagian yang berkaitan dengan ‘aqidah (keimanan kepada Allah), bagian yang berkaitan dengan masalah-masalah cabang furu’ (ibadah dan mu’amalah), dan bagian yang berkaitan dengan akhlaq (moral).

Sumber Tasawuf
Menurut R. A. Nicholson dalam karyanya, The Mystics of Islam:
a.       Berasal dari Persia.
b.      Berasal dari sumber Kristen.
c.       Ditimba dari sumber India.
d.      Berasal dari sumber Yunani.

Tasawuf pada awal pembentukan disiplinnya adalah moral keagamaan. Jelas sumber pertamanya adalah ajaran-ajaran Islam, sebab tasawuf ditimba dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Dari al-Qur’an dan as-Sunnah itulah para sufi mendasarkan pendapat-pendapat mereka tentang moral dan tingkah laku. Juga latihan-latihan rohaniah mereka, yang mereka susun demi terealisasinya tujuan-tujuankehidupan mistis.





Gerakan Zuhd (Asketisisme) Pada Abad Pertama dan Kedua Hijriyah     
Zuhd (Asketisisme) adalah fase yang mendahhului tasawuf. Dalam Islam asketisisme adalah hikmah pemahaman yang membuat para penganutnya mempunyai pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi, di mana mereka tetap bekerja dan berusaha, namun kehidupan duniawi itu tidak menguasai kecenderungan kalbu mereka, serta tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya. Faktor-faktor yang membuat asketisisme berkembang dalam Islam menurut beberapa ahli:
A.    R. A. Nicholson, menganggap asketisisme dalam Isla berkembang secara Islam, sekalipun memang agak terkena dampak Nasrani.
B.     Ignaz Goldziher, berpendapat bahwa tasawuf mempunyai dua aliran, yaitu:
1.      Asketisisme yang mendekati semangat Islam serta Ahlus Sunnah, sekalipun terkena dampak asketisisme Masehi.
2.      Tasawuf yang terkena dampak Neo Platonisme dan ajaran-ajaran Budha ataupun Hindhu.
C.     Abu al-‘Ala ‘Afifi, ada empat faktor yang mengembanngkan asketisisme dalam Islam, yaitu:
1.      Ajaran Islam itu sendiri.
2.      Revolusi rohaniah kaum Muslimin terhadap sistem sosio-politik.
3.      Dampak asketisisme Masehi.
4.      Penentangan terhadap fiqh dan kalam.

Aliran-aliran Asketisisme
A.    Aliran Madinah.
Sejak masa Madinah, telah muncul para asketis. Mereka kuat berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, dan mereka menetapkan Rasulullah saw sebagai panutan kezuhudannya. Tokoh mereka diantaranya, Abu ‘Ubaidah al-Jarrah (18 H), Abu Dzar al-Ghiffari (22 H), Salman al-Farisi (32 H), Sa’id ibn al-Musayyad (91 H), dan Salim ibn ‘Abdullah (106 H).




B.     Aliran Bashrah.
Menurut Massignon, orang-orang Arab yanng tinggal di Bashrah berasal dari Bani Tamim. Mereka terkenal dengan sikapnya yang kritis, dan tidak percaya pada hal yang riil. Mereka terkenal menyukai hal logis dalam nahwu, hal nyata dalam puisi, dan kritis dalam hal hadits. Mereka adalah penganut alliran Ahlus Sunnah, tapi cenderung pada alliran-aliran Mu’tazillah dan Qodariyyah. Tokoh mereka diantaranya, al-Hasan al-Bashri (110 H), Malik ibn Dinar (131 H), Fadhl al-Raqqasyi, Rabbah ibn ‘Amru al-Qisyi (195 H), Shallih al-Murri atau ‘Abdul-Wahid ibn Zaid (177 H).
C.     Aliran Kufah.
Menurut Massignon, aliran ini berasal dari Yaman. Aliran ini bercorak idealistis, menyukai hal aneh dalam nahwu, hal imagi dalam puisi, dan harfiah dalam hadits. Dalam aqidah mereka cenderung pada aliran Syi’ah dan Raja’iyyah. Tokoh mereka diantaranya, ar-Rabi’ ibn Khatsim (67 H), Sa’id ibn Jubair (95 H), Thawus ibn Kisan (106 H), Sufyan al-Tsauri (161 H), Sufyan ibn ‘Uyainah (198 H), dan Abduk (210 H).
D.    Aliran Mesir
Pada abad pertama dan kedua Hijriyah terdapat suatu aliran asketisisme lain, yang dilupakan para orientalis.aliran yang berrcorak shalafi ini adalah aliran Mesir. Sejak penaklukan Islam terhadap Mesir sejumlah sahabat telah memasuki kawasan itu.  Tokoh mereka diantaranya, Salim ibn ‘Atar al-Tajibi (75 H), ‘Abdurrahman ibn Hujairah (83 H), Nafi’ (117 H), al-Laits ibn Sa’ad (175 H), Hayah ibn Syuraih (158 H), dan Abu ‘Abdullah ibn Wahhab ibn Muslim al-Mishri (197 H).

Karakteristik Asketisisme Islam Pada Abad Pertama dan Kedua Hijriyiah
1.      Asketisisme ini berdasarkan ide menjauhi hal duniawi, demi meraih pahala akhirat, dan memellihara diri dari azab neraka. Ide ini berakar dari ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah, dan terkena dampak berbagai kondisi sosio-politik yang berkembang dalam masyarakat Islam ketika itu.
2.      Asketisisme ini bercorak praktis, dan para pendirinya tidak menaruh perhatian buat menyusun prinsip-prinsip teoritis atas asketisismenya.

3.      Motivasi asketisisme ini adalah rasa takut yang muncul dari landasan amal keagamaan secara sungguh-sungguh. Kemudian Rabi’ah al-Adawiyyah muncul dengan motivasi cinta kepada Allah yang bebas terhadap rasa takut terhadap azabNya maupun rasa harap terhadap pahalaNya.

4.      Asketisisme sebagian asketis yang terakhir, hal ini ditandai dengan kedalaman membuat analisa.


Tasawuf Pada Abad Ketiga sampai Kelima Hijriyah
Aliran Tasawuf
Menurut telaah para pengkaji tasawuf abad ketiga dan keempat Hijriyah, tasawuf pada masa itu adalah sebagi jalan mengenal Allah (ma’rifat) setelah tadinya hanya sebagai jalan beribadah. Ketika itu terdapat dua aliran tasawuf. Pertama, aliran para sufi yang pendapatnya moderat (al-Qur’an dan as-Sunnah) yang tasawufnya didominasi ciri-ciri moral. Kedua, aliran para sufi yang terpesona keadaan-keadaan fana, yang tasawufnya berkecerendungan pada metafisis. Karakteristik tasawuf pad abad ini:

A.    Ma’rifat.
B.     Moral dan Jalan Menuju Allah.
C.     Fana.
D.    Ketentraman.
E.     Pemakaian Simbol-simbol dalam Ungkapan.

Tasawuf pada abad kelima cenderung mengadakan pembaharuan, yakni dengan mengembalikannya ke landasan al-Qur’an dan as-Sunnah. Adapun tokoh pada zaman ini sebagai berikut:
1.      Al-Qusyairi.
Nama lengkapnya adalah ‘Abdul Karim ibn Hawazin, lahir tahun 376 H di Istiwa, kawasan Nishapur. Di sini dia bertemu gurunya Abu ‘Ali al-Daqqaq, dan dari gurunya itulah ia menempuh jalan tasawuf. Al-Qusyairi pun mengecam keras para sufi pada masanya, karena kegemaran mereka mempergunakan pakaian orang miskin, sementara tindakan mereka pada saat yang sama bertentangan dengan mode pakaian mereka.

2.      Al-Harawi
Nama lengkapnya adalah Abu Isma’il ‘Abdullah ibn Muhammad al-Anshari, lahir tahun 396 H di Herat, kawasan Khurasan. Ia merupakan seorang penyusun teori kefanaan dalam kesatuan.
3.      Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad, lahir tahun 450 H di Thus, kawasan Khurasan. Ia adalah seorang pemikir yanng produktif dalam berkarya serta berwawasan luas, karena Ia belajar pada banyak guru dan mendalami banyak cabang ilmu dan juga filsafat. Setelah mengkaji tasawuf Ia pun sepenuhnya mengarahkan dirinya menempuh jalan para sufi.

Tasawuf Filosofis dan Nama Tarikat
Tasawuf filosofis adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional pengasasnya. Tasawuf ini mulai muncul dengan jelas dalam khasanah Islam sejak abad keenam Hijriyah. Ibnu Khaldun menyimpulkan ada empat obyek perhatian para sufi filosof, yaitu:
1.      Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta instropeksi diri yang timbul darinya.
2.      Ilminasi ataupun hakikat yang tersingkap dari alam ghaib.
3.      Peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan dan keluarbiasaan.
4.      Pencptaan ungakapan yang pengertiannya sepintas samar-samar.

Tarikat yang Paling Menonjol
Nama tarikat di dunia Islam begitu bermacam, berselaras denngan perbedaan nama-nama pendirinya. Dalam kenyataannya tarikat-tarikat tersebut mengarah pada tujuan yanng sama, sementara perbedaannya, baik masa lalu ataupun masa sekarang hanyalah dalam aturan-aturan praktisnya semata.
Berikut adalah tarikat paling menonjol pada abad   keenam dam ketujuh Hijriyah:
A.    Tarikat al-Qadiriyyah yang didirikan oleh Syeikh ‘Abdul Qadir Jailani.
B.     Tarikat al-Rifa’iyyah yang didirikan oleh Syeikh Ahmad al-Rifa’i.
C.     Tarikat al-Suhrawardiyyah yanng didirikan oleh Abu al-Najib al-Suhrawardi dan Syihabuddin Abu Hash ‘Umar al-Suhrawardi al-Baghdadi.
D.    Tarikat al-Syadziliyyah yang didirikan oleh Abu al-Hasan al-Syadzili.
E.     Tarikat al-Ahmadiyyah yang didirikan oleh Syayyid Ahmad al-Badawi.
F.      Tarikat al-Birhamiyyah yang didirikan oleh Syeikh Ibrahim al-Dasuqi al-Qursyi.
G.    Tarikat al-Kubrawiyyah yang didirikan oleh Najmuddin Kubra.
H.    Tarikat al-Naqsyabandiyyah yanng didirikan oleh Bahaq Naqsyaband al-Bukhari.
I.       Tarikat al-Khalawatiyyah dari Persia.
J.       Tarikat Bektasyiyyah yang didirikan oleh Haji Bektasyi.
K.    Tarikat al-Maulawiyyah yang didirikan oleh jalaluddin al-Rumi

Kelebihan Buku
Dalam buku ini dijelaskan perkembangan tasawuf secara rinci dan juga dijelaskan aliran-aliran dan tarikat-tarikat yang ada pada masa perkembengan tasawuf dari zaman ke zaman , sehingga mudah dipahami oleh pembaca, baik mahasiswa maupun masyarakat yang belum sepenuhnya mengetahui atau memahami khususnya ilmu tasawuf itu tersendiri.
Kekurangan Buku
            Dalam buku ini banyak kalimat yang menggunakan kata intelektual sehingga sulit untuk dipahami kaum masyarakat.
Kesimpulan
Tasawuf secara umum adalah falsafah hidup dan cara tertentu dalam tingkah laku manusia, dalam upaya merealisasikan kesempurnaan moral, pemahaman tentang hakikat realitas, dan kebahagiaan rohaniah.
Perkembangan tasawuf dalam islam telah mengalami beberapa fase. Fase yang pertama dan kedua adalah asketisisme. Dalam Islam asketisisme adalah hikmah pemahaman yang membuat para penganutnya mempunyai pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi, di mana mereka tetap bekerja dan berusaha, namun kehidupan duniawi itu tidak menguasai kecenderungan kalbu mereka, serta tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya.

Kemudian fase ketiga sampai kelima. Tasawuf pada masa itu adalah sebagi jalan mengenal Allah (ma’rifat) setelah tadinya hanya sebagai jalan beribadah. Ketika itu terdapat dua aliran tasawuf. Pertama, aliran para sufi yang pendapatnya moderat (al-Qur’an dan as-Sunnah) yang tasawufnya didominasi ciri-ciri moral. Kedua, aliran para sufi yang terpesona keadaan-keadaan fana, yang tasawufnya berkecerendungan pada metafisis dan tasawuf pada abad kelima cenderung mengadakan pembaharuan, yakni dengan mengembalikannya ke landasan al-Qur’an dan as-Sunnah.


#tasawuf #tarekat#islam#sufiurban#pi2n_art#makalah#buku#sufidarizamankezaman#filsafat#teology

Metode Syeikh Muhammad Syams Al Haq dalam mensyarah Hadis

  1. PENDAHULUAN
Di antara ulama kontemporer yang mengarang syarah Kitab Aunul Ma’bud adalah syeikh muhammad syams al haq abadi. Pada awalnya beliau telah mensyarah kitab ini dengan judul kitab syarah ghayah al maqsud fi hilli sunan abi daud. Di karenakan kitab syarah ini terlalu panjang dan timbul keinginan untuk mengarang kitab syarah hadis yang simple. Yang akhirnya di beri nama Aunul M’abud syarah Abi Daud. Maka dari ini pemakalh akan mengulas tentang kriteria kitab syarah Aunul Ma’bud.
  1. RUMUSAN MASALAH
A.    Kitab Aunul Ma’bud Karya Syeikh Muhammad Syams Al Haq
B.     Rumusan Metode Syeikh Muhammad Syams Al Haq dalam mensyarah Hadis

versi lengkapnya silahkan di download monggo

download disini

 PERHATIAN download hilangkan centang ( ~) pada kata fast download.




[1] Abdul Rahman, “Al harakah al islamiyah wa dauruha fi ihya al sunnah”, (madinah al munawarah: 1980) halm: 45-47
[2] Syarah Al Haq al Azhim abadi, “Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abu Daud”, (beirut : Dar Ibn Hazm, 2005), Halm. 7

#makalah #tasawuf #kebudayaan #islam # keluarga #keluarga

ulasan Kitab Aunul Ma’bud Karya Syeikh Muhammad Syams Al Haq

  1. PENDAHULUAN
Di antara ulama kontemporer yang mengarang syarah Kitab Aunul Ma’bud adalah syeikh muhammad syams al haq abadi. Pada awalnya beliau telah mensyarah kitab ini dengan judul kitab syarah ghayah al maqsud fi hilli sunan abi daud. Di karenakan kitab syarah ini terlalu panjang dan timbul keinginan untuk mengarang kitab syarah hadis yang simple. Yang akhirnya di beri nama Aunul M’abud syarah Abi Daud. Maka dari ini pemakalh akan mengulas tentang kriteria kitab syarah Aunul Ma’bud.
  1. RUMUSAN MASALAH
A.    Kitab Aunul Ma’bud Karya Syeikh Muhammad Syams Al Haq
B.     Rumusan Metode Syeikh Muhammad Syams Al Haq dalam mensyarah Hadis

  1. PEMBAHASAN
  1. Kitab Aunul Ma’bud Karya Syeikh Muhammad Syams Al Haq
1.      Biografi Syeikh Muhammad Syams Al Haq
Beliau adalah Al Allamah al Muhaqqiq al Muhaddis al Kabir Abu Thayyib Muhammad Syams al Haq bin Amir Ali bin Maqsud Ali Al Al Shiddiq Al Azhim. Lahir pada tahun 1273 - 1319 H, termasuk diantara ulama Hadis terkemuka India yang memimpin pergerakan Sunnah dan gerakan Salafi, dan salah satu pemikir ulung.[1]
Dia belajar dari para guru yang ada pada masanya di kampung halamannya, di Moradabad dan Delhi. Dia melakukan perjalanan ke Delhi dan belajar dengan Sayyid Nazir Hussain seorang Muhaddis di Delhi, kemudian kembali ke tanah airnya pada 1302 H. Kemudian dia kembali lagi dan belajar selama tiga tahun. Dia membacakan kepadanya Kutubus Sittah, Muwatta, Sunan al Darimi dan Daaraqutni, Tafsir Jalalain, dia juga belajar dari Syeikh Hussein Bin Muhsin al Anshari dan mengambil sanad darinya.
Dia kembali ke kampung halamannya, dan memulai untuk mengajar dan menulis, dia memiliki kemapanan ilmu tentang al Quran dan Sunnah, dan rela menghabiskan banyak uang untuk membantu para penuntut ilmu dan pencari hadis
Sayyid Nazir Hussain Muhaddis Delhi, Hussein bin Muhsen al Ansari, Luthfu Ali Al Bahâri, Nur Ahmad Al Dianawi, Fadhlullah Al Luknawi, Bashir al Din Al Qunuji, Abdul Latif Al Shiddiqqy.
Dia memiliki murid yang banyak yang tersebar di anak benua India, diantara yang terkenal adalah Syeikh Muhammad Abdurrahman
2.      Kitab Aunul Ma’bud
kitab aunul ma’bud adalah kitab syarah hadis yang penyusunannya berdasarkan kitab induknya yaitu sunan abi dawud.
Akan tetapi Ada perbedaan pendapat tentang siapa yang menulis kitab ini, apakah yang menulis ini Abu Thayyib Muhammad Syams al Haq al Azhim Abadi ataukah kitab ini merupakan kitab-kitab karangan adiknya Muhammad Ashraf yang lebih dikenal dengan Syarf al Haq al Azhim Abadi (1326 H).
Berdasarkan ungkapan Syaikh Muhammad Ashraf bahwa dialah yang menulis kitab Syarah ini, adapun saudaranya Muhaddis Syams al Haq al Azhim Abadi hanya sekedar membantunya dalam penulisan ini.[2]
Ada juga yang berpendapat bahwa: Penulis untuk Aunul al Mabûd ada dua orang, bukan satu, yaitu:
a.       Syams al Haq Abu Al Thayyib Al Azhim Abadi, dialah yang menulis namanya sendiri di sampul kitab, yang memiliki peran dalam menulis catatan kaki, penjelasan-penjelaan yang berkaitan dengan hadis dan fiqh.
b.      Syarf al Haq yang terkenal dengan nama Muhammad bin Amir bin Ali Bin Haidar al Shiddiq al „Azhim Âbâdi, yang memiliki peran dalam menjelaskan lafaz-lafaz bahasa (struktur linguistik), dan susunan Nahwiyah (tata bahasa). Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa kitab Aun al Mabûd ini tidak ditulis oleh satu orang, melainkan ditulis oleh dua ulama bersaudara dari India
  1. Rumusan Metode Syeikh Muhammad Syams Al Haq dalam mensyarah Hadis
1.      Sistematika Kitab Aunul Ma’bud
Kitab ini terdiiri dari empat jilid besar yang mana tiga jilid pertama telah dicetak sewaktu Syaikh Nadzir Husain al-Dihlawi masih hidup, sedang satu jilid terakhir (Jilid empat) sempurna dicetak pada tahun berikutnya setelah beliau wafat tepatnya pada bulan Safar 1322 H. Kitab Syarah ini terdiri dari 35 Bab besar. Dimulai dengan Muqaddimah kemudian Bab طهارة dan diakhiri dengan Bab الأدب.
2.      Pendekatan Pensyarahan Hadis
Memberikan penjelasan terhadap kata-kata yang asing, serta menambahkannya dengan pemahaman hadis (fiqh al hadits) disertai dengan takhrij hadis yang berpedoman kepada Mukhtsahar Sunan Abi Daud karangan al Hafizh al Mundiri. Maka dapat disimpulkan bahwasanya pendekatan yang di gunakan dalam mensyarah hadis yaitu dengan pendekatan kebahasaan (lengustic).
Contoh:
(مسلمة) بفتح الميم وسكون السين (القعني) بفتح القاف وسكون العين وفتح النون.............

3.      Metode Pensyarahan Kitab Aunul M’abud
Metode Kitab syarah Aunul Ma’bud dilihat dari teori metode Syarah Hadis Ustman Al khasyit adalah metode syarah wasith. Sebab di dalam kitab Aunul Ma’bud mencantumkan aspek-aspek sebagai berikut:
a.       Menampilkan sanad dan matan
حدثنا عبدالله بن مسلمة بن قهنب القهنبي حدثنا عبد العزيز يعني ابن محمد عن محمد – يعني ابن عمرو عن ابي سلمة عن المغيرة بن شعبة . قال ص.م (كان اذا دهب المذهب المذهب ابعد)
b.      Menjelaskan informasi mengenai perawi hadis
منسوب الي قعنب جد عبد الله بن مسلمة (ابي سلمة)هو ابن
c.       Memaparkan berbagai pendapat ulama
قال العراقي : هو ........................
d.      Mencantumkan kualitas hadis
وقال حسن صحيح
e.       Mensyarah matan hadis secara umum
(ابعد ) في موضع دهابه او في الذهاب العهود..............
Sedangkan dari teori metode syarah hadis yang dikemukakan al mubarakfuri atau dilihat lebih pada pendekatan teknis penulisan. Kitab Aunul Ma’bud menggunakan syarah Biqaulihi dengan alasan kitab ini memiliki teknis penulisan sebagai berikut:

  1. Menjelaskan matan hadis secara lengka
حدثنا عبدالله بن مسلمة بن قهنب القهنبي حدثنا عبد العزيز يعني ابن محمد عن محمد – يعني ابن عمرو عن ابي سلمة عن المغيرة بن شعبة . قال ص.م (كان اذا دهب المذهب المذهب ابعد)

  1. Menjelaskan atau mensyarahakan maksud dari kalimat-kalimat tertentu.
(ابعد ) في موضع دهابه او في الذهاب العهود
  1. PENUTUP
a.       Simpulan
Kitab ini terdiiri dari empat jilid besar yang mana tiga jilid pertama telah dicetak sewaktu Syaikh Nadzir Husain al-Dihlawi masih hidup, sedang satu jilid terakhir (Jilid empat) sempurna dicetak pada tahun berikutnya setelah beliau wafat tepatnya pada bulan Safar 1322 H. Kitab Syarah ini terdiri dari 35 Bab besar. Dimulai dengan Muqaddimah kemudian Bab طهارة dan diakhiri dengan Bab الأدب.
Memberikan penjelasan terhadap kata-kata yang asing, serta menambahkannya dengan pemahaman hadis (fiqh al hadits) disertai dengan takhrij hadis yang berpedoman kepada Mukhtsahar Sunan Abi Daud karangan al Hafizh al Mundiri.
Metode Kitab syarah Aunul Ma’bud dilihat dari teori metode Syarah Hadis Ustman Al khasyit adalah metode syarah wasith. Sedangkan dari teori metode syarah hadis yang dikemukakan al mubarakfuri atau dilihat lebih pada pendekatan teknis penulisan. Kitab Aunul Ma’bud menggunakan syarah Biqaulihi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman, “Al harakah al islamiyah wa dauruha fi ihya al sunnah”, (madinah al munawarah: 1980)
Syarah Al Haq al Azhim abadi, “Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abu Daud”, (beirut : Dar Ibn Hazm, 2005),



[1] Abdul Rahman, “Al harakah al islamiyah wa dauruha fi ihya al sunnah”, (madinah al munawarah: 1980) halm: 45-47
[2] Syarah Al Haq al Azhim abadi, “Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abu Daud”, (beirut : Dar Ibn Hazm, 2005), Halm. 7

#study#ulasan Kitab Aunul Ma’bud Karya Syeikh Muhammad Syams Al Haq#makalah#uinwalisongo#pi2n_art#sufiurban