Our social:

Monday, 2 May 2016

ARTI, OBYEK, DAN PERAN FILSAFAT

ARTI, OBYEK, DAN PERAN FILSAFAT

MAKALAH
Di susun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Filsafat Umum
Dosen Pengampu :

Description: E:\Logo 3D UIN Walisongo - Copy.png

Disusun oleh :
Ahmad Suyuti Ikhsan (1404036003)

PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG


BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Filsafat adalah ilmu tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.


B.   RUMUSAN MASALAH
1.      Arti Filsafat
2.      Obyek Filsafat
3.      Peran Filsafa

C.   TUJUAN
1.      Dapat mengetahui arti atau pengertian Filsafat
2.      Dapat mengetahui obyek-obyek dalam Filsafat
3.      Dapat mengetahui peran Filsafat





BAB II
PEMBAHASAN

1.     PENGERTIAN FILSAFAT
Kata filsafat, dalam bahasa Arab di kenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa Inggris di kenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan, sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.[1] Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut filsuf. Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama , menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun.
Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama.Menurut wilayah, filsafat bisa dibagi menjadi: filsafat barat, filsafat timur, dan filsafat Timur Tengah. Sementara, menurut latar belakang agama, filsafat dibagi menjadi: filsafat Islam, filsafat Budha, filsafat Hindu, dan filsafat Kristen.[2]
Sedangkan kaum muslim mengambil kata filsafat dari orang Yunani. Lalu mereka memberi kata sighat (bentuk) Arab dan nuansa timur, serta menggunakan untuk mengartikan pengethuan rasional murni. Filsafat menurut pemakaian para filosof Muslim secara umum tidak merujuk pada suatu disiplin atau sains tertentu, ia meliputi semua sains rasional, bukan ilmu-ilmu yang di wahyukan atau di riwayatkan, seperti etimologi, sintaksis, sharaf, retorika, gaya bahasa, tafsir, sunnah, dan hukum. Oleh karena kata ini mempunyai arti yang umum, maka hanya seseorang yang memahami secara penuh semua sains rasional yang pada waktu itu termasuk teologi, matematika, ilmu-ilmu kealaman, politik, etika, dan ekonomi domestik yang dapat di sebut sebagai seorang filosof. Oleh karena itu, bisa di katakan menjadi seorang filosof adalah menjadi dunia pengetahuan, yang sama belaka dengan dunia obyektif.[3]




2.     OBJEK FILSAFAT
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari sesuatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek, yang di bedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.
A.    OBJEK MATERIAL FILSAFAT
Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu,. Objek Material juga adalah hal yang di selidiki, di pandang, atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek Material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret ataupun hal yang abstrak.
Objek Material dari Filsafat ada beberapa istilah dari para cendekiawan, namun semua itu sebenarnya tidak ada yang bertentangan.
1.      Mohammad Noor Syam berpendapat,  Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan atas objek material atau objek material filsafat, segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materiil konkret, psikis maupun nonmateriil abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, dan nilai-nilai. Dengan demikian, objek filsafat tidak terbatas’. (Mohammad Noor Syam, 1981, hlm. 12)

2.      Poedjawijatna berpendapat,  jadi, objek material filsafat ialah ada dan yang mungkin ada. Dapatkah dikatakan bahwa filsafat itu keseluruhan dari segala ilmu yang menyelidiki segala sesuatunya juga? Dapat dikatakan bahwa objek filsafat yang kami maksud adalah objek materialnya-sama dengan objek material dari ilmu seluruhnya. Akan tetapi, filsafat tetap filsafat dan bukan merupakan kumpulan atau keseluruhan ilmu. (Poedjawijatna, 1980, hlm.8)

3.      Oemar Amir Hoesin berpendapat, masalah lapangan penyelidikan filsafat adalah karena manusia mempunyai kecenderungan hendak berfikir tentang segala sesuatu dalam alam semesta, terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada.

4.      Louis O. Kattsoff  berpendapat, lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin di ketahui manusia (Burhanuddin Salam, 1988, Hlm.39)

5.      H.A Dardiri berpendapat, objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Kemudian, apakah gerangan segala sesuatu yang ada itu?
Segala sesuatu yang ada dapat dibagi dua, yaitu
a.  ada yang bersifat umum, dan
b.  ada yang bersifat khusus
Ilmu yang menyelidiki tentang hal ada pada umumnya disebut ontologi. Adapun ada yang bersifat khusus dibagi dua, yaitu ada yang mutlak, dan ada yang tidak mutlak. Ilmu yang menyelidiki alam disebut kosmologi dan ilmu yang menyelidiki manusia disebut antropologi metafisik. (H.A. Dardiri, 1986, hlm. 13-14)



      Setelah meneropong berbagai pendapat dari para ahli diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa objek material dari filsafat sangat luas mencakup segala sesuatu yang ada.

      Adapun permasalahan dalam kefilsafatan mengandungciri-ciri seperti yang dikemukakan Ali Mudhofir (1996), yaitu sebagai berikut.
               a. Bersifat sangat umum. Artinya, persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus. Sebagian besar masalah kefilsafatan ide-ide besar. Misalnya, filsafat tidak menanyakan ’’berapa harta yang Anda sedekahkan dalam satu bulan?’’ Akan tetapi, filsafat menanyakan ’’apa keadilan itu?’’
               b. Tidak menyangkut fakta disebabkan persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif. Persoalan yang dihadapi dapat melampaui pengetahuan ilmiah.
               c.  Bersangkutan dengan nilai-nilai (values), artinya persoalan kefilsafatan bertalian dengan nilai, baik nilai moral, estetis, agama, dan sosial. Nilai dalam pengertian ini adalah suatu kuaitas abstrak yang ada pada sesuatu hal.
               d. Bersifat kritis, artinya filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep dan arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis.
               e. Bersifat sinoptik, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai keseluruhan.
               f. Bersifat implikatif, artinya kalau sesuatu persoalan kefilsafatan sudah dijawab, dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan. Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat lebih jauh yang menyentuh berbagai kepentingan manusia.

B.     OBJEK FORMAL FILSAFAT

 Objek formal, yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot. Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya, objek materialnya adalah ’’manusia’’ dan manusia ini ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia diantaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya.
  Objek formal filsafat, yaitu sudut pandangan yang menyeluruh, secara umum sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya. (Lasiyo dan Yuwono, 1985, hlm. 6). Oleh karena itu, yang membedakan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain terletak dalam objek material dan objek formalnya. Kalau dalam ilmu-ilmu lain objek materialnya membatasi diri, sedangkan pada filsafat tidak membatasi diri. Adapun pada objek formalnya membahas objek materialnya itu sampai ke hakikat atau esensi dari yang dihadapinya.[4]

3.     PERAN FILSAFAT
Apakah pernah filsafat dalam wawasan lingkungan? Bagi banyak orang pertanyaan tadi kiranya mirip dengan pertanyaan “Apakah peran atau fungsi kepala kerbau yang di tanam di tempat dimana sebuah gedung modern akan di dirikan?” Pertanyaan seperti itu mengandung arti atau makna bahwa dalam hidup atau kehidupan umat manusia, manusia tidak terlepas dari alam lingkungan, tempat dimana ia berada dan dari mana ia mengharapkan akan dapat memperoleh apa yang ia butuhkan. Dan apa yang ia butuhkan itu, sesuai dengan sifat dan hakekatnya, adalah hal yang tidak saja bersifat material, melainkan juga hal-hal yang bersifat spiritual-rokhaniah.
Memang  dalam dua dasawarsa  terakhir ini kita melihat adanya berbagai masalah dasar atau fundamental yang di hadapi umat manusia dalam hidup dan kehidupanya, justru di kala semua bangsa dan negara tengah melancarkan berbagai macam upaya untuk mewujudkan suatu masyarakat yang ideal, yaitu masyarakat yang damai, sejahtera, adil dan makmur, baik material maupun spiritual.
Berbagai masalah dasar yang di maksud, di samping masalah-masalah dasar yang bersifat filsafati seperti apa yang di sebut alienasi, anomi, kehidupan yang tidak lagi utuh karena semakin bercerai-cerai nilai-nilai cipta, rasa dan karsa, juga masalah dasar yang lain seperti apa yang di sebut kemelaratan dan kemiskinan, keresahan akan kemungkinan timbulnya kembali perang dunia, semakin terbatasnya sumber-sumber kenyataan alam di kala justru jumlah penduduk dunia semakin membesar dan lain sebagainya.




[1] Drs.Surajiyo.Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.Jakarta. Jl. Sawo Raya No. 18. PT Bumi Aksara. Hal.1
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat
[3] Mizan Media Utama (MUU).Filsafat Hikmah Pengantar Pemikiran Sandra.Jl. Yodkali No.16 Bandung 40124. Hal.46
[4] Drs.Surajiyo.Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.Jakarta. Jl. Sawo Raya No. 18. PT Bumi Aksara. Hal. 5




#ARTI, OBYEK, DAN PERAN FILSAFAT#makalah #filsafat #agama #psikologi #tasawuf

0 comments: